Konsep Dasar Aktivitas

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 44

KONSEP DASAR AKTIVITAS

Darmin, AMK, S.Pd

LOGO
 Kemampuan beraktivitas merupakan kebutuhan
dasar yang mutlak diharapkan oleh setiap
manusia.
 Kemampuan tersebut meliputi berdiri, berjalan,
bekerja, makan, minum, dan lain sebagainya.
 Dengan beraktivitas tubuh akan menjadi sehat,
sistem pernapasan dan sirkulasi tubuh akan
berfungsi dengan baik, dan metabolisme tubuh
dapat optimal.
 Kemampuan bergerak juga akan memengaruhi
harga diri dan citra tubuh seseorang.
FISIOLOGI PERGERAKAN
Pergerakan merupakan rangkaian aktivitas
yang terintegrasi antara sistem muskuloskeletal
dan sistem persarafan di dalam tubuh.
Sistem muskuIokeIetaI

 Sistem muskuloskeletal terdiri atas rangka


(tulang), otot, dan sendi. Sistem ini sangat
berperan dalam pergerakan dan aktivitas
manusia.
 Sedangkan otot berperan dalam proses
pergerakan, memberi bentuk pada postur
tubuh, dan memproduksi panas melalui
aktivitas kontraksi otot.
Secara umum, rangka memiliki beberapa fungsi yakni:
1. Menyokong jaringan tubuh, termasuk memberi bentuk
pada tubuh (postur tubuh).
2. Melindungi bagian tubuh yang lunak, seperti otak, paru-
paru, hati, dan medula spinalis.
3. Sebagai tempat melekatnya otot dan tendon, termasuk
juga ligamen.
4. Sebagai sumber inineral, seperti garam, posfat, dan
lemak.
5. Berperan dalam proses hematopoiesis (produksi sel
darah).
Sistem persarafan

Secara spesifik, sistem persarafan memiliki beberapa


fungsi, yakni:
1. Saraf aferen (reseptor), befungsi menerima rangsangan
dan luar kemudian meneruskannya ke susunan saraf
pusat.
2. Sel saraf atau neuron, berfungsi membawa impuls dan
bagian tubuh satu ke bagian tubuh lainnya.
3. Sistem saraf pusat (SSP), berfungsi memproses impuls
dan kemudian memberikan respons melalui saraf
eferen.
4. Saraf eferen, berfungsi menerima respons dan SSP
kemudian meneruskannya ke otot rangka.
KONSEP MEKANIKA TUBUH
 Mekanika tubuh adalah penggunaan organ tubuh secara
efisien dan efektif sesuai dengan fungsinya.
 Dengan melakukan aktivitas secara benar dan
beristirahat dalam posisi yang benar dapat mening-
katkan kesehatan tubuh dan mencegah timbulnya
penyakit.
 Gangguan mekanika tubuh dapat terjadi pada individu
yang menjalani tirah baring lama karena dapat terjadi
penurunan kemampuan tonus otot
Mekanika tubuh akan berfokus pada :
1. Kesejajaran tubuh (body alignment) dan postur,
2. Keseimbangan,
3. Gerakan terkoordinasi (coordinated
movement).
Kesejajaran tubuh dan postur

 Kesejajaran tubuh (body alignment) adalah susunan


geometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya
dengan bagian-bagian tubuh yang lain
 KESEJAJARAN TUBUH DAN POSTUR YANG BAIK
akan menempatkan tubuh pada posisi yang dapat
meningkatkan keseimbangan yang optimal dan fungsi
tubuh yang maksimal, baik dalam posisi berdiri, duduk,
maupun tidur.
 Kesejajaran tubuh yang baik dilihat dari keseimbangan
persendian, otot, tendon, dan ligamen
KESEJAJARAN TUBUH YANG BURUK dapat
mengganggu penampilan dan memengaruhi kesehatan
karena ada beberapa bagian tubuh yang terbatas
kemampuannya

Tugas perawat :
memberikan contoh bagaimana melakukan kebiasaan yang
baik pada postur tubuh sehingga tubuh menjadi sehat
Prinsip-prinsip pada kesejajaran tubuh:

1. Keseimbangan tubuh dapat dipertahankan apabila garis


gravitasi (garis imajinasi vertikal yang melalui pusat
gravitasi suatu objek) melewati pusat gravitasi (titik
tempat semua massa tubuh terpusat) dan fondasi
penyokong (fondasi saat tubuh pada posisi istirahat).
2. Jika fondasi penyokong lebih luas dan pusat gravitasi
lebih rendah, kestabilan dan keseimbangan akan lebih
besar.
3. Jika garis gravitasi berada di luar pusat fondasi
penyokong, energi akan lebih banyak digunakan untuk
mempertaharikan keseimbangan.
4. Fondasi penyokong yang luas dan kesejajaran tubuh
yang baik akan menghemat penggunaan energi dan
mencegah kelelahan otot.
5. Perubahan posisi tubuh akan membantu mencegah
ketidaknyamanan otot.
6. Kesejajaran tubuh yang buruk dalam waktu yang lama
dapat menimbulkan nyeri, kelelahan otot, dan
kontraktur.
7. Karena struktur anatomi individu yang berbeda, maka
intervensi keperawatan yang diberikan harus bersifat
individual dan esuai dengan kebutuhan masing-masing.
8. Dapat memperkuat otot-otot yang lemah dan membantu
mencegah kekakuan otot serta ligamen.
Keseimbangan
 Secara umum, perasaan seimbang (sense of
equilibrium) bergantung pada input informasi yang
diterima dan labirin (telinga bagian dalam), penglihatan
(input vestibulo-okular), dan dari reseptor otot dan
tendon (input vestibulospinalis).
 Pada keadaan normal, reseptor keseimbangan di
aparatus vestibular mengirimkan sinyal menuju otak
yang akan mengawali refleks yang dibutuhkan untuk
mengubah posisi.
 Perubahan posisi kepala, informasi yang diterima
langsung dikrim, ke pusat refleks di batang otak
sehingga memungkinkan respons refleks yang lebih
cepat guna mempertahankan keseimbangan tubuh.
Gerakan tubuh yang terkoordinasi

 Gerakan yang halus dan seimbang merupakan hasil dan


kerjasama yang baik antara korteks serebri, serebelum,
dan ganglia basalis.
 Dalam mekanisme ini :
 konteks serebri bertugas melakukan aktivitas
motorik volunter,
 serebelum bertugas mengatur aktivitas gerakan
motorik,
 ganglia basalis bertugas mempertahankan postur
tubuh.
Jika salah satu dan ketiganya mengalami gangguan,
misalnya serebelum, gerakan menjadi kaku, tidak
terarah, dan tidak terkoordinasi.
FAKTOR YG MEMENGARUHI KESEJAJARAN TUBUH

1. Pertumbuhan dan perkembangan


2. Kesehatan fisik
3. Status mental
4. Gaya hidup
5. Sikap dan nilai personal
6. Nutrisi
7. Stres
8. Faktor sosial
1. Pertumbuhan dan perkembangan

 Usia serta perkembangan sistem muskuloskeletal dan


persarafan akan berpengaruh terhadap postur, proporsi
tubuh, massa tubuh, pergerakan, serta refleks tubuh
seseorang.
 Untuk itu, dalam melakukan pengkajian dan intervensi
keperawatan, perawat harus memperhatikan aspek
tumbuh kembang individu dan membuat penyesuaian
yang dibutuhkan.
2. Kesehatan fisik

 Gangguan pada sistem muskuloskeletal atau


persarafan dapat menimbulkan dampak yang negatif
pada pergerakan dan mekanika tubuh seseorang.
 Adanya penyakit, trauma, atau kecacatan dapat
mengganggu pergerakan dan struktur tubuh
Masalah pada sistem muskuloskeletal.
 Penyakit kongenital atau postur tubuh yang abnormal
dapat menghambat pergerakan seseorang.
 Untuk itu, perawat perlu melakukan upaya deteksi diri
guna mengetahui adanya masalah pada sistem
muskuloskeletal.
 Di samping itu, perawat juga perlu memberikan
penyuluhan kesehatan, konseling, dan dukungan
terkait dengan program perawatan yang sesuai untuk
klien, misalnya cara melakukan aktivitas dan
pengaturan posisi yang tepat untuk klien.
Masalah pada sistem saraf.
 Berbagai gangguan atau penyakit pada sistem saraf,
seperti Parkinson, sklerosis multipel, cedera
serebrovaskular, stroke, atau tumor pada sistem saraf
dapat menyebabkan kelemahan, paralisis spastik, dan
flasid pada otot yang dapat menghambat pergerakan
dan mobilitas otot.
3. Status mental

 Gangguan mental atau afektif seperti depresi atau stres


kronis dapat memengaruhi keinginan seseorang untuk
bergerak.
 Individu yang mengalami depresi cenderung tidak
antusias dalam mengikuti kegiatan tertentu, bahkan
kehilangan energi untuk melakukan perawatan higiene.
 Demikian pula halnya dengan stres yang
berkepanjangan, kondisi ini bisa menguras energi
sehingga individu kehilangan semangat untuk
beraktivitas.
4. Gaya hidup

 Gaya hidup terkait dengan kebiasaan yang


dilakukan individu sehari-hari.
 Individu dengan pola hidup yang sehat atau
kebiasaan makan yang baik kemungkinan tidak
akan mengalami hambatan dalam pergerakan.
Sebaliknya, individu dengan gaya hidup yang
tidak sehat dapat mengalami gangguan
kesehatan yang pada akhirnya akan
menghambat pergerakannya.
5. Sikap dan nilai personal

 Nilai-nilai yang tertanam dalam keluarga dapat


memengaruhi aktivitas yang dijalãni oleh
individu.
 Sebagai contoh, anak-anak yang tinggal dalam
lingkungan keluarga yang senang melakukan
kegiatan olah raga sebagai sebuah rutinitas
akan belajar menghargai aktivitas fisik.
6. Nutrisi

 Nutrisi berguna bagi organ tubuh untuk


mempertahankan status kesehatan.
 Apabila pemenuhan nutrisi tidak adekuat, hal
ini bisa menyebabkan kelelahan dan
kelemahan otot yang akan mengakibatkan
penurunan aktivitas atau pergerakan.
 Sebaliknya, kondisi nutrisi berlebih (mis.,
obesitas) dapat menyebabkan terbatasnya
pergerakan tubuh sehingga individu menjadi
mudah lelah.
7. Stress

 Status emosi seseorang akan berpengaruh


terhadap aktivitas tubuhnya.
 Perasaan tertekan, cemas, dan depresi dapat
menurunkan semangat seseorang untuk
beraktivitas.
 Kondisi ini ditandai dengan penurunan nafsu
makan, perasaan tidak bergairah, dan pada
akhirnya menyendiri.
8. Faktor sosial

 Individu dengan tingkat kesibukan yang tinggi


secara tidak langsung akan sering
menggerakkan tubuhnya.
 Sebaliknya, individu yang jarang berinteraksi
dengan lingkungan sekitar tentu akan lebih
sedikit beraktivitas/menggerakkan tubuhnya.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
MASALAH AKTIVITAS
PENGKAJIAN

Pengkajian terkait aktivitas klien meliputi :


 Riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik tentang
kesejajaran tubuh,
 Gaya berjalan,
 Penampilan dan pergerakan sendi, kemampuan dan
keterbatasan gerak,
 Kekuatan dan massa otot,
 Toleransi aktivitas,
 Masalah terkait mobilitas,
 Kebugaran fisik.
Pemeriksaan fisik

Pèmeriksaan fisik berfokus pada aktivitas :


 Kesejajaran tubuh,
 Cara berjalan,
 Penampilan dan pergerakan sendi,
 Kemampuan dan keterbatasan gerak,
 Kekuatan dan massa otot,
 Toleransi aktivitas.
1. Kesejajaran tubuh.

 Tujuan pemeriksaan kesejajaran tubuh adalah untuk


mengidentifikasi perubahan postur akibat pertumbuhan
dan perkembangan.
 Pemeriksaan ini dilakukan dengan menginspeksi pasien
dan sisi lateral, anterior, dan posterior guna mengamati
apakah.
 Bahu dan pinggul sejajar.
 Jari-jari kaki mengarah ke depan.
 Tulang belakang lurus, tidak melengkung ke sisi yang
lain.
2. Cara berjalan.

Dilakukan dengan meminta klien berjalan sejauh ±10 kaki


di dalam ruangan, kemudian amati hal-hal berikut:
 Kepala tegak, pandangan lurus, dan tulang belakang
lurus.
 Tumit menyentuh tanah lebih dulu daripada jari kaki.
 Kaki dorsofleksi pada fase ayunan.
 Lengan mengayun ke depan bersamaan dengan
ayunan kaki di sisi yang berlawanan.
 Gaya berjalan halus, terkoordinasi, dan berirama;
ayunan tubuh dan sisi ke sisi minimal dan tubuh
bergerak lurus ke depan; dan gerakan dimulai dan
diakhiri dengan santai.
3. Penampilan dan pergerakan sendi

Pemeriksaan ini meliputi inspeksi, palpasi, serta pengkajian


rentang gerak aktif atau rentang gerak pasif.
Hal-hal yang dikaji antara lain:
 Adanya kemerahari atau pemberigkakan sendi
 Adanya deformitas
 Perkembangan otot yang terkait dengan masing-
masing sendi
 Adanya nyeri tekan
 Krepitasi
 Peningkatan temperatur di sekitar sendi
 Derajat gerak sendi
4. Kemampuan dan keterbatasan gerak.

Bertujuan untuk mendapatkan data tentang adanya indikasi


rintangan dan keterbatasan pada pergerakan klien. Hal-hal
yang perlu dikaji antara lain:
 Bagaimana penyakit klien memengaruhi kemampuan
klien untuk bergerak.
 Adanya hambatan dalam bergerak (mis., terpasang
slang infus atau gips yang berat).
 Kewaspadaan mental dan kemampuan klien untuk
mengikuti petunjuk.
 Keseimbangan dan koordinasi klien.
 Adanya hipotensi ortostatik sebelum berpindah tempat.
 Derajat kenyamanan klien.
 Penglihatan.
5. Kekuatan dan massa otot.

 Sebelum membantu klien mengubah posisi atau


berpindah tempat, perawat harus mengkaji kekuatan
dan kemampuan klien untuk bergerak.
 Langkah ini diambil untuk menurunkan risiko tegang
otot dan cedera tubuh, baik pada klien maupun
perawat.
6. Toleransi aktivitas.

 Pengkajian ini bermanfaat untuk membantu


meningkatkan kemadirian klien yang mengalami (a)
disabiitas kardiovaskular dan respiratorik, (b) imobilisasi
komplet dalam waktu yang lama, (c) penurunan massa
otot atau gangguan muskuloskeletal, (d) tidur yang tidak
mencukupi, (e) nyeri,. atau (f) depresi, cemas, atau tidak
termotivasi.
 Alat ukur yang paling bermanfaat untuk memperkirakan
toleransi klien terhadap aktivitas adalah frekuensi,
kekuatan, dan irama denyut jantung, frekuensi,
kedalaman, dan irama pernapasan; serta tekanan darah.
PENETAPAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang terkait dengan masalah


aktivitas dan olahraga antara lain:
 Intoleransi aktivitas
 Risiko intoleransi aktivitas
 Hambatan mobilitas fisik
 Risiko disuse syndrome
PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI

 Hampir semua klien membutuhkan bantuan dan


bimbingan perawat.
 Perawat dapat mengajarkan anggota keluarga
berbagai teknik untuk bergerak, mengangkat tubuh,
atau berpindah tempat di sekitar lingkungan rumah.
 Perawat bertanggung jawab mengidentifikasi klien
yang membutuhkan bantuan dengan postur tubuh dan
menentukan besarnya bantuan yang mereka butuhkan.
Intervensi keperawatan

Problem Penyebab (yang berhubungan)


Intoleransi aktivitas • Gargguan sistem transpor oksigen, sekunder akibat
gagal jantung longestif, infark miokard, PPOK,
atelektasis, anemia, hipovolemia, gangguan
endokrin atau metabolik, penyakit kronis, dll.

• Ketidakadekuatan sumber energi, sekunder akibat


obesitas, malnutrisi, diet yang tidak adekuat.

• Peningkatan kebutuhan metabolik, sekunder akibat


keganasan, pembedahari, stres ekstrem, nyeri,
suhu yang ekstrem, polusi udara, dll.

• Inaktivitas, sekunder akibat depresi, kurang


motivasi.
Tujuan dan kriteria hasil: Intervensi keperawatan
Klien akan meningkatkan
1. Pantau respons klien terhadap aktivitas
aktivitasnya secara tahap,
dengan indikator : 2. Tingkatkan aktivitas secara bertahap
• Mengidentifikasi faktor
3. Diskusikan pengaruh kondisi klien terhadap
yang memperburuk into-
leransi aktivitas. tanggung jawab peran, pekerjaan, dan
• Mengidentifikasi metode
keuangannya.
untuk menurunkan intole-
ransi aktivitas. 4. Kaji keadekuatan pola tidur klien
• Mempertahankan tekanan
5. Munculkan sikap “bisa melakukan” dan
darah dalam batas normal
3 menit setelah berakti- dalam diri.
vitas.
Pantau respons klien terhadap aktivitas

 Ukur nadi, tekanan darah, dan pernapasan saat istirahat.


 Minta klien untuk melakukan aktivitas.
 Ukur tanda-tanda vital segera setelah aktivitas (latihan berat dapat
meningkatkan denyut nadi sebanyak 50 denyutan. Frekuensi
tersebut tetap dalam batas normal, sepanjarig denyut tersebut
kembali ke denyutan istirahat dalam 3 menit.).
 Minta klien untuk istirahat selama 3 menit; ukur tanda vital kembali.
 Hentikan aktivitas jika terdapat keluhan nyeri dada, vertigo, atau
konfusi; penurunan frekuensi nadi; penururan tekanan darah
sistolik; peningkatan tekarian darah diastolik sebesar 15 mmHg;
penurunan - respons pernapasan.
 Turunkan intensitas atau durasi aktivitas jika frekuensi pernapasan
meningkat secara berlebihan setelah aktivitas.
Tingkatkan aktivitas secara bertahap

 Tingkatkan toleransi aktivitas klien dengan memintanya melakukan


aktivitas lebih lambat atau dalam periode waktu yang lebih singkat
dengan diselingi istirahat yang lebih banyak, atau dengan lebih
banyak bantuan.
 Mulai lakukan latihari rentang gerak sendi sekurang-kurangnya dua
kali sehari.
 Dorong klien untuk melakukan latihari isometrik.
 Dorong klien untuk mengubah posisi dan mengangkat tubuhnya
secara aktif jika tidak ada kontraindikasi.
 Tingkatkan keseimbangan dan toleransi duduk secara optimal
dengan meningkatkan kekuatan otot.
 Tingkatkan ambulasi dengan atau tanpa alat bantu.
 Beri dukungan yang cukup untuk memastikan keselamatan dan
mencegah jatuh.
Kaji keadekuatan pola tidur klien

 Rencanakan periode istirahat berdasarkan jadwal


harian klien. (Periode istirahat sebaiknya dijadwalkan
sepanjang hari dan di sela-sela aktivitas.)
 Anjurkan klien untuk istirahat selama satu jam pertama
setelah makan. (Istirahat dapat dilakukan dengan
berbagai cara: tidur sebentar, duduk dan menonton TV,
atau duduk dengan kaki ditinggikan).
www.themegallery.com

LOGO

Anda mungkin juga menyukai