Anda di halaman 1dari 41

Asuhan Keperawatan

Pada Klien dengan


Gangguan Sistem Integumen
Dermatitis Atopik

– Peradangan kulit yang melibatkan


perangsangan berlebihan (alergi)
– Melibatkan limfosit dan sel mast
– Histamin dari sel mast menyebabkan rasa
gatal dan eritema
– Sering dijumpai pada bayi, anak terkadang
menetap sampai dewasa
Dermatitis Atopik

– Gambaran klinis
 Eritema disertai lesi krusta dan basah pada
bayi, lesi sering muncul diwajah dan bokong
pada anak yang lebih tua
Remaja lebih sering muncul ditangan dan kaki,
dibelakang lutut dan dilipat siku
Pruritus hebat
Dermatitis Atopik

– Penatalaksanaan
Hindari dari iritan atau alergan
Pemberian antihistamin untuk mengontrol
rasa gatal
Kompres dingin untuk mengurangi
peradangan
Steroid topical dosis rendah
Dermatitis Atopik
Dermatitis Kontak

– Peradangan kulit akut atau kronik akibat terpapar


dengan iritan atau alergen
– Lokasi dermatitis sesuai dengan tempat
terpapar/pajanan
– Respon hipersensitif tipe IV (bersifat lambat < 24 jam
dari kejadian)
Dermatitis Kontak

– Gambaran klinis
Adanya papul, eritema & vesikel basah didaerah kontak.
Vesikel pecah dan membentuk krusta. Pruritus mungkin
sangat hebat
– Penatalaksanaan
Identifikasi penyebab dermatitis
Kompres dingin untuk kurangi peradangan
Terapi anti inflamasi topikal jangka pendek seperti steroid
untuk hentikan radang
Dermatitis Kontak
Selulitis

– Infeksi lapisan dermis atau subcutaneus


oleh bakteri
– Biasa terjadi setelah luka atau gigitan di kulit
– Biasanya disebabkan oleh streptococcus
phyogenes
– Komplikasinya bisa menyebabkan gangrene,
abses menyebar dan sepsis
Selulitis

– Gambaran klinis
Daerah kemerahan membengkak di kulit
serta terasa hangat dikulit serta terasa
hangat dan nyeri bila dipegang
– Penatalaksanaan
Antibiotik sistemik
Selulitis
Selulitis
Herpes Zoster

– Disebabkan oleh virus varicella


– Terjadi pada pasien dengan penurunan imunitas
seperti leukemia, lymphoma, AIDS
– Tzank’s Smear untuk mengetahui “multinucleated
giant cell”
Herpes Zoster

– Gambaran klinis
 Vesikel berbentuk unilateral berkelompok sepanjang saraf kranial
& spinal melalui dermatom saraf
 Adanya nyeri, gatal, & hepersyhsia
 Dapat berkembang menjadi krusta & ulcer disuperficial membran
mukosa
– Penatalaksanaan
 Acyclovir (Zovirax) anti virus
 Kompres dingin untuk mengurangi nyeri
 Cegah infeksi tambahan
Herpes Zoster
Herpes Zoster
Herpes Simplex

– Disebabkan oleh virus herpes simplex


– Vesikel yang terbentuk diikuti oleh perasaan terbakar
dan gatal
– Eksudat jernih diikuti krusta
– Biasanya di daerah hidung, pipi, leher, telinga, dan
genitalia
Herpes Simplex

– Penatalaksanaan
 pemberian topikal anastesi dan nyeri
Acylclovir (anti virus)
Hindari dari matahari
Tingkatkan kebersihan diri
HIndari kontak pada daerah luka
Herpes Simplex
Herpes Simplex
Pressure Ulcers

– Lesi pada kulit disebabkan oleh tekanan terus menerus


menyebabkan kerusakan jaringan dasar
– Terjadi umumnya pada area tubuh yang mendapat
tekanan lebih besar dari BB pada tulang yang menonjol
– Berkembang ketika jaringan lunak (kulit,
jar.subcutaneus, otot) ditekan antara tulang menonjol
dan permukaan keras dalam waktu yang lama
– Periode waktu sebelum terjadi kerusakan jaringan
bervariasi antara setiap klien
– Pasien yang dilemahkan dapat mengalami kerusakan
jaringan permanen dalam waktu 2 jam
Pressure Ulcers

– Malnutrisi merupakan faktor risiko utama


– Faktor yang dapat diidentifikasi dengan pengkajian :
Sensori persepsi
Kelembapan
Aktivitas
Mobilitas
Nutrisi
Friksi
Patofisiologi Pressure Ulcers

Tekanan terus menerus pada jar. Lunak antara tulang meninjol dan permukaan keras

Menekan kapiler-kapiler dan menghambat pembuluh darah

Bila tekanan berakhir Bila tekanan berlanjut,


(rebound cappilary dilatation), mikrotrombin dibentuk pada kapiler
kerusakan tidak terjadi dan menyumbat aliran darah

Nekrotik area

Infalamasi
Penatalaksanaan Pressure Ulcers

– Managemen nutrisi
– Managemen beban jaringan
– Spesial low pressure beds
– Perawatan luka ulcer
– Monitoring Healing
jika tidak sembuh dalam 2 minggu dengan nutrisi
adekuat, pengurangan tekanan, daily cleaning,
dressing pertimbangkan untuk topical antibiotik
Pressure Ulcer Degree

– Derajat I
– Derajat II
– Derajat III
– Derajat IV
Pressure Ulcers
Pressure Ulcers
Sindrom Stevens-Johnson

– Definisi
Sindrom yang yang mengenai kulit,
selaput lendir di orifisium, dan mata
dengan KU bervariasi dari ringan sampai
berat, kelainan pada k ulit berupa eritema,
vesikal/bula, dapat disertai purpura
Sindrom Stevens-Johnson

– Etiologi
Alergi Obat (penisilin & semisintetiknya,
streptomisin, sulfonamide, tetrasiklin,
antipiretik/analgesik(e.g. derivate salisil/pirazolon,
metamizol, metapiron, parasetamol), klorpomasin,
karbamazepin, klinin, antipirin, tegretol dan jamur
Infeksi
Keganasan
Dll.
Patogenesis
Dasar patogenesis, hipersensitivitas tipe III
dan IV
– Reaksi tipe III
Terbentuknya kompleks antigen-antibody mikro presipitasi

Mengkativasi sist. Komplemen C 657 (kemotaksis leukosit)

Menarik neutrofil dari sirkulasi akumulasi neutrofil

Melepaskan lisosim leukosit

Kerusakan jaringan pada organ sasaran


Patogenesis
Dasar patogenesis, hipersensitivitas tipe III
dan IV
– Reaksi tipe IV

Limposit T yang tersensilitasi berkontak kembali


dengan antigen yang sama

Limfokin dikeluarkan reaksi peradangan


Sindrom Stevens-Johnson
Gejala Klinis

– KU bervariasi dari ringan sampai berat


– Pada kondisi berat kesadaran menurun,
penderita dapat soporus s/d koma
– Mulainya penyakit akut : demam tinggi, malaise,
nyri kepala, batuk pilek dan nyeri tenggorokan
– Adanya trias kelainan: kelainan kulit, mata, dan
selaput lendir di orifisium
Sindrom Stevens-Johnson
Gejala Klinis
– Kelainan kulit
Eritema
Vesikel dan bulla (dapat pecah menjadi erosi yang luas dan
purpura)
Kelainan selaput lendir
 Mukosa bibir (100%), biasanya krusta hitam yang tebal
Lubang alat genitalia (50 %)
Lubang hidung dan anus (8% dan 4 %)
Di faring, traktus respiratorius bag. Atas dan esophagus
Stomatitis
Kelainan berupa vesikel dan bula dapat pecah erosi,
eksoriasi dan krusta kehitaman
Sindrom Stevens-Johnson
Gejala Klinis
– Kelainan mata
 80 % diantara semua kasus
 Konjungtivitis purulen
 Perdarahan
 Ulkus kornea
 Iritis
Pemeriksaan laboratorium
 Tidak khas
 Leokositosis Infeksi
 Eusinofilia Alergi
Sindrom Stevens-Johnson
Penatalaksanaan
– Jika KU baik, lesi tidak menyeluruh prednisolon 30-40 mg/hari
– Jika KU buruk, lesi menyeluruh kortikosteroid (life saving)
– Deksametason IV dosis permulaan 4-6 x 5 mg
– Setelah 2-3 hari dan keadaan membaik dosis diturunkan 5
mg/hari
– Diganti dengan kortikosteroid, prednisolon 20 mg lalu 10 mg
– Antibiotik siprofloxasin 2x400 mg IV, klindamisisn 2x600 mg IV,
Gentamisisn 2x80 mg
– Keseimbangan cairan dan elektrolit
– Diet rendah garam dan tinggi protein
– Terapi topical untuk lesi dimulut dan dikulit
Sindrom Stevens-Johnson
Sindrom Stevens-Johnson
Diagnosa Keperawatan

– Kerusakan integritas kulit b.d kulit kering


– Resiko kerusakan kulit b.d terekpos alergen
– Gangguan rasa nyaman b.d penanggulangan pruritus
inadekuat
– Resiko infeksi b.d eksoriasi kulit, penurunan
pertahanan tehadap virus, jamur, organisme
staphylocoocus
– Gangguan citra tubuh b.d lesi tubuh, respon signifikan
dari orang lain terhadap penampilan diri
Referensi

Black & Mattasin. 2005. Medical Surgical Nursing, Clinical


Management For Continuity Of Care, Seventh Ed. Philadelphia: W.B
Saunders Company
Gould, B.E. 2006. PATHOPHYSIOLOGI for Health Professions. Third Ed.
Philadelphia: Saunders Elsevier
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2001. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Polaski & Tatro. 2006. Luckmann’s Core Principles and Practie of
Medical Surgical Nursing. Third Ed. Philadelphia: W.B Saunders
Company
SELAMAT
BELAJAR

Anda mungkin juga menyukai