Anda di halaman 1dari 40

MANUSIA PERTAMA

DI ASIA TENGGARA

ardika52@yahoo.co.id
Universitas Udayana
FOSIL HOMININ DI JAWA
• Pulau Jawa mengandung fosil manusia Nusantara
pertama yang cukup banyak. 79 individu fosil
manusia Nusantara pertama telah ditemukan di
pulau Jawa sampai saat ini
• Fosil-fosil tersebut dikenal dengan istilah Homo
erectus merupakan hominin atau nenek moyang
manusia yang ditemukan pada lapisan tanah dari
kala Pleistosen Bawah, Tengah, dan Atas dalam
rentang waktu 1,5 hingga 0,04 juta tahun silam
LINGKUNGAN PADA MASA
PLEISTOSEN
• Pada masa Pleistosen keadaan alam masih
labil dan mengalami perubahan dalam bentuk
fisik dan iklim yang harus dialami oleh
manusia
• Seiring dengan perubahan alam dan iklim
pada masa Pleistosen, manusia terus
mengalami perkembangan bentuk lahiriah
dan akal-budinya.
KEPUNAHAN HOMO ERECTUS
• Manusia mengalami tantangan hidup yang
luar biasa pada masa Pleistosen karena
kondisi lingkungan alam yang masih labil
sehingga dapat mengancam keberadaannya,
yang berakhir dengan kepunahannya
• Kepunahan manusia Nusantara pertama
digantikan oleh munculnya manusia modern
(Homo sapiens) sekitar 45.000 tahun yang lalu
EVOLUSI HOMO SAPIENS
• Secara fisik manusia modern (Homo sapien)
lebih maju dibandingkan dengan manusia
Nusantara pertama (Homo erectus), demikian
pula dalam perkembangan akal-budinya yang
tercermin dari penciptaan artefak untuk
mendukung kehidupannya.
• Artefak yang dibuat oleh manusia Nusantara
pertama ataupun manusia modern umumnya
terbuat dari batu, kayu, dan tulang yang
digunakan untuk kegiatan berburu dan meramu.
KEMAJUAN TEKNOLOGI DAN
AKAL BUDI HOMO SAPIENS
• Tingkat penghidupan pada masa Pleistosen
mula-mula bersifat sangat sederhana dan
berangsur-angsur mengalami peningkatan
sesuai dengan kemampuan dan pengalaman
yang diperoleh manusia.
• Kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam
kehidupan manusia pada masa Pleistosen
kelihatan sangat lambat, dan manusia sangat
tergantung pada alam lingkungannya.
LINGKUNGAN FISIK PADA MASA
PLESITOSEN
• Hasil-hasil penyelidikan terhadap susunan lapisan
tanah dan jenis batuan yang terdapat di
dalamnya merupakan sumber utama untuk
merekonstruksi keadaan alam fisik pada kala
Pleistosen.
• Selain penelitian terhadap lapisan tanah, bukti-
bukti kehidupan yang telah berupa fosil menjadi
sumber penting untuk merekonstruksi peristiwa-
peristiwa yang terjadi pada kala Pleistosen.
KONDISI LINGKUNGAN
KALA PLEISTOSEN
• Kala Pleistosen permukaan bumi mengalami
perubahan oleh gerakan endogin dan eksogen
atau oleh perubahan iklim. Hewan dan
tumbuh-tumbuhan telah hidup merata di
muka bumi pada masa Pleistosen, sedangkan
manusia baru muncul dan hanya mendiami
beberapa tempat antara lain Afrika, Eropa,
dan Asia
KONDISI LINGKUNGAN
KALA PLEISTOSEN
• Unsur-unsur lingkungan yang diduga
terbentuk pada Kala Pleistosen ialah daratan
baru yang terangkat dari bawah permukaan
air laut dan undakan-undakan sungai.
Undakan-undakan sungai dan pantai terjadi
sebagai akibat adanya perubahan berulang-
ulang permukaan air laut dan air sungai pada
Kala Pleistosen
KONDISI LINGKUNGAN
KALA PLEISTOSEN
• Selain karena perubahan permukaan air laut,
kegiatan vulkanik yang hebat pada Kala
Pleistosen telah banyak mengubah bentuk
permukaan tanah, dan lahar yang mengalir dari
gunung-gunung berapi telah menyeret jasad
hidup dan setelah beratus ribu tahun berubah
menjadi fosil.
• Perubahan iklim kala Pleistosen telah
menyebabkan meluasnya permukaan es di bumi
KONDISI LINGKUNGAN
KALA PLEISTOSEN (lanjutan)
• Kala Pleistosen telah terjadi paling sedikit
tujuh kali perubahan iklim, yakni empat kali
masa glasial (volume daratan bertambah
karena es membeku) dan tiga kali masa
interglasial (volume air laut meningkat karena
es mencair) di daerah yang terkena es, atau
masa pluvial dan interpluvial yang mungkin
terjadi di daerah tropis
PAPARAN SUNDA DAN SAHUL
KALA PLEISTOSEN
KONDISI LINGKUNGAN
• Sungai-sungai di Sumatra Timur dan Utara pada
Kala Pleistosen pernah tergabung menjadi
sebuah sungai besar yang mengalirkan airnya
ke arah utara.
• Selanjutnya sungai Kampar, Indragiri dan
Batanghari pernah tergabung dengan Sungai
Kapuas dan beberapa sungai kecil di
Kalimantan Barat dan mengalirkan airnya ke
Laut Cina Selatan
HOMO ERECTUS
• Munculnya Paparan Sunda telah menjadi jembatan
yang menghubungkan kepulauan Indonesia dengan
Asia Tenggara Daratan sehingga memudahkan
migrasi atau lalu lintas hewan dan manusia antara
benua Asia dan pulau Jawa
• Kolonisasi fauna di Jawa diperkirakan sudah
berlangsung akhir Pliosen. Bukti-bukti ke arah itu
didasarkan pada penemuan Archidiskodon yang
berdasarkan stratigrafi berasal dari Pliosen Atas di
situs Bumiayu, di selatan Tegal, Jawa Tengah.
HOMO ERECTUS (lanjutan)
• Fosil-fosil mamalia lainnya ditemukan pada tahun 1920-an
dalam endapan yang disebut formasi Kali Glagah
• Migrasi manusia diperkirakan baru berlangsung pada
Pleistosen Bawah dari daratan Asia menuju Jawa
• Homo erectus telah muncul di Afrika 1,8 juta tahun silam.
Homo erectus diduga telah bermigrasi dari Afrika ke Asia (Cina
dan Jawa) sebagai daerah tropis sekitar 1,5 juta tahun silam
• Teori migrasi ini dikenal dengan istilah out of Africa yang
berarti bahwa leluhur manusia bermigrasi atau ke luar dari
Afika
PETA MIGRASI
HOMO ERECTUS
EVOLUSI H. ERECTUS DI JAWA
• Temuan fosil-fosil Homo erectus di beberapa situs di pulau
Jawa mengindikasikan adanya evolusi spesies tersebut.
• Pulau Jawa menjadi sangat penting untuk studi evolusi Homo
erectus di dunia, mengingat banyaknya fosil yang ditemukan
di pulau ini dari rentang waktu yang berbeda
• Sangiran merupakan situs manusia purba dari kala Pleistosen
yang paling lengkap di Indonesia bahkan di Asia. Situs ini
terletak di cekungan Solo, di sebelah timur Gunung Lawu
membentang sepanjang 8 km pada arah utara-selatan, dan 7
km arah timur-barat, di wilayah Kabupaten Sragen dan
Karanganyar, Jawa Tengah
LAPISAN PLEISTOSEN
• Lapisan batuan Sangiran memperlihatkan proses
evolusi lingkungan yang sangat panjang. Dimulai dari
akhir kala Pliosen, berlanjut pada formasi
• Pucangan pada kala Pleistosen Bawah (1,2 juta
tahun),
• Formasi Kabuh dari kala Pleistosen Tengah (diselingi
lapisan Grenzbank)(0,9-0,73 juta tahun),
• Formasi Notopuro dari kala Pleistosen Atas hingga
endapan-endapan Resen (0,2 juta tahun)
EVOLUSI HOMO ERECTUS DI JAWA
• Fosil-fosil manusia dari formasi Kabuh menunjukkan
ciri-ciri fisik yang lebih berevolusi sehingga
mempunyai struktur yang lebih ramping
dibandingkan dengan Homo erectus kekar dari
formasi Pucangan yang berusia Pleistosen Bawah
• Sebagian besar fosil-fosil dari lapisan Kabuh ini
menunjukkan morfologi khas sehingga dinamakan
Homo erectus tipik yang merupakan keturunan
Homo erectus kekar
EVOLUSI HOMO ERECTUS DI JAWA
• Sangiran 17 merupakan temuan fosil yang sangat penting
karena memiliki atap tengkorak, dasar tengkorak, dan
muka yang masih terkonservasi dengan baik
• Manusia Ngandong digolongkan sebagai Homo erectus
kelompok maju yang diperkirakan berumur antara
300.000 – 100.000 tahun.
• Tengkorak Homo erectus Ngandong berukuran besar
dengan volume otak rata-rata 1.100 cc ciri yang lebih
berevolusi dibandingkan dengan Homo erectus dari
Sangiran dan Trinil.
FOSIL H. ERECTUS DAN
SANGIRAN 17
EVOLUSI HOMO ERECTUS DI JAWA
• Homo erectus di Indonesia dapat
diklasifikasikan menjadi tiga tahapan eveolusi
dalam kurun waktu lebih dari satu juta tahun
yakni Homo erectus arkaik atau kelompok
Kekar yang berasal dari kala Pleistosen Bawah,
selaras dengan formasi Pucangan dan
mungkin Grenzbank (1,2-0,73 juta tahun yang
lalu).
EVOLUSI HOMO ERECTUS DI JAWA
• Kelompok kedua ialah Trinil-Sangiran yang hidup pada kala
Pleistosen Tengah,sesuai dengan pengendapan pasir Kabuh
(0,7-0,3 juta tahun silam). Kelompok ketiga adalah kelompok
Ngadong, merupakan Homo erectus yang paling maju, namun
periode hidupnya masih diperdebatkan. Di satu pihak,
sebagian ahli menyatakan mereka hidup pada akhir kala
Pleistosen Tengah,
• Kelompok Ngandong menghasilkan angka 53.000-27.000
tahun yang lalu
• Homo erectus di Jawa telah mengalami evolusi terutama
tampak pada volume otaknya sekitar 800 cc menjadi 1200 cc
MANUSIA PURBA DI LUAR JAWA
• Bukti-bukti manusia purba juga ditemukan di Sulawesi,
Flores, dan Luzon (Filipina). Daerah ini dikenal dengan
istilah Wallacea, setelah Alfred Rusell Wallace
menemukan bahwa secara biografi wilayah ini
merupakan percampuran hewan Eurasia dan Australia.
• Penelitian arkeologi yang dilaksanakan pada tanggal 6
September 2003 di situs gua Liang Bua di pulau Flores,
berhasil menemukan manusia kerdil yang dikenal
dengan manusia Liang Bua 1 (LB1) atau lazim disebut
Homo floresiensis pada kedalaman 6 meter
MANUSIA LIANG BUA/
HOMO FLORESIENSIS
• Berdasarkan kajian rangka manusia Liang Bua 1 ini
dapat direkonstruksi volume otaknya sekitar 400 cc,
tingginya 106 cm, dan beratnya 30-40 kg.
• Studi terbaru tentang lapisan tanah yang
mengandung abu vulkanis dan kapur yang terletak di
atas dan bawah fosil Homo floresiensis kronologinya
berasal dari 100.000 hingga 60.000 tahun silam.
Artefak batu yang ditemukan dalam gua dan
kemungkinan digunakan oleh manusia “hobbit”
berasal dari 190.000 hingga 50.000 tahun yang lalu
HOMO SAPIENS
• Konsep Homo sapiens atau manusia modern yang bijak dapat
dikaji melalui tiga aspek yakni anatomi fisik, genetik, dan
perilaku
• Richard Klein (dalam Bellwood, 2013:54) mendefinisikan
takson Homo sapiens dengan ciri fisik memiliki volume otak
1350cc, dahi dan dagu yang prominen/menonjol,
kranium/tempurung kepala berbentuk bulat dan agak melebar
di atas telinganya, dan raut muka yang agak meninggi
• Tengkorak dengan kriteria seperti ini ditemukan di beberapa
situs di Afrika, terutama di Afrika Timur dan Selatan dengan
umur antara 100.000-200.000 tahun yang lalu.
HOMO SAPIENS
• Tinggalan Homo sapiens di situs Omo
ditemukan berasosiasi dengan artefak batu tipe
Acheulian, dengan umur sekitar 200.000 tahun
yang lalu
• Temuan manusia modern dari situs Herto
terdiri atas dua individu dewasa dan seorang
anak-anak dengan umur 160.000 tahun silam
dan membawa daging untuk tujuan yang tidak
jelas, namun bukan berarti kanibalisme
ARTEFAK OLSOWAN (H.Erectus)
dan ACHEULIAN (H Sapiens)
MIGRASI HOMO SAPIENS
• Studi genetik dengan analisis mtDNA dan NRY juga
mengindikasikan bahwa Afrika adalah asal-usul Homo
sapiens.
• Diversitas genetik manusia menurun seiring dengan
bertambahnya jarak dari Afrika, yang merefleksikan lintasan
yang dilalui oleh sejumlah kecil penduduk yang menyebabkan
hilangnya haploid silsilah ketika penduduk terpisah dan
berpindah satu dengan lainnya.
• Fenomena yang sama juga tampak dalam diversitas fonem
bahasa yang juga berkurang semakin jauh dari Afrika
KEMODERENAN HOMO SAPIENS
• Menurut Richard Klein bahwa kemodernan
atau kemahiran aspek perilaku H.sapiens
secara arkeologis dapat dirinci antara lain
sebagai berikut.
• Meningkatnya jumlah tipe artefak seperti
mata panah, batu asah, alat penumbuk,
pelempar lembing/tombak, jaring, suling dari
tulang, jarum, manik-manik, dan anting.
KEMODERENAN HOMO SAPIENS
lanjutan
• Meningkatnya jenis bahan baku yang digunakan
untuk peralatan seperti tulang, gading, kerang, tanah
liat (kadang dibakar), dan oker.
• Munculnya tempat hunian yang terbuat dari tulang
mamut dan bahan bangunan lainnya, terutama di
Eropa Timur dan Rusia pada masa Paleolitik Atas
(Upper Paleolithic).
• Bukti-bukti tentang kegiatan ritual dan seni seperti
sistem penguburan dan lukisan pada dinding gua
yang berasal dari sekitar 40.000 tahun yang lalu.
KEMODERENAN HOMO SAPIENS
lanjutan
• Meningkatnya pemanfaatan sumberdaya daya
air baik sungai maupun laut.
• Meningkatnya kemampuan memindahkan
bahan-bahan mentah dengan jarak lebih dari
puluhan hingga beratusan kilo meter.
HOMO SAPIENS DI ASTENG
• Homo sapiens tertua di Asia Tenggara yang
ditemukan di Tam Pa Ling, Laos berumur
antara 46.000 hingga 64.000 tahun silam.
• Tengkorak yang ditemukan di Gua Niah,
Serawak diperkirakan berasal dari 45.000
tahun yang lalu.
• Rangka yang hampir sezaman juga ditemukan
di gua Tabon, Palawan, Filipina
H. SAPIENS DI AUSTRALIA
• Rangka manusia yang dikubur dan dibubuhi
oker ditemukan di Lake Mungo, negara bagian
New South Wales, Australia.
• Umur rangka ini berdasarkan pertanggalan
luminescience berasal dari 40.000 tahun
silam, namun demikian, para ahli arkeologi
Australia cenderung menentukan umurnya
lebih dari 50.000 tahun silam.
HOMO SAPIENS
• Temuan rangka manusia di situs Wajak di Tulungagung, Jawa
Timur merupakan contoh tertua Homo sapiens di Indonesia,
• Fosil ini dapat disejajarkan dengan rangka dari Moh Kiew
(Thailand), Niah (Serawak/Malaysia), dan Tabon (Filipina
• Rangka manusia Wajak (Homo wajakensis) ditemukan oleh
B.D. van Rietschoten dari sebuah ceruk di lereng pegunungan
karst di baratdaya Campurdarat, dekat Tulungagung, Jawa
Timur
• Dubois memindahkan ekakavasi ke tempat penemuan
manusia Wajak I, dan dia berhasil menemukan tengkorak
lainnya, yakni Wajak II
HOMO SAPIENS
• Wajak I sangat besar dibandingkan dengan
semua tengkorak wanita, dengan kapasitas
volume otak 1.550 cc, yang melebihi kapasitas
maksimal semua tengkorak dari Australia dan
Tasmania. Wajak II lebih besar lagi yakni 1.650 cc
dengan muka lebar
• Bellwood (1985:91) berpendapat bahwa manusia
Australoid yang menghuni gua Niah dan Tabon
telah diganti oleh Mongoloid sekitar 1000 BC
REKONSTRUKSI MANUSIA
WAJAK/H. SAPIENS
PENUTUP
• Penghuni Kepulauan Indonesia menunjukkan
keragaman genetik yang berawal dari 1,5 juta tahun
silam hingga sekarang. Homo erectus telah menghuni
Indonesia khususnya pulau Jawa dan mungkin pula
Flores selama kurang lebih satu juta tahun dengan
evolusinya.
• Fosil-fosil kelompok H.erectus ditemukan pada masa
Pleistosen Bawah dan Tengah. Berbagai artefak batu
seperti kapak perimbas, kapak gengam, serut dari batu,
dan alat serpih bilah diduga sebagai tinggalan H.erectus.
HOMO SAPIENS
• Pada Akhir Pleistosen dan Awal Holosen
sekitar 50.000 tahun yang lalu, muncul Homo
sapiens di Indonesia dan kawasan Asia
Tenggara. Manusia Wajak atau Homo
Wajakensis adalah satu-satunya contoh H.
Sapiens di Indonesia, yang sezaman dengan
manusia dari gua Niah (Serawak, Malaysia),
dan manusia dari Gua Tabon (Filipina).

Anda mungkin juga menyukai