PULMONARY ATRESIA
Definisi
Penyebab PJB belum pasti, meskipun beberapa faktor dianggap berpotensi sebagai penyebab. Faktor-
faktor yang berpotensi antara lain infeksi virus pada ibu hamil (misalnya campak Jerman atau rubella),
obat-obatan atau jamu-jamuan, alkohol. Faktor keturunan atau kelainan genetik dapat juga menjadi
penyebab meskipun jarang, dan belum banyak diketahui. Misalnya Sindroma Down (Mongolism) yang
sering disertai dengan berbagai macam kelainan, dimana salah satunya PJB.
Menurut (Rilantono, 2013). Etiologi penyakit jantung bawaan bisa ditimbulkan oleh beberapa faktor.
Selain itu infeksi virus, paparan radisasi, alkohol dan obat-obatan yang diminum pada ibu hamil juga di
duga sebagai penyebab penyakit jantung bawaan.
Manifestasi Klinis
Penyakit Jantung Bawaan dipengaruhi oleh faktor yaitu faktor genetik dan maternal. Pada kelainan
struktur jantung digolongkan menjadi penyakit jantung bawaan asianotik dan penyakit jantung bawaan
sianotik. Penyakit jantung bawaan asianotik; kondisi ini disebabkan oleh lesi yang memungkinkan darah
shunt dari kiri ke sisi kanan sirkulasi atau yang menghalangi aliran darah dengan penyempitan katup
serta pencampuran darah dari arteri (Padila, 2013).
Terdapat lubang antara atrium kanan dan kiri menimbulkan tekanan atrium kiri lebih besar ketimbang
atrium kanan, sehingga darah akan mengalir dari atrium kiri ke kanan. Darah yang mengalir dari atrium
kiri ke kanan menimbulkan volume atrium kanan meningkat menyebabkan hipertropi atrium kanan dan
selain itu meningkatnya volume dan tekanan atrium kanan maka darah akan mengalir ke ventrikel kanan
dan paru-paru juga meningkat.
Volume di ventrikel kiri menurun disebabkan darah mengalir dari atrium kanan ke atrium kiri. Hal ini
akan menyebabkan kontraktilitas ventrikel kiri menurun sehingga terjadi penurunan curah jantung.
Pemeriksaan Penunjang
Foto thoraks : Melihat atau evaluasi adanya atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan
(kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat.
Echokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup bulan atau
lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari
pirau kiri ke kanan).
Pemeriksaan laboratorium : Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat
saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit
antara 50-65 %.
Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya.
Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, adanya hipertropi ventrikel kiri,
kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.
Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler yang
meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya.
Diagnosa ditegakkan dengan cartography & Cardiac iso enzim (CK,CKMB) meningkat.
Komplikasi
Pasien dengan penyakit jantung congenital teramcam mengalami berbagai komplikasi antara lain:
1. Gagal jantung kongestif
2. Renjatan kardiogenik, Henti Jantung
3. Aritmia
4. Endokarditis bakterialistis
5. Hipertensi
6. Hipertensi pulmonal
7. Tromboemboli dan abses otak
Penatalaksanaan
Pengkajian
a. Biodata Klien
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama. Agen penyebab lain adalah rubella,
influenza atau chicken pox.
Riwayat prenatal seperti ibu yang menderita diabetes mellitus dengan ketergantungan pada
insulin.
Kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan baik, termasuk menjaga gizi ibu, dan tidak kecanduan
obat-obatan dan alcohol, tidak merokok.
Proses kelahiran atau secara alami ataua adanya factor-faktor memperlama proses persalinan,
penggunaan alat seperti vakum untuk membantu kelahiran atau ibu harus dilakukan SC.
Riwayat keturunan, dengan rnemperhatikan adanya anggota keluarga lain yang juga mengalami
kelainan jantung, untuk mengkaji adanya factor genetic yang menunjang.
lanjutan
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pengkajian fisik yang dilakukan terhadap pasien yang
menderita penyakit jantung pada umumnya. Secara spesifik data yang dapat ditemukan dari hasil
pengkajian fisik pada penyakit jantung congenital ini adalah:
Bayi baru lahir berukuran kecil dan berat badan kurang. Anak terlihat pucat, banyak keringat
bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik.
Diameter dada bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri.
Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intrakostal dan region
epigastrium.
Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinarnik.
Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan atas.
Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti mendengkur, tacipnea dan retraksi.
Anak pusing, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak
terpenuhi ditandai dengan adanya murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum.
Adanya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan daripada kaki. Denyut nadi
pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal dan temoral.
Diagnosa Keperawatan
Intervensi Rasional
Observasi keadaan kulit terhadap pucat dan sianosis. Pucat menunjukan adanya penurunan perfusi sekunderterhadap ketidakadekuatan curah
jantung, vasokonstriksi dan anemi.
Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam Permulaan terjadinya gangguan pada jantung akan ada perubahan pada tanda-tanda vital
seperti pernafasan menjadi cepat, peningkatan suhu, nadimeningkat, peningkatan tekanan
darah, semuanya dapat cepat dideteksi untukpenangan lebih lanjut.
Monitor tanda-tanda PJB seperti gelisah, takikardi, Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kegawatan dari anak serta diperlukan dalam
tachypnea, sesak, mudah lelah, periorbital edema, mendeteksi untuk penanganan lebih lanjut.
oliguria, dan hepatomegali.
Berikan oksigen tambahan dengan kanula Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard dan untukmelawan efek
nasal/masker sesuai indikasi. hipoksia/iskemia.
Informasikan dan anjurkan tentang pentingnya Istirahat yang adekuat dapat meminimalkan kerja dari jantung dandapat
istirahat yang adekuat. mempertahankan energi yang ada.
Observasi perubahan pada sensori, contoh letargi, Dapat menunjukan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap penurunan curah
bingung disorientasi cemas. jantung.
Berikan health education pada pasien dan keluarga Lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta
pasien tentang cardiac output lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat
Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian Mempengaruhi reabsorbsi natrium dan air, dan digoksinmeningkatkan kekuatan kontraksi
tindakan farmakologis berupa digitalis dan digoxin. miokard dan memperlambat frekuensi jantung dengan menurunkan konduksi dan
memperlambat periode refraktori padahubungan AV untuk meningkatkan efisiensi curah
jantung.
3. Defisit nutrisi tubuh b.d ketidakmampuan menyusu dan makan
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan anak
dapat makan dan menyusu dan tidak terjadi penurunan berat badan selama terjadi
perubahan status nutrisi.
Kriteria Hasil :
Anak dapat menyusu
Porsi makan dihabiskan
Intervensi Rasional
Observasi selama pemberian makan atau menyusui. Selama makan atau menyusui mungkin dapat terjadi anak sesak atau tersedak.
Timbang berat badan setiap hari dengan timbangan Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
yang sama dan waktu yang sama.
Observasi dan catat masukan makanan anak/ intake Mengawasi masukkan kalori dan kualitas kekurangan konsumsi makanan.
dan output secara benar
Jika anak menunjukkan kelemahan akibat ketidak Infus akan menambah kebutuhan nutrisi yang tidak dapat dipenuhimelalui oral.
adekuatannya nutrisi yang masuk maka pasang infus
Anjurkan ibu untuk terus memberikan anak susu, Air susu akan mempertahankan kebutuhan nutrisi anak.
walaupun sedikit tetapi sering
Pada anak yang sudah tidak menyusui lagi maka Meningkatan intake atau masukan dan mencegah kelemahan
berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering
dengan diet sesuai instruksi (TKTP).
Berikan health education pada pasien dan keluarga Lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien
pasien tentang manfaat dari nutrisi sendiri. serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan
dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi.
penyikatan yang lembut, berikan pencuci mulut yang
di encerkan bila mukosa oral luka.
4. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan anak dapat melakukan
aktivitas yang sesuai tanpa adanya kelemahan.
Kriteria Hasil :
Tidak nampak kelelahan
Tidak nampak lesu
Saturasi O2 saat aktivitas dalam batas normal (95-100%)
TTV Normal
Intervensi Rasional
Kaji perkembangan tanda-tanda peningkatan Menunjukan gangguan pada jantung yang kemudian akanmenggunakan energi
tanda-tanda vital, seperti adanya sesak. lebih sebagai kompensasi sehingga akhirnya anak menjadi kelelahan.
Batasi aktifitas anak yang berlebihan. Meminimalkan kerja dari jantung dan dapat mempertahankan energi yang ada.
Bantu pasien dalam aktivitas yang tidak dapat Teknik penghematan energi. .
dilakukannya.
Support dalam pemberian nutrisi anak. Nutrisi dapat membantu meningkatkan metabolisme juga akanmeningkatkan
produksi energi
Berikan health education pada pasien dan Lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien
keluarga pasien tentang aktifitas. serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
5. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil :
Klien tidak tampak mengeluh dan menangis
Ekspresi wajah klien tidak menunjukkan nyeri
Klien tidak gelisah
Intervensi Rasional
Observasi adanya keluhan nyeri, pada anak bisa Perbedaan gejala perlu untuk mengidentifikasi penyebab nyeri.
ditunjukan dengan rewel atau sering menangis.
Observasi perilaku dan tanda-tanda vital anak tiap Perilaku dan tanda vital membantu menentukan derajat atau adanya ketidaknyamanan
4 jam.
Berikan lingkungan istirahat yang nyaman dan Aktivitas berlebih dapat meningkatkan kebutuhan oksigen miokard. (contoh kerja tiba-tiba,
batasi aktivitas anak sesuai kebutuhan. stress, makan banyak, terpajan dingin) dapat mencetuskan nyeri dada.
Ajarkan teknik distraksi relaksasi pada anak dan Dengan adanya distraksi nyeri anak dapat dialihkan/pengalihan dan dapat menurunkan
ibu. respon nyeri.
Anjurkan ibu untuk selalu memberikan Ketenangan anak akan mengurangi stress yang dapat memperberat nyeri yang dirasakan.
ketenangan pada anak.
Berikan health education pada pasien dan lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta lebih
keluarga pasien tentang nyeri dan kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
penanganannya.
Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian Analgesik bekerja dengan menghambat nosiseptor nyeri menempati reseptornya, sehingga
analgesic. nyeri tidak dirasakan lagi.
Evaluasi respon terhadap obat/terapi yang penggunaan terapi obat dan dosis, catat nyeri yang tidak hilang atau berkurang
diberikan
6. Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil :
TTV Normal (TD 120/80 mmHg, Nadi 60-100x/menit, Respirasi 18-20x/menit, SB 36,5 OC-
37,5OC)
Intervensi Rasional
Dorong teknik mencuci tangan dengan Mencegah infeksi nosokomial saat perawatan.
baik
Kaji tanda-tanda infeksi Mengetahui tanda-tanda infeksi secara dini dapat membantu dalam
kecepatan menentukan intervensi
Ukur temperatur tiap 4 jam Peningkatan suhu badan merupakan salah satu tanda adanya infeksi
Berikan antibiotik sesuai dengan indikas Pemberian antibiotik dapat mecegah terjadinya infeksi
7. Resiko cidera dibuktikan dengan hipoksia jaringan ; kejang
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x24 jam diharapkan risiko cidera dapat
diminimalisir.
Kriteria Hasil :
Klien dan keluarga mengenal tanda dan gejala yang mengindikasikan faktor resiko cidera
Pasien dapat menunjukan sikap melindungi diri sendiri dari risiko cidera
Intervensi Rasional
Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, Menentukan kebutuhan pasien terhadapm keamanan dan menentukan
berdasarkan tingkat fisik, fungsi kognitif dan intervensi yang tepat
sejarah tingkah laku
Sediakan tempat tidur yang rendah jika Membantu pasien memudahkan menjangkau tempat tidur dan
diperlukan mengurangi risiko cidera
Tempatkan furniture diruangan dengan Memudahkan pasien menjangkau peralatan yang dibutuhkan
susunan terbaik untuk akomodasi
ketidakmampuan pasien dan keluarga
Implementasi
Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan radiasi daripada rencana Tindakan keperawatan yang
telah diterapkan. Meliputi tindakan independen, dependen, dan interdependen. Pada pelaksanaan
terdiri dari beberapa kegiatan, validasi, rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana
keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan pemgumpulan data. (Susan Martin, 1998).
Evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya secara umum, evaluasi ditujukan untuk melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan,
menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum, mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum
tercapai. Evaluasi terbagi menjadi dua jenis yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas
proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan, dirumuskan dengan empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP,
subyektif(data berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data (pembandingan data dengan teori),
perencanaan. Sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses keperawatan selesai
dilakukan (Asmadi, 2008)