Anda di halaman 1dari 32

KONSEP PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PULMONARY ATRESIA
Definisi

 Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit jantung yang dibawa


sejak lahir, dan terjadi ketika bayi masih berada dalam kandungan.
Kelainan pembentukan jantung terjadi pada awal kehamilan karena
saat usia kandungan 7 minggu, pembentukan jantung sudah lengkap.
 Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah
sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar
yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks
terutama ditemukan pada bayi dan anak.
Jenis Penyakit Jantung Kongenital

Penyakit Jantung Bawaan Non Sianotik


a. Penyakit Jantung Bawaan Non Sianotik
Penyakit jantung bawaan (PJB) non sianotik adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang dibawa
lahir yang tidak ditandai dengan sianosis; misalnya lubang di sekat jantung sehingga terjadi pirau dari
kiri ke kanan, kelainan salah satu katup jantung dan penyempitan alur keluar ventrikel atau
pembuluh darah besar tanpa adanya lubang di sekat jantung. Yang akan dibicarakan disini hanya 2
kelompok besar PJB non sianotik; yaitu (1) PJB non sianotik dengar, lesi atau lubang di jantung
sehingga terdapat aliran pirau dari kiri ke kanan,misalnya ventricular septal defect (VSD), atrial
septal defect (ASD) dan patent ductus arteriosus (PDA), dan (2) PJB non sianotik dengan lesi
obstruktif di jantung bagian kiri atau kanan tanpa aliran pirau melalui sekat di jantung, misalnya,
aortic stenosis (AS), coarctatio aorta (CoA) dan pulmonary stenosis (PS).
b. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik
Pada PJB sianotik didapatkan kelainan struktur dan fungsi jantung sedemikian rupa sehingga
sebagian atau seluruh darah balik vena sistemik yang mengandung darah rendah oksigen kembali
beredar ke sirkulasi sistemik. Terdapat aliran pirau dari kanan ke kiri atau terdapat percampuran
darah balik vena sistemik dan vena pulmonalis. Sianosis pada mukosa bibir dan mulut serta kuku jari
tangan dan kaki dalah penampilan utama pada golongan PJB ini dan akan terlihat bila reduce
haemoglobin yang beredar dalam darah lebih dari 5 gram %. Bila dilihat dari penampilan klinisnya,
secara garis besar terdapat 2 golongan PJB sianotik, yaitu (1) dengan gejala aliran darah ke paru yang
berkurang, misalnya Tetralogi of Fallot (TF) dan Pulmonal Atresia (PA) dengan VSD, dan (2) dengan
gejala aliran darah ke paru yang bertambah. Misalnya Transposition of the Great Arteries (TGA) dan
Common Mixing.
Etiologi

Penyebab PJB belum pasti, meskipun beberapa faktor dianggap berpotensi sebagai penyebab. Faktor-
faktor yang berpotensi antara lain infeksi virus pada ibu hamil (misalnya campak Jerman atau rubella),
obat-obatan atau jamu-jamuan, alkohol. Faktor keturunan atau kelainan genetik dapat juga menjadi
penyebab meskipun jarang, dan belum banyak diketahui. Misalnya Sindroma Down (Mongolism) yang
sering disertai dengan berbagai macam kelainan, dimana salah satunya PJB.

Menurut (Rilantono, 2013). Etiologi penyakit jantung bawaan bisa ditimbulkan oleh beberapa faktor.
Selain itu infeksi virus, paparan radisasi, alkohol dan obat-obatan yang diminum pada ibu hamil juga di
duga sebagai penyebab penyakit jantung bawaan.
Manifestasi Klinis

a. Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik dengan vaskularisasi paru


 Ventricular Septal Defect (VSD)
VSD terjadi bila sekat ventrikel tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya darah dari bilik kiri mengalir ke
bilik kanan pada systole. Manifestasi klinis. Tanda yang menonjol adalah nafas pendek dan retraksi pada
jugulum, sela intrakostal dan region epigastrium. Pada anak yang kurus terlihat implus jantung yang
hiperdinamik.
 Atrial Septal Defect (ASD)
Kelainan septum atrium disebabkan dari suatu lubang pada foramen ovale atau pada septum atrium.
Tekanan pada foramen oval atau septum atrium, tekanan pada sisi kanan jantung meningkat.
Manifestasi klinis:
 Patent Ductus Arteriosus (PDA)
DAP terjadi bila duktus tidak menutup bila bayi lahir. Penyebab DAP bermacam-macam, bisa karena infeksi
rubela pada ibu dan prematuritas
Manifestasi klinis : Neonatus menunjukkan tanda-tanda respiratori distres seperti mendengkur tacipnea dan
retraksi. Sejalan dengan pertumbuhan anak maka anak akan mengalami dyspnea, kardio megali, hipertrofi
ventrikuler kiri akibat penyesuaian jantung terhadap peningkatan volume darah, adanya tanda ‘machinery
type’. Murmur jantung akibat aliran darah turbulen dari aorta melewati duktus menetap. Tekanan darah
sistolik mungkin tinggikarena pembesaran ventrikel kiri.
lanjutan

b. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru normal


 Stenosis Aorta (SA)
Pada kelainan ini striktura terjadi diatas atau dibawah katup aorta. Katupnya sendiri mungkin terkena atau
retriksi atau tersumbat secara total aliran darah. Manifestasi Klinis : Anak menjadi kelelahan dan pusing
sewaktu cardiac output menurun, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap
O2 tidak terpenuhi, hal ini menjadi serius dapat rnenyebabkan kematian, ini juga ditandai dengan adanya
murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum, diagnosa ditegakan berdasarkan gambaran ECG
yang menunjukan adanya hipertropi ventrikel kiri, dan dari kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.
 Stenosis Pulmonal (SP)
Kelainan pada stenosis pulmonik, dijumpai adanya striktura pada katup, normal tetapi puncaknya menyatu.
Manifestasi klinis : Tergantung pada kondisis stenosis. Anak dapat mengalami dyspne dan kelelahan,
karena aliran darah ke paru-paru tidak adekuat untuk mencukupi kebutuhan O2 dari cardiac output yang
meingkat. Dalam keadaan stenosis yang berat, darah kembali ke atrium kanan yang dapat rnenyebabkan
kegagalan jantung kongesti.
 Koarktasio Aorta
Kelaianan pada koartasi aorta, aorta berkontriksi dengan beberapa cara. Kontriksi mungkin proksimal atau
distal terhadap duktus arteiosus. Kelaianan ini biasanya tidak segera diketahui, kecuali pada kontriksi berat.
Untuk itu penting melakukan skrening anak saat memeriksa kesehatannya, khususnya bila anak mengikuti
kegiatan-kegiatan olah raga.
Manifestasi klinis : Ditandai dengan adanya kenaikan tekanan darah, searah proksimal pada kelainan dan
penurunan secara distal. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan daripada kaki.
lanjutan
c. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang
 Tetralogi Of Fallot (TOF)
Tetralogi of fallot merupakan penyakit jantung yang umum, dan terdiri dari 4 kelainan yaitu:
1. Stenosis pulmonal,
2. Hipertropi ventrikel kanan,
3. Kelainan septum ventrikuler, dan
4. Kelainan aorta yang menerima darajh dari ventrikel dan aliran darah kanan ke kiri melalui kelainan septum
ventrikel.
Manifestasi klinis : Bayi baru lahir dengan TF menampakan gejala yang nayata yaitu adanya cianosis, letargi dan
lemah. Setain itu juga tampak tanda-tanda dyspnea yang kemudian disertai jari-jari clubbing, bayi berukuran kecil
dan berat badan kurang. Bersamaan dengan pertambahan usia, bayi diobservasi secara teratur, serta diusahakan
untuk mencegah terjadinya dyspne.  
d. PJB sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah
 Transposisi arteri besar (TAB)/ Transpotition Great artery (TGA)
Apabila pembuluh pembuluh darah besar mengalami transposisi aorta, arteri aorta dan pulmonal secara anatomis
akan terpengaruh. Anak tidak akan hidup kecuali ada suatu duktus ariosus menetap atau kelainan septum
ventrikuler atau atrium, yang menyebabkan bercampurnya darah arteri-vena. Pada TGA terjadi perubahan tempat
kelurnya posisi aorta dan a.pulmonalis yakni aorta keluar dari ventrikel kanan dan terletak di sebelah anterior
a.pulmonalis, sedangkan a.pulmonalis keluar dari ventrikel kiri terletak posterior terhadap aorta. Akibatnya aorta
menerima darah v. Sistemik dari vena kava, atriumkanan, ventrikel kanan dan darah diteruskan ke sirkulasi
sistemik. Sedang darah dari vena pulmonalis dialirkan ke atrium kiri, ventrikel kiri dan diteruskan ke a.
Manifesfasi klinis : Transposisi pembuluh-pembuluh darah ini tergantung pada adanya kelainan atau stenosis.
Stenosis kurang tampak apabila kelainan merupakan PDA atau ASD atau VSD, tetapi kegagalan jantung akan
terjadi.
Patofisiologi

Penyakit Jantung Bawaan dipengaruhi oleh faktor yaitu faktor genetik dan maternal. Pada kelainan
struktur jantung digolongkan menjadi penyakit jantung bawaan asianotik dan penyakit jantung bawaan
sianotik. Penyakit jantung bawaan asianotik; kondisi ini disebabkan oleh lesi yang memungkinkan darah
shunt dari kiri ke sisi kanan sirkulasi atau yang menghalangi aliran darah dengan penyempitan katup
serta pencampuran darah dari arteri (Padila, 2013).

Terdapat lubang antara atrium kanan dan kiri menimbulkan tekanan atrium kiri lebih besar ketimbang
atrium kanan, sehingga darah akan mengalir dari atrium kiri ke kanan. Darah yang mengalir dari atrium
kiri ke kanan menimbulkan volume atrium kanan meningkat menyebabkan hipertropi atrium kanan dan
selain itu meningkatnya volume dan tekanan atrium kanan maka darah akan mengalir ke ventrikel kanan
dan paru-paru juga meningkat.

Volume di ventrikel kiri menurun disebabkan darah mengalir dari atrium kanan ke atrium kiri. Hal ini
akan menyebabkan kontraktilitas ventrikel kiri menurun sehingga terjadi penurunan curah jantung.
Pemeriksaan Penunjang

 Foto thoraks : Melihat atau evaluasi adanya atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan
(kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat.
 Echokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup bulan atau
lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari
pirau kiri ke kanan).
 Pemeriksaan laboratorium : Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat
saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit
antara 50-65 %.
 Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya.
 Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, adanya hipertropi ventrikel kiri,
kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.
 Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler yang
meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya.
 Diagnosa ditegakkan dengan cartography & Cardiac iso enzim (CK,CKMB) meningkat.
Komplikasi

Pasien dengan penyakit jantung congenital teramcam mengalami berbagai komplikasi antara lain:
1. Gagal jantung kongestif
2. Renjatan kardiogenik, Henti Jantung
3. Aritmia
4. Endokarditis bakterialistis
5. Hipertensi
6. Hipertensi pulmonal
7. Tromboemboli dan abses otak
Penatalaksanaan

a. Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik dengan vaskularisasi paru


 Ventricular Septal Defect (VSD)
Pasien dengan DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan utuk mengatasi gagal jantung. Biasanya
diberikan digoksin dan diuretic, misalnya lasix. Bila obat dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat dengan
membaiknya pernafasan dan bertambahnya berat badan, rnaka operasi dapat ditunda sampai usia 2-3
tahun. Tindakan bedah sangat menolong karena tanpa tindakan tersebut harapan hidup berkurang.
 Atrial Septal Defect (ASD)
Kelainan tersebut dapat ditutup dengan dijahit atau dipasang suatu graft pembedahan jantung terbuka,
dengan prognosis baik.
 Patent Ductus Arteriosus (PDA)
Karena neonatus tidak toleransi terhadap pembedahan, kelainan biasanya diobati dengan aspirin atau
idomethacin yang menyebabkan kontraksi otot lunak pada duktus arteriosus. Ketika anak berusia 1-5
tahun, cukup kuat untuk dilakukan operasi.
b. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru normal
 Stenosis Aorta (SA)
Stenosis dihilangkan dengan insisi pada katup yang dilakukan pada saat anak mampu dilakukan
pembedahan toraks.
 Stenosis Pulmonal (SP)
Stenosis dikoreksi dengan pembedahan pada katup yang dilakukan pada saat anak berusia 2-3 tahun.
Koarktasio Aorta
Kelainan dapat dikoreksi dengan Balloon Angioplasty, pengangkatan bagian aorta yang berkontriksi atau
anastomi bagian akhir, atau dengan cara memasukkan suatu graf.
lanjutan

c. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang


 Tetralogi Of Fallot (TOF)
Pembedahan paliatif dilakukan pada usia awal anak-anak, untuk mernenuhi peningkatan kebutuhan
oksigen dalam masa pertumbuhan. Pembedahan berikutnya pada masa usia sekolah, bertujuan untuk
koreksi secara permanent. Dua pendekatan paliatif adalah dengan cara Blalock-Tausing, dilakukan pada
ananostomi ujung ke sisi sub ciavikula kanan atau arteri karotis menuju arteri pulmonalis kanan.
d. PJB sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah
 Transposisi arteri besar (TAB) / Transpotition Great artery (TGA)
Pembedahan paliatif dilakukan agar terjadi percampuran darah. Pada saat prosedur, suatu kateter balon
dimasukan ketika kateterisasi jantung, untuk memperbesar kelainanseptum intra arterial. Pada cara
Blalock Halen dibuat suatu kelainan septum atrium. Pada Edward vena pulmonale kanan. Cara Mustard
digunakan untuk koreksi yang permanent.
Pathway

Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik


Pathway Penyakit Jantung Bawaan Sianotik : ToF
ASUHAN KEPERAWATAN

 Pengkajian
a. Biodata Klien
b. Riwayat Kesehatan
 Riwayat terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama. Agen penyebab lain adalah rubella,
influenza atau chicken pox.
  Riwayat prenatal seperti ibu yang menderita diabetes mellitus dengan ketergantungan pada
insulin.
  Kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan baik, termasuk menjaga gizi ibu, dan tidak kecanduan
obat-obatan dan alcohol, tidak merokok.
 Proses kelahiran atau secara alami ataua adanya factor-faktor memperlama proses persalinan,
penggunaan alat seperti vakum untuk membantu kelahiran atau ibu harus dilakukan SC.
 Riwayat keturunan, dengan rnemperhatikan adanya anggota keluarga lain yang juga mengalami
kelainan jantung, untuk mengkaji adanya factor genetic yang menunjang.
lanjutan

c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pengkajian fisik yang dilakukan terhadap pasien yang
menderita penyakit jantung pada umumnya. Secara spesifik data yang dapat ditemukan dari hasil
pengkajian fisik pada penyakit jantung congenital ini adalah:
 Bayi baru lahir berukuran kecil dan berat badan kurang. Anak terlihat pucat, banyak keringat
bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik.
 Diameter dada bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri.
 Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intrakostal dan region
epigastrium.
 Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinarnik.
 Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan atas.
 Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti mendengkur, tacipnea dan retraksi.
 Anak pusing, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak
terpenuhi ditandai dengan adanya murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum.
 Adanya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan daripada kaki. Denyut nadi
pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal dan temoral.
Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi


2. Penurunan curah jantung b.d perubahan preload
3. Defisit nutrisi tubuh b.d ketidakmampuan menyusu dan makan
4. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan
5. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik
6. Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif
7. Resiko cidera dibuktikan dengan hipoksia jaringan ; kejang
Intervensi

1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi


Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan gangguan pertukaran
gas tidak terjadi dengan
Kriteria hasil :
 - Pertukaran gas tidak terganggu
 - Pasien tidak sesak

Intervensi Rasional

Berikan respirasi support Untuk meminimalkan resiko kekurangan


oksigen.
2

Analisa gas darah Untuk mengetahui adanya hipoksemia dan


  hiperkapnia.

Berikan posisi semifowler Memfasilitasi fungsi pernapasan klien


   
  Untuk meringankan kerja jantung
Batasi cairan
2. Penurunan curah jantung b.d perubahan preload
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, klien dapat
mentoleransi gejala-gejala yang ditimbulkan akibat penurunan curah jantung.
Kriteria Hasil :
 Tanda vital dalam rentang normal (TD 120/80 mmHg, Nadi 60-100x/menit, Respirasi
18-20x/menit, SB 36,5OC-37,5OC)
 dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
 Tidak ada edema paru, perifer dan tidak ada asites
 Tidak ada penurunan kesadaran
 AGD dalam batas normal
 Tidak ada distensi vena leher
 Warna kulit normal
Intervensi Rasional
Bina hubungan saling percaya (BHSP) dengan pasien Menciptakan suasana yang kondusif dan bersahabat.
dan keluarga pasien.

Observasi keadaan kulit terhadap pucat dan sianosis. Pucat menunjukan adanya penurunan perfusi sekunderterhadap ketidakadekuatan curah
  jantung, vasokonstriksi dan anemi.

Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam Permulaan terjadinya gangguan pada jantung akan ada perubahan pada tanda-tanda vital
seperti pernafasan menjadi cepat, peningkatan suhu, nadimeningkat, peningkatan tekanan
darah, semuanya dapat cepat dideteksi untukpenangan lebih lanjut.

Monitor tanda-tanda PJB seperti gelisah, takikardi, Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kegawatan dari anak serta diperlukan dalam
tachypnea, sesak, mudah lelah, periorbital edema, mendeteksi untuk penanganan lebih lanjut.
oliguria, dan hepatomegali.
Berikan oksigen tambahan dengan kanula Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard dan untukmelawan efek
nasal/masker sesuai indikasi.  hipoksia/iskemia.

Informasikan dan anjurkan tentang pentingnya Istirahat yang adekuat dapat meminimalkan kerja dari jantung dandapat
istirahat yang adekuat. mempertahankan energi yang ada.

Observasi perubahan pada sensori, contoh letargi, Dapat menunjukan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap penurunan curah
bingung disorientasi cemas. jantung.

Berikan health education pada pasien dan keluarga Lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta
pasien tentang cardiac output lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat

Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian Mempengaruhi reabsorbsi natrium dan air, dan digoksinmeningkatkan kekuatan kontraksi
tindakan farmakologis berupa digitalis dan digoxin. miokard dan memperlambat frekuensi jantung dengan menurunkan konduksi dan
memperlambat periode refraktori padahubungan AV untuk meningkatkan efisiensi curah
jantung.
3. Defisit nutrisi tubuh b.d ketidakmampuan menyusu dan makan
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan anak
dapat makan dan menyusu dan tidak terjadi penurunan berat badan selama terjadi
perubahan status nutrisi.
Kriteria Hasil :
 Anak dapat menyusu
 Porsi makan dihabiskan
Intervensi Rasional
Observasi selama pemberian makan atau menyusui. Selama makan atau menyusui mungkin dapat terjadi anak sesak atau tersedak. 

Timbang berat badan setiap hari dengan timbangan Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
yang sama dan waktu yang sama.

Observasi dan catat masukan makanan anak/ intake Mengawasi masukkan kalori dan kualitas kekurangan konsumsi makanan.
dan output secara benar

Jika anak menunjukkan kelemahan akibat ketidak Infus akan menambah kebutuhan nutrisi yang tidak dapat dipenuhimelalui oral.
adekuatannya nutrisi yang masuk maka pasang infus

Anjurkan ibu untuk terus memberikan anak susu, Air susu akan mempertahankan kebutuhan nutrisi anak.
walaupun sedikit tetapi sering

Pada anak yang sudah tidak menyusui lagi maka Meningkatan intake atau masukan dan mencegah kelemahan
berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering
dengan diet sesuai instruksi (TKTP).

Berikan health education pada pasien dan keluarga Lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien
pasien tentang manfaat dari nutrisi sendiri.  serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.

Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan
dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi.
penyikatan yang lembut, berikan pencuci mulut yang
di encerkan bila mukosa oral luka.
4. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan anak dapat melakukan
aktivitas yang sesuai tanpa adanya kelemahan.
Kriteria Hasil :
 Tidak nampak kelelahan
 Tidak nampak lesu
 Saturasi O2 saat aktivitas dalam batas normal (95-100%)
 TTV Normal
Intervensi Rasional
Kaji perkembangan tanda-tanda peningkatan Menunjukan gangguan pada jantung yang kemudian akanmenggunakan energi
tanda-tanda vital, seperti adanya sesak. lebih sebagai kompensasi sehingga akhirnya anak menjadi kelelahan. 

Batasi aktifitas anak yang berlebihan.  Meminimalkan kerja dari jantung dan dapat mempertahankan energi yang ada.

Bantu pasien dalam aktivitas yang tidak dapat Teknik penghematan energi. .
dilakukannya.

Support dalam pemberian nutrisi anak. Nutrisi dapat membantu meningkatkan metabolisme juga akanmeningkatkan
produksi energi

Berikan health education pada pasien dan Lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien
keluarga pasien tentang aktifitas.  serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
5. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil :
 Klien tidak tampak mengeluh dan menangis
 Ekspresi wajah klien tidak menunjukkan nyeri
 Klien tidak gelisah
Intervensi Rasional
Observasi adanya keluhan nyeri, pada anak bisa Perbedaan gejala perlu untuk mengidentifikasi penyebab nyeri. 
ditunjukan dengan rewel atau sering menangis. 

Observasi perilaku dan tanda-tanda vital anak tiap Perilaku dan tanda vital membantu menentukan derajat atau adanya ketidaknyamanan
4 jam. 

Berikan lingkungan istirahat yang nyaman dan Aktivitas berlebih dapat meningkatkan kebutuhan oksigen miokard. (contoh kerja tiba-tiba,
batasi aktivitas anak sesuai kebutuhan. stress, makan banyak, terpajan dingin) dapat mencetuskan nyeri dada.

Ajarkan teknik distraksi relaksasi pada anak dan Dengan adanya distraksi nyeri anak dapat dialihkan/pengalihan dan dapat menurunkan
ibu.  respon nyeri.

Anjurkan ibu untuk selalu memberikan Ketenangan anak akan mengurangi stress yang dapat memperberat nyeri yang dirasakan.
ketenangan pada anak.

Berikan health education pada pasien dan lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta lebih
keluarga pasien tentang nyeri dan kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
penanganannya.

Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian Analgesik bekerja dengan menghambat nosiseptor nyeri menempati reseptornya, sehingga
analgesic. nyeri tidak dirasakan lagi.

Evaluasi respon terhadap obat/terapi yang penggunaan terapi obat dan dosis, catat nyeri yang tidak hilang atau berkurang
diberikan
6. Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil :
 TTV Normal (TD 120/80 mmHg, Nadi 60-100x/menit, Respirasi 18-20x/menit, SB 36,5 OC-
37,5OC)
Intervensi Rasional

Dorong teknik mencuci tangan dengan Mencegah infeksi nosokomial saat perawatan.
baik  
 

Kaji tanda-tanda infeksi Mengetahui tanda-tanda infeksi secara dini dapat membantu dalam
  kecepatan menentukan intervensi

Ukur temperatur tiap 4 jam Peningkatan suhu badan merupakan salah satu tanda adanya infeksi

Berikan antibiotik sesuai dengan indikas Pemberian antibiotik dapat mecegah terjadinya infeksi
 
7. Resiko cidera dibuktikan dengan hipoksia jaringan ; kejang
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x24 jam diharapkan risiko cidera dapat
diminimalisir.
Kriteria Hasil :
 Klien dan keluarga mengenal tanda dan gejala yang mengindikasikan faktor resiko cidera
 Pasien dapat menunjukan sikap melindungi diri sendiri dari risiko cidera
  
Intervensi Rasional

Ciptakan lingkungan yang aman untuk Mencegah terjadinya risiko cidera


pasien

Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, Menentukan kebutuhan pasien terhadapm keamanan dan menentukan
berdasarkan tingkat fisik, fungsi kognitif dan intervensi yang tepat
sejarah tingkah laku

Jauhkan objek berbahaya dari lingkungan Mencegah risiko cidera

Hilangkan bahaya lingkungan Mencegah risiko cidera

Sediakan tempat tidur yang rendah jika Membantu pasien memudahkan menjangkau tempat tidur dan
diperlukan mengurangi risiko cidera

Tempatkan furniture diruangan dengan Memudahkan pasien menjangkau peralatan yang dibutuhkan
susunan terbaik untuk akomodasi
ketidakmampuan pasien dan keluarga
Implementasi

Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan radiasi daripada rencana Tindakan keperawatan yang
telah diterapkan. Meliputi tindakan independen, dependen, dan interdependen. Pada pelaksanaan
terdiri dari beberapa kegiatan, validasi, rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana
keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan pemgumpulan data. (Susan Martin, 1998).
Evaluasi

Tahap evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya secara umum, evaluasi ditujukan untuk melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan,
menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum, mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum
tercapai. Evaluasi terbagi menjadi dua jenis yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas
proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan, dirumuskan dengan empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP,
subyektif(data berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data (pembandingan data dengan teori),
perencanaan. Sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses keperawatan selesai
dilakukan (Asmadi, 2008)
 

Anda mungkin juga menyukai