Anda di halaman 1dari 28

Hot Strip Mill

Studi Literatur Mekanisme Penguatan


Selama Proses Hot Rolling

Oleh:
Himawan Sutanto
Rahmandito Junaidi

KANTOR PUSAT
Management Trainee Jl. Industri No. 5 P.O. Box 14 Cilegon, Banten 42435
Telepon : (+62 254) 392159, 392003 (Hunting)

Subdit Quality Assurance Faksimili : (+62 254) 372246

KANTOR JAKARTA
Gedung Krakatau Steel, Lantai 4
Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 54 Jakarta Selatan 12950
Telepon : (+62 21) 5221255 (Hunting)
Faksimili : (+62 21) 5200876, 5204208, 5200793

PABRIK
Cilegon – Cigading Plant Site, Banten 42435
Website : www.krakatausteel.com
1
Hot Strip Mill Flow Process

SLAB REHEATING SIZING ROUGHING MILL FINISHING MILL


FURNACE PRESS

DOWN
COILER LAMINAR COOLING
HOT ROLLED COIL

SHEARING LINE SLITTING / RECOILING SKIN PASS MILL


LINE

SHEET AND PLATE SLITTED AND RECOILED HOT ROLLED COIL


RECOILED

2
Slab Reheating

Pertumbuhan butir γ. Presipitat yang


tidak larut seperti TiN dan Nb(CN)
mengunci batas butir γ, sehingga
menghambat pertumbuhan butir γ

Transformasi fasa α menjadi γ

Di atas AC1, γ mulai terbentuk di


batas butir α – α dan α – Fe3C

3
Slab Reheating

Pengaruh Treheating dan unsur paduan


terhadap ukuran butir austenite

4
Roughing / Drafting

Selama roughing terjadi deformasi butir γ sehingga densitas dislokasi


meningkat

5
Austenite Hot Strength
Peningkatan hot strength γ disebabkan oleh:
1. Penghambatan pergerakan dislokasi oleh adanya unsur paduan

6
Austenite Hot Strength
2. Distorsi lokal yang tercipta karena perbedaan ukuran atom
unsur paduan dan atom Fe

%Change in Hot Hardness for 1% Element


20.0

%Change in Hot Strength 15.0


Si
Ni
10.0
Cr
Mn
5.0 Mo
Al

0.0
1000 1100 1200

-5.0
Temperatur (oC)

7
Austenite Hot Strength
3. Presipitat yang terdistribusi secara merata

8
Recrystallization Stop Temp.
• Temperatur minimum rekristalisasi statis dapat dihitung dengan rumus :

dimana semua element dalam wt%.

• Apabila temperatur deformasi di atas tnr maka akan dihasilkan struktur


equiaxed austinite oleh rekristalisasi statis
• Di bawah tnr rekristalisasi menjadi lemah. Alloying elements dan
presipitasi memperlambat rekristalisasi statis dengan efek drag dan
pinning pada batas butir austenite.
• Penghambatan maksimum rekristalisasi terjadi apabila kondisinya
menguntungkan untuk strain induced precipitation

9
Recrystallization Stop Temp.
• Untuk Nb-bearing steel, temperatur dimana terjadi maximum strain
induced precipitation yaitu ̴ 900 oC
• Strain induced precipitates berukuran sangat halus (3-7 nm) dan memiliki
sedikit kontribusi untuk yield strength karena menjadi kasar saat
temperatur yang lebih tinggi di hot working.
• Regangan kritis untuk rekristalisasi dinamis dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :

dimana Do adalah ukuran butir awal, ε = true strain, Z = Zener-Holomon


parameter = ἐ exp (312000/RT), ἐ = true strain rate, R = konstanta gas, T =
temperatur dalam K
• Saat akumulasi regangan mencapai εc, rekristalisasi dinamis terjadi di roll
gap
10
Finishing Rolling
• Finishing rolling temperatur (FRT)
mempengaruhi ukuran butir ferrite
dan juga mechanical properties

• Berdasarkan komposisi kimia dan sifat


mekanik akhir yang diatur untuk FRT,
terdapat lima kemungkinan FRT:

a. FRT dalam daerah rekristalisasi


austenite (recrystallized
controlled rolling)
b. FRT dalam daerah austenite tidak
terrekristalisasi
c. FRT dalam batas (a) dan (b)
Skema rolling schedules untuk d. FRT dalam daerah austenite-
baja karbon rendah dan ELC ferrite
e. FRT dalam daerah ferrite

11
FRT Dalam Daerah Rekristalisasi Austenite (a)

Recrystallized controlled rolling

• Akan diperoleh struktur fully recryztallized austenite. Setelah transformasi


akan dihasilkan microstruktur recristallized ferrite. Ferrite menginti di batas
butir austenite.
12
FRT Dalam Daerah Rekristalisasi Austenite (a)

SV = nilai efektif area batas butir per unit volume


dγ = ukuran butir recrystallized austenite sebelum cooling (μm)
dα = ukuran butir ferrite setelah transformasi (μm)
dT/dt = rata-rata cooling rate antara 750-550 dalam oC/s

13
FRT Dalam Daerah
Unrecrystallized Austenite (b)

• Akan dihasilkan struktur austenite memanjang dengan


deformation band dan twin pada microalloyed steel
14
FRT Dalam Daerah Unrecrystallized Austenite (b)

SV = nilai efektif area batas butir per unit volume


SVgb = area batas butir per unit volume
SVdb+tw = area permukaan dari deformation bands and twins

15
FRT Dalam Daerah
Dua Fasa γ + α (d)

• Akan terbentuk struktur deformed ferrite yang mengalami recovery atau


rekristalisasi, soft ferrite (recrystallized ferrite), dan pearlite
16
FRT Dalam Daerah
Dua Fasa γ + α (d)

Equiaxed recrystallized γ sebelum finish rolling

Setelah melewati temperatur A3, α menginti pada


batas butir γ

Deformasi pada daerah α+γ akan memperkeras γ


dan α yang baru terbentuk

Butir α menginti pada batas butir deformed γ dan


juga di dalam butir γ (di dislokasi)

Setelah melewati temperatur A1, γ sisa


bertransformasi menjadi pearlite

Sehingga didapat struktur fine soft α, recovered


α, hardened α, dan pearlite pada Troom
17
FRT Dalam Daerah
Fasa Ferrite (e)

• Disebut juga ferritic rolling atau warm rolling.


• Biasanya digunakan untuk memproduksi extra low carbon steel dan
interstitial free steels (baja dengan karbon sangat rendah (30ppm) dan
nitrogen yang rendah (30ppm) dengan penambahan unsur Nb/Ti)

Keuntungan warm rolling


• Daerah ferritic di extra low carbon (ELC)
steel ada di sekitar 600 – 800 oC.
Temperatur finishing dilakukan pada range
ini. Transformasi dari austenit menjadi
ferrite menyebabkan penurunan rolling
load.
• meningkatkan hasil lewatan furnace,
konsumsi energi rendah, meminimalkan
kerusakan pada slab, pengurangan
pemakaian roll, pengurangan konsumsi air
di run-out table

18
FRT Dalam Daerah
Fasa Ferrite (e)

• Produknya memiliki yield stress yang rendah, high elongation, dan


anisotropy normal yang baik. Untuk mencapai sifat-sifat ini, yang paling
penting ialah rekristalisasi penuh saat coiling.

Typical composition, mechanical properties dan


mikrostruktur baja warm rolling

19
Coiling
• Coiling temperature (CT) sangat berpengaruh terhadap ukuran dan
morfologi butir ferrite, jarak interlamelar pearlite, ketebalan lamela
pearlite, morfologi batas butir cementite, ketebalan lapisan batas butir
cementite, dan morfologi presipitat.

High
High CT
CT (above
(above A1
A1 temp.)
temp.)

Coiling
Coiling
Temperature
Temperature (CT)
(CT)

Low
Low CT
CT (550
(550 –– 650
650 ooC)
C)

20
Low CT (550 – 650 oC)
• Setelah keluar dari finishing mill, struktur strip berupa elongated
auetsnite. Struktur ini dapat dipertahankan dengan
menahan/menekan terjadinya rekristalisasi dengan water cooling di
run-out table.
• Di coiler, ferrite menginti pada batas butir dan di dalam butir
austenite yang menyebabkan terbentuknya struktur equiaxed fine
ferrite dan fine grain boundary cementite.
• Pendinginan yang lebih cepat dan CT ~ 550 oC menyebabkan:
– Al dan N tetap di dalam larutan
– terbentuknya butir ferrite yang sangat halus
– karbida batas butir yang lebih halus
– presipitasi karbonitrida mikroalloy dalam fraksi volume yang kecil

21
Low CT (550 – 650 oC)

CT lebih tinggi  menghasilkan


struktur ferrite dan presipitat
yang lebih kasar

• Untuk low carbon steel yang mengandung Nb, pendinginan cepat di run-out
table untuk menekan rekristalisasi tidak diperlukan. Sebab, kehadiran Nb
sudah menyebabkan rekristalisasi berjalan lambat, dan ini bisa
mempertahankan struktur elongated austenite. Hal ini meyakinkan
terbentuknya butir ferrite dan presipitasi Nb-carbonitride yang lebih halus.

22
High CT (di Atas A1 Temp.)
• High CT diperlukan untuk baja low carbon steel yang akan diproses lebih
lanjut di cold rolling mill dan batch annealing.
• Saat CT di atas A1, terdapat struktur austenite, ferrite, dan presipitat AlN.
• Karena memiliki kelarutan karbon yang lebih tinggi, austenite lebih kaya
akan karbon. Setelah transformasi, terbentuk cementite kasar di batas
butir (Gambar a)

Butir cementite dan


presipitat AlN yang kasar
memiliki efek negatif
terhadap nilai ȓ dan
elongasi.

23
Efek Parameter Proses
Pada Sifat Mekanis

• Peningkatan temperatur di reheating furnace akan meningkatkan yield stress


untuk baja niobium hingga temperatur disolusi Nb(CN).
• Sebelum mencapai temperatur disolusi, presipitat Nb(CN) yang sudah terlarut
dapat mengendap ulang dan menyebabkan precipitation strengthening.
• Setelah temperatur disolusi terlampaui, pengasaran butiran austenite yang
berlebih dapat menurunkan yield strength.
• Impact Transition Temperatur (ITT) meningkat seluruhnya akibat precipitation
strengthening dan beberapa pengasaran butir.

24
Efek Parameter Proses
Pada Sifat Mekanis

• Penurunan FRT untuk plat dan hot strip meningkatkan kekuatan karena
perbaikan ukuran butiran ferrite yang juga akan menurunkan ITT.
• Semakin tinggi persen reduksi (~40%) di finishing stage akan memberikan
efek yang sama

25
Efek Parameter Proses
Pada Sifat Mekanis

Pada peningkatan laju pendinginan di run-out table hot strip rekristalisasi


austenite menjadi lambat yang akan menghasilkan ferrite halus dan
peningkatan yield stress dan ketangguhan.

26
Efek Parameter Proses
Pada Sifat Mekanis

• Coiling temperatur yang terlalu rendah akan menurunkan yield strength


karena presipitasi Nb(CN) tidak cukup di ferrite dan menurunkan ITT.
• Coiling temperatur yang terlalu tinggi dapat menyebabkan presipitat
menjadi kasar sehingga menurunkan kekuatan dan penurunan ITT
• Untuk niobium microalloyed steel, coiling temperatur ~690oC merupakan
temperatur optimum.

27
Thank you 

28

Anda mungkin juga menyukai