DISUSUN OLEH:
1. M. RIZQI PRATAMA (1110181049)
2. ARBIN PRAHERDYANSYAH
(1110181058)
A. PENGERTIAN PERNIKAHAN
• Nikah Resmi : nikah yang tercatat pada Kantor Urusan Agama (KUA). Setelah akad nikah
dilanjutkan dengan walimah kemudian keduanya berumah tangga. Hukumnya halal
• Nikah mut’ah (nikah kontrak), ialah menikah dengan batas waktu tertentu misalnya untuk
selama 3 bulan, 3 tahun, tujuannya hanya memperturutkan hawa nafsu, biasa dilakukan
oleh golongan Syiah. Hukumnya haram.
• Nikah Sirri : Syarat dan rukunnya dipenuhi tetapi pelaksanaan akad nikahnya di bawah
tangan, tidak dibukukan oleh KUA atau catatan sipil serta tidak dipublikasikan secara luas.
Dampak negatifnya lebih besar, dan lebih baik dihindari.
D. HUKUM PERNIKAHAN
1) Wajib : bagi orang yang telah mampu baik fisik,mental,ekonomi,maupun akhlak untuk melakukan pernikahan
2) Sunnah : bagi orang yang telah mempunyai keinginan untuk menikah namun tidak dikhawatirkan dirinya akan jatuh
kepada maksiat,sekiranya tidak menikah
3) Mubah : bagi yang mampu dan aman dari fitnah,tetapi tidak membutuhkannya atau tidak memiliki syahwat sama
sekali.
4) Haram : bagi orang yang yakin bahwa dirinya tidak akan mampu melaksanakan kewajiban-kewajiban pernikahan,baik
kewajiban yang berkaitan dengan hubungan seksual maupun berkaitan dengan kewajiban-kewajiban lainnya
5) Makruh : bagi seseorang yang mampu menikah tetapi dia khawatir akan menyakiti wanita yang akan dinikahinya,atau
menzalimi hak-hak istri dan buruknya pergaulan yang dia miliki dalam memenuhi hak-hak manusia, atau tidak minat
terhadap wanita dan tidak mengharapkan keturunan.
E. ORANG-ORANG YANG TIDAK BOLEH
DINIKAHI (MAHRAM)
Mahram (Orang yang tidak boleh dinikahi)
Keturunan Pernikahan Persusuan Dikumpul/dimadu
Ibu dan seterusnya Ibu dari istri Ibu yang menyusui Saudara perempuan
ke atas (mertua) dari istri
Anak perempuan dan Anak tiri,bila ibunya Saudara perempuan Bibi perempuan dari
seterusnya ke bawah sudah sicampuri sepersusuan istri
Bibi,baik dari bapak Istri bapak (Ibu tiri) Keponakan
atau ibu permpuan dari istri
Anak perempuan Istri anak (menantu)
dari saudara
perempuan atau
saudara laki-laki
F. RUKUN DAN SYARAT PERNIKAHAN
• Talaq Raj’i adalah talaq yang boleh rujuk ( kembali kepada suami ) kondisi ini
terjadi pada talak 1 dan 2, artinya: suami boleh kembali kepada istrinya selama
masa iddah tanpa harus melakukan akad nikah baru, namun setelah masa iddah
selesai harus diadakan akad baru
• Talaq Ba’in, adalah talaq dimana suami tidak boleh rujuk kepada istrinya sebelum
istrinya menikah dengan laki-laki lain, lalu laki-laki tersebut menceraikannya,
baru boleh kembali menikah dengan suami terdahulunya. Talaq ba’in terjadi pada
talaq 3.
J. MASA IDDAH
Masa iddah adalah masa menunggu seorang wanita setelah dicerai oleh
suaminya Rincian masa iddah: Perempuan dicerai dalam kondisi tidak hamil )
masa iddahnya adalah tiga kali suci ( Al Baqarah: 228 ) Perempuan yg
suaminya wafat masa iddahnya 4 bulan 10 hari ( QS Al Baqarah:234)
Perempuan yg diceraikan dlm kondisi hamil masa iddahnya hingga melahirkan
( QS At Talaq:4) Perempuan yg masih blm baligh atau yg menopause masa
iddahnya adalah 3 bulan.
K. HIKMAH MASA IDDAH BAGI WANITA
-Untuk memastikan bahwa rahim wanita yang dicerai tidak ada janin
didalamnya, sehingga tidak tercampur nasab jika ia menikah dengan lelaki lain
sedang didalam rahimnya terdapat janin yang sedang berkembang.
-Memberi kesempatan kepada suami dan istri yang bercerai untuk rujuk (
kembali ) karena masa iddah cukup untuk berfikir jernih dalam menyelesaikan
persoalan keduanya.
L. POLIGAMI
• Poligami merupakan pernikahan kepada lebih dari satu istri sekaligus. Dalam bahasa arab
poligami lebih dikenal dengan ta’addud.
• Islam memperbolehkan poligami muslim beristri lebih dari hingga empat orang istri dengan syarat
suami harus dapat bersikap adil terhadap istri-istrinya. Alloh SWT berfirman dalam QS. An-Nisa:3
• اح َدةً أَ ْو َما َملَ َك ْت
ِ ث َو ُربَا َع ۖ فَإ ِ ْن ِخ ْفتُ ْم أَاَّل تَ ْع ِدلُوا فَ َو
َ اب لَ ُك ْم ِم َن النِّ َسا ِء َم ْثنَ ٰى َوثُاَل
َ ََوإِ ْن ِخ ْفتُ ْم أَاَّل تُ ْق ِسطُوا فِي ْاليَتَا َم ٰىفَا ْن ِكحُوا َما ط
َ ِأَ ْي َمانُ ُك ْم ۚ ٰ َذل
ك أَ ْدنَ ٰى أَاَّل تَعُولُوا
• Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim
(bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua,
tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah)
seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada
tidak berbuat aniaya.
M. SYARAT-SYARAT POLIGAMI