Anda di halaman 1dari 23

PERNIKAHAN

DISUSUN OLEH:
1. M. RIZQI PRATAMA (1110181049)
2. ARBIN PRAHERDYANSYAH
(1110181058)
A. PENGERTIAN PERNIKAHAN

• Secara bahasa arti “nikah” berarti mengumpulkan,menggabungkan,atau


menjodohkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “nikah” diartikan
sebagai perjanjian antara laki-laki dan perempuanuntuk bersuami istri
(dengan resmi) atau pernikahan. Sedang menurut syariah “nikah” berarti
akad yang menghalalkan pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang
bukan mahramnya yang menimbulkan hak dan kewajiban masing-masing.
B. TUJUAN PERNIKAHAN

1) Untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang asasi


2) Untuk mendapatkan ketenangan hidup
3) Untuk membentengi akhlak
4) Untuk meningkatkan ibadah kepada Allah SWT
5) Untuk mendapatkan keturunan yang salih
6) Untuk menegakkan rumah tangga yang Islami.
DALIL MENIKAH

َ ‫ت ٱأْل َرْ ضُ َو ِم ْن أَنفُ ِس ِه ْم َو ِم َّما اَل يَ ْعلَ ُم‬


• ‫ون‬ ُ ِ‫ق ٱأْل َ ْز ٰ َو َج ُكلَّهَا ِم َّما تُ ۢنب‬
َ َ‫ُس ْب ٰ َح َن ٱلَّ ِذى َخل‬
• ¨Maha Suci Allah yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya,
baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun
dari apa yang tidak mereka ketahui.¨[QS. Yaa Siin (36):36].
• ‫ت ۚ أَفَ ِب ْٱل ٰبَ ِط ِل‬
ِ َ‫ين َو َحفَ َد ۭةً َو َر َزقَ ُكم ِّم َن ٱلطَّيِّ ٰب‬
َ ِ‫َوٱهَّلل ُ َج َع َل لَ ُكم ِّم ْن أَنفُ ِس ُك ْم أَ ْز ٰ َو ۭ ًجا َو َج َع َل لَ ُكم ِّم ْن أَ ْز ٰ َو ِج ُكم بَن‬
َ ‫ت ٱهَّلل ِ هُ ْم يَ ْكفُر‬
‫ُون‬ َ ُ‫ي ُْؤ ِمن‬
ِ ‫ون َوبِنِ ْع َم‬
• ‘Bagi kalian Allah menciptakan pasangan-pasangan (istri-istri) dari jenis
kalian sendiri, kemudian dari istri-istri kalian itu Dia ciptakan bagi kalian
anak cucu keturunan, dan kepada kalian Dia berikan rezeki yang baik-
baik.” [QS. An Nahl (16):72].
C. MACAM-MACAM PERNIKAHAN

• Nikah Resmi : nikah yang tercatat pada Kantor Urusan Agama (KUA). Setelah akad nikah
dilanjutkan dengan walimah kemudian keduanya berumah tangga. Hukumnya halal
• Nikah mut’ah (nikah kontrak), ialah menikah dengan batas waktu tertentu misalnya untuk
selama 3 bulan, 3 tahun, tujuannya hanya memperturutkan hawa nafsu, biasa dilakukan
oleh golongan Syiah. Hukumnya haram.
• Nikah Sirri : Syarat dan rukunnya dipenuhi tetapi pelaksanaan akad nikahnya di bawah
tangan, tidak dibukukan oleh KUA atau catatan sipil serta tidak dipublikasikan secara luas.
Dampak negatifnya lebih besar, dan lebih baik dihindari.
D. HUKUM PERNIKAHAN

1) Wajib : bagi orang yang telah mampu baik fisik,mental,ekonomi,maupun akhlak untuk melakukan pernikahan
2) Sunnah : bagi orang yang telah mempunyai keinginan untuk menikah namun tidak dikhawatirkan dirinya akan jatuh
kepada maksiat,sekiranya tidak menikah
3) Mubah : bagi yang mampu dan aman dari fitnah,tetapi tidak membutuhkannya atau tidak memiliki syahwat sama
sekali.
4) Haram : bagi orang yang yakin bahwa dirinya tidak akan mampu melaksanakan kewajiban-kewajiban pernikahan,baik
kewajiban yang berkaitan dengan hubungan seksual maupun berkaitan dengan kewajiban-kewajiban lainnya
5) Makruh : bagi seseorang yang mampu menikah tetapi dia khawatir akan menyakiti wanita yang akan dinikahinya,atau
menzalimi hak-hak istri dan buruknya pergaulan yang dia miliki dalam memenuhi hak-hak manusia, atau tidak minat
terhadap wanita dan tidak mengharapkan keturunan.
E. ORANG-ORANG YANG TIDAK BOLEH
DINIKAHI (MAHRAM)
Mahram (Orang yang tidak boleh dinikahi)
Keturunan Pernikahan Persusuan Dikumpul/dimadu
 Ibu dan seterusnya  Ibu dari istri  Ibu yang menyusui  Saudara perempuan
ke atas (mertua) dari istri
 Anak perempuan dan  Anak tiri,bila ibunya  Saudara perempuan  Bibi perempuan dari
seterusnya ke bawah sudah sicampuri sepersusuan istri
 Bibi,baik dari bapak  Istri bapak (Ibu tiri)  Keponakan
atau ibu permpuan dari istri
 Anak perempuan  Istri anak (menantu)
dari saudara
perempuan atau
saudara laki-laki
F. RUKUN DAN SYARAT PERNIKAHAN

1) Calon suami, syarat-syaratnya sebagai berikut:


• Bukan Mahram
• Orang yang dikehendaki
• Mu’ayyan (beridentitas jelas)
2) Calon istri, syaratnya adalah :
• Bukan mahram si laki-laki
• Terbebas dari halangan nikah (masa iddah atau berstatus sebagai istri orang)
• 3) Wali, syaratnya yaitu :
• Orang yang dikehendaki,bukan orang yang dibenci
• Laki-laki,bukan perempuan atau banci
• Mahram si wanita
• Baligh, bukan anak-anak
• Berakal,tidak gila
• Adil, tidak fasiq
• Tidak terhalang wali lain
• Tidak buta
• Tidak berbeda agama
• Merdeka, bukan budak
4) Dua Orang Saksi, syarat saksi adalah :
• Berjumlah dua orang,bukan budak,bukan wanita, dan bukan orang fasik
• Tidak boleh merangkap sebagai saksi walaupun memenuhi kwalifikasi sebagai saksi
• Sunnah dalam keadaan rela dan tidak terpaksa.
5) Shigat (Ijab Kabul) yaitu perkataan dari mempelai laki-laki atau wakilnya ketika akad
nikah. Syarat shighat adalah :
• Tidak tergantung dengan syarat yang lain
• Tidak terikat dengan waktu tertentu
• Boleh dengan bahasa asing
• Dengan menggunakan kata “tazwij” atau “nikah”, tidak boleh dalam bentuk kinayah
(sindiran)
• Qabul harus dengan ucapan “Qabiltu nikahaha/tazwijaha”
G. PERNIKAHAN YANG TIDAK SAH

• 1) Pernikahan Mut’ah yaitu pernikahan yang dibatasi jangka waktu tertentu


• 2) Pernikahan Syighar yaitu pernikahan dengan persyaratan barter tanpa pemberian mahar
• 3) Pernikahan Muhallil yaitu pernikahan seorang yang telah ditalak tiga suaminya yang
karenanya diharamkan rujuk kepadanya
• 4) Pernikahan orang yang ihram
• 5) Pernikahan dalam masa iddah
• 6) Pernikahan tanpa wali
• 7) Pernikahan dengan wanita kafir
• 8) Pernikahan dengan mahram, baik mahram karena pernikahan atau karena sepersusuan.
H. TALAQ

• Rusaknya Pernikahan Talaq ( dari pihak laki-laki )


ْ ‫ ِ̂ا‬artinya
Gugat Cerai ( dari pihak wanita ) Secara bahasa: berasal dari kata‫طاَل ٌق‬
melepaskan. Secara istilah: adalah putusnya hubungan perkawinan antara
suami dan istri dalam waktu tertentu atau selamanya karena ucapan atau
perbuatan kedua belah pihak. Talaq biasanya diucapkan suami kepada
istrinya dengan lafadz,” Saya ceraikan kamu,” atau ucapan semisal,”
Pulanglah kerumah orang tuamu.
I. JENIS –JENIS TALAQ

• Talaq Raj’i adalah talaq yang boleh rujuk ( kembali kepada suami ) kondisi ini
terjadi pada talak 1 dan 2, artinya: suami boleh kembali kepada istrinya selama
masa iddah tanpa harus melakukan akad nikah baru, namun setelah masa iddah
selesai harus diadakan akad baru
• Talaq Ba’in, adalah talaq dimana suami tidak boleh rujuk kepada istrinya sebelum
istrinya menikah dengan laki-laki lain, lalu laki-laki tersebut menceraikannya,
baru boleh kembali menikah dengan suami terdahulunya. Talaq ba’in terjadi pada
talaq 3.
J. MASA IDDAH

Masa iddah adalah masa menunggu seorang wanita setelah dicerai oleh
suaminya Rincian masa iddah: Perempuan dicerai dalam kondisi tidak hamil )
masa iddahnya adalah tiga kali suci ( Al Baqarah: 228 ) Perempuan yg
suaminya wafat masa iddahnya 4 bulan 10 hari ( QS Al Baqarah:234)
Perempuan yg diceraikan dlm kondisi hamil masa iddahnya hingga melahirkan
( QS At Talaq:4) Perempuan yg masih blm baligh atau yg menopause masa
iddahnya adalah 3 bulan.
K. HIKMAH MASA IDDAH BAGI WANITA

-Untuk memastikan bahwa rahim wanita yang dicerai tidak ada janin
didalamnya, sehingga tidak tercampur nasab jika ia menikah dengan lelaki lain
sedang didalam rahimnya terdapat janin yang sedang berkembang.
-Memberi kesempatan kepada suami dan istri yang bercerai untuk rujuk (
kembali ) karena masa iddah cukup untuk berfikir jernih dalam menyelesaikan
persoalan keduanya.
L. POLIGAMI
• Poligami merupakan pernikahan kepada lebih dari satu istri sekaligus. Dalam bahasa arab
poligami lebih dikenal dengan ta’addud.

• Islam memperbolehkan poligami muslim beristri lebih dari hingga empat orang istri dengan syarat
suami harus dapat bersikap adil terhadap istri-istrinya. Alloh SWT berfirman dalam QS. An-Nisa:3
• ‫اح َدةً أَ ْو َما َملَ َك ْت‬
ِ ‫ث َو ُربَا َع ۖ فَإ ِ ْن ِخ ْفتُ ْم أَاَّل تَ ْع ِدلُوا فَ َو‬
َ ‫اب لَ ُك ْم ِم َن النِّ َسا ِء َم ْثنَ ٰى َوثُاَل‬
َ َ‫َوإِ ْن ِخ ْفتُ ْم أَاَّل تُ ْق ِسطُوا فِي ْاليَتَا َم ٰىفَا ْن ِكحُوا َما ط‬
َ ِ‫أَ ْي َمانُ ُك ْم ۚ ٰ َذل‬
‫ك أَ ْدنَ ٰى أَاَّل تَعُولُوا‬
• Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim
(bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua,
tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah)
seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada
tidak berbuat aniaya.
M. SYARAT-SYARAT POLIGAMI

1. Diharamkan bagi suami mengumpulkan wanita-wanita yang masih ada tali


persaudaraan menjadi istrinya. Tujuan pengharaman ini adalah untuk menjaga
silaturahim antara anggota-anggota keluarga. Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya kalau kamu berbuat yang demikian itu, akibatnya kamu akan
memutuskan silaturahim diantara sesama kamu.” (HR Bukhari&Muslim)
Rasulullah juga memperkuat larangan ini, Bahawa Urnmu Habibah (Istri
Rasulullah) mengusulkan agar baginda menikahi adiknya, Beliau
menjawab:”Sesungguhnya dia tidak halal untukku.” (HR Bukhari&Muslim)
2. Disyaratkan berlaku adil Para mufassir berpendapat bahwa berlaku adil itu
wajib. Adil di sini bukanlah berarti hanya adil terhadap para istri saja, tetapi
mengandungi arti berlaku adil secara mutlak.
3. Mampu memberikan nafkah zahir/nafkah lahir yakni :
- Mampu memberi nafkah asas seperti pakaian dan makan minum
- Mampu menyediakan tempat tinggal yang wajar
- Mampu menyediakan kemudahan asas yang wajar seperti pendidikan,dsb. 6.
Sehat tubuh badannya dan tidak berpenyakit yang bisa menyebabkan Ia gagal
dalam memnuhi tuntutan zahir yang lain.
-Mempunyai kemampuan dalam hubungan suami istri.
N. HIKMAH DIPERBOLEHKANNYA POLIGAMI

Islam telah mengukur kebutuhan individu, kebutuhan masyarakat, sekaligus kadar


kepentingan semua pihak. Ada diantara mereka yang memiliki semangat besar untuk memiliki
keturunan, akan tetapi diberi rezeki dengan istri yang tidak beranak karena mandul,
berpenyakit, atau sebab lainnya. Ada satu diantara tiga pilihan bagi perempuan yang
jumlahnya berlebih dibanding dengan jumlah laki-laki:
1. Menghabiskan seluruh masa hidupnya dengan menelan kenyataan pahit tidak mendapatkan
jodoh.
2. Melepaskan kendali, menjadi pemuas nafsu bagi laki-laki hidung belang yang diharamkan.
3. Atau menikah dengan seorang laki-laki beristri yang mampu memberi nafkah dan berlaku
baik. Tidak diragukan lagi, cara terakhir adalah alternatif yang adil, dan merupakan solusi
terbaik terhadap permasalahan yang akan dihadapinya. Dan itulah keputusan hukum islam
• Dalam sebuah riwayat, Aisyah pernah mengungkapkan bahwa alasan Rasulullah menikahinya adalah
'karena mimpi.' Suatu ketika, Rasulullah bermimpi didatangi malaikat membawa Aisyah dengan
dibalut kain sutera. Malaikat tersebut mengatakan kepada Rasulullah bahwa perempuan yang dibalut
kain sutera tersebut adalah istrinya. Mimpi Rasulullah ini berulang hingga tiga kali. “Jika mimpi ini
dari Allah, tentu Dia akan mengabulkannya,” kata Rasulullah merespons ucapan malaikat itu. Dan
benar saja, akhirnya Allah mengabulkannya. Sebelumnya, Abu Bakar keberatan ketika Khaulah,
utusan Rasulullah, datang untuk melamar Aisyah karena Muth’im sudah datang terlebih dahulu.
Namun, setelah mengetahui keburukan keluarga Muth’im, Abu Bakar tidak lagi menghendaki anak
lelaki Muth’im untuk menikahi Aisyah. Walhasil, Abu Bakar mempersilahkan Rasulullah untuk
menikahi anaknya. (A Muchlishon Rochmat)
SILAHKAN BERTANYA

Anda mungkin juga menyukai