Anda di halaman 1dari 31

Current Treatment of Behavioral and Cognitive symptomps of

Parkinson’s Disease

Journal Reading
Disusun Oleh: Swastika Santila RA(206505091)
Pembimbing: dr. Hophoptua Manurung, Sp. S, MARS.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT


SARAF PERIODE 18 - 30 Januari 2021
FAKULTAS KEDOKTERAN UKI
FISIOLOGI GERAKAN YANG NORMAL
PATOFISIOLOGI PARKINSON
BEHAVIORAL DISORDER

● Ditunjukkan dengan perilaku yang tidak sesuai dengan nilai


kebenaran yang dianut oleh masyarakat atau tidak sesuai dengan
norma sosial untuk rata-rata seusianya
● Perilaku yang terus berulang di mana hak dasar orang lain atau norma
atau aturan dalam masyarakat dilanggar, pola perilaku yang menetap
dan berulang.
BEHAVIORAL DISORDER

FAKTOR PARENTAL FAKTOR SOSIOKULTURAL FAKTOR PROTEKTIF


1. Perceraian orang tua 1.Orangtua tidak bekerja, 1. anak tidak
hidup di perkotaan & berkembang
2. Sikap didikan orang
kurangnya aktivitas -> gangguan
tua yang kasar komunitas positif. perilaku.
2. Faktor protektif
3. Psikopatologi FAKTOR PSIKOLOGIS
tersebut adalah
orangtua 1. Seseorang yang wanita, mempunyai
dibesarkan dalam kondisi hubungan yang
4. penyalahgunaan zat
kacau dan ditelantarkan positif dengan orang
pd orangtua tua.
FAKTOR NEUROLOGIS

• Laki - laki ditemukan


1. Gangguan tingkah
• Kadar metabolit lebih memiliki
laku  kadar yg
serotonin 5- kecerdasan emosi dan
rendah pd kadar
hydroxyindoleacetic agresif yg lebih rendah
plasma dopamin ß- dari perempuan.
acid dlm CSF yg
hydroxylase.
rendah.
GANGGUAN KOGNITIF PADA PENYAKIT PARKINSON

Gangguan Kognitif adalah Kemampuan berpikir dan memberikan


rasional,termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan
memperhatikan (Stuart&Sundeen,1987).

Gangguan Kognitif ditandai oleh daya ingat terganggu, disorientasi, inkoheren


dan tidak dapat berpikir logis. Gangguan kognitif erat kaitannya dengan fungsi
otak, karena kemampuan pasien untuk berpikir akan dipengaruhi oleh keadaan
otak.

Gangguan kognitif juga mencerminkan defisiensi neurotransmitter dopaminergik,


kolinergik, serotonergik, dan noradrenergik
1. HIPOTESA AMILOID KASKADE

PLAK SENIL :
protein amiloid- β (Aβ) = pemecehan
KERUSAKAN SEL NEURAL
dari prekursor amiloid protein (APP)
OLEH PLAK SENIL
oleh protease γ-secretase

Mutasi gen APP, presenilin-1 dan


presenilin- 2 berhubungan langsung
dengan produksi Aβ

MEMBENTUK DIMER, TRIMER ATAU


OLIGOMER
(OLIGOMER + reseptor NMAD -> Presenilin-1 dan presenilin- 2 mengandung
Meningkatkan ROS ) enzim γ –secretase untuk membebaskan Aβ
dari APP
2. NFTs (neurofibrillary tangles)
Polimer abnormal dari MAPT (microtubule associate protein)

protein (MAPT)
terhiperfosforilasi

memodifikasi reseptor
NMDA untuk berikatan
dengan Aβ

stress oksidatif
3. Proliferasi dari Mikroglia dan astrocytes

Proliferasi dari Mendeteksi adanya protein


mikroglia dan astrocytes amiloid- β (Aβ)

Menginduksi respon inflamasi

Merusak sel neuron


Abstrak
Current Treatment of Behavioral and Cognitive symptomps
of Parkinson’s Disease

Gejala kognitif dan perilaku umum ditemukan pada pasien penyakit Parkinson, dapat terjadi
bahkan pada stadium prodromal penyakit, memburuk dengan perkembangan penyakit dan
melebihi gejala motorik sebagai faktor utama yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan
beban pengasuh. Gejalanya mungkin disebabkan oleh patologi penyakit atau mungkin saja
mewakili efek samping pengobatan, atau bisa oleh karena kedua faktor tersebut. Meskipun
banyak dari gejala terkait dengan disfungsi dopaminergik atau pengobatan dopaminergik .
Gejala tingkah laku yang dapat ditemukan yaitu gangguan kontrol impuls, apatis, psikosis,
serta gangguan kognitif ringan dan demensia dapat ditinjau dengan fokus pada pendekatan
pengobatan saat ini.
Pendahuluan

Gejala perilaku dan kognitif sangat umum di Penyakit Parkinson dan prevalensinya
meningkat seiring dengan perkembangan penyakit. Gejala-gejala tersebut membuat pasien
dan keluarganya tertekan, berdampak besar pada kualitas hidup pasien, dan juga
meningkatkan gejala motorik dan stres pada perawat pasien. Saat ini tersedia pilihan
pengobatan untuk gangguan kognitif dan demensia, psikosis, apatis, dan gangguan
kontrol impuls secara keseluruhan kurang berhasil untuk gejala jangka panjang apabila
dibandingkan dengan pengobatan pilihan untuk tremor, rigiditas, bradikinesia, dan
fluktuasi motorik dan diskinesia.
2. Gangguan Kontrol Impuls

Gangguan Kontrol Impuls (ICD) adalah kegagalan untuk


menahan impuls, dorongan, atau godaan untuk melakukan
aktivitas. Perilaku ini bersifat impulsif dan kompulsif. ICD yang
paling umum : perjudian, berbelanja yang kompulsif, dan
hiperseksual dan makan yang tidak bisa dikontrol.
Berdasarkan hasil meta-analisis dari 14 penelitian termasuk
2.371 pasien penyakit parkinson dan 2.168 kontrol sehat, pasien
CREDITS:memiliki
Penyakit parkinson This presentation template rasio
ICD dengan was created
yangbylebih tinggi
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics &
dibandingkan dengan kontrol imagessehat, dengan rasio odds ICD 2,07
by Freepik
dan 4,26 untuk hiperseksualitas.
Please keep this slide for attribution
2. Gangguan Kontrol Impuls

• Faktor risiko ICD : jenis kelamin laki-laki, genetik, onset


penyakit parkinson, gejala non-motorik yang lebih parah,
impulsif atau riwayat merokok, penyalahgunaan zat,
riwayat keluarga berjudi, kualitas hidup yang buruk, dan
belum menikah.
• Studi pencitraan menunjukkan penurunan ketebalan
kortikal dan disfungsi dopamin (peningkatan pelepasan
dopamin pada striatum
CREDITS: ventraltemplate
This presentation dan kelainan reseptor
was created by D3)
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics &
juga pada pada korteks parietal dorsolateral prefrontal,
images by Freepik
orbitofrontal, dan posterior.
Please keep this slide for attribution
2.1 Pengobatan

 studi DOMINION, mengevaluasi lebih dari 3000 pasien Penyakit


Parkinson dengan pengobatan,Gangguan Kontrol Impulsif lebih banyak
ditemukan pada pasien yang menjalani pengobatan dengan agonis
dopamin (17,1%) dibandingkan pada pasien yang tidak menjalani
pengobatan (6,9%).
 Studi kohort prospektif menunjukkan hampir 40% pasien menerima terapi
agonis dopamine (DA) tanpa ICD, lalu setelah empat tahun ICD mulai
terlihat, dan dalam 5 tahun pengobatan terlihat 46% dengan ICD.
 Penurunan dosis agonis dopamine sangat dianjurkan ( hati-hati
penghentian obat DA -> efek Dopamin Agonis Withdrawal Syndrome)
2.1 Pengobatan

 studi DOMINION, mengevaluasi lebih dari 3000 pasien Penyakit


Parkinson dengan pengobatan,Gangguan Kontrol Impulsif lebih banyak
ditemukan pada pasien yang menjalani pengobatan dengan agonis
dopamin (17,1%) dibandingkan pada pasien yang tidak menjalani
pengobatan (6,9%).
 Studi kohort prospektif menunjukkan bahwa hampir 40% pasien
menerima terapi agonis dopamin tanpa ICD, ICD muncul pada setelah
lebih dari empat tahun pengobatan. Insiden kumulatif ICD selama 5 tahun
2.1 Pengobatan

 studi cross-sectional menggunakan pasien dengan oral agonis dopamin versus


rotigotin transdermal patch ditemukan penurunan ICD : hampir dua kali lebih
banyak pasien yang minum oral pramipexole atau ropinirole memiliki ICD
dibandingkan pasien dengan pengobatan patch transdermal rotigotine.
 studi longitudinal dan studi kasus menunjukkan manfaat penggunaan dopaminergik
yang berlanjut seperti infus intrajejunal kontinyu levodopa atau bahkan infus
subkutan apomorphine digunakan untuk ICD.
 Abbes dkk melaporkan peningkatan ICD dalam perilaku makan dan
hiperseksualitas, dalam jangka Panjang. Studi kohort menilai 69 pasien penyakit
parkinson dengan rata-rata jangka waktu 6 tahun (3–10 tahun).
3. Apatis

Apatis didefinisikan sebagai gangguan hilangnya


motivasi yang terus berlanjut dari waktu ke waktu.
berkurangnya motivasi melakukan perilaku yang diinginkan
selama empat minggu, penurunan kognitif, dan timbulnya
emosi.
20-40% Apatis ditemukan pada pasien Parkinson tanpa
demensia; prevalensi Apatis pada penyakit Parkinson
demensia (PDD)
CREDITS: dapat
This mencapai hinggawas
presentation template 60% setelah
created by 5–10
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics &
tahun. Apatis juga ditemukan 20% pada pasien yang tidak
images by Freepik
mengkonsumsi obat.
. Please keep this slide for attribution
Studi pencitraan fungsional menemukan
APATIS terjadinya denervasi pada limbik dopaminergik
Studi pencitraan anatomis serta lesi noradrenergik dan serotonergik.
Sikap apatis dapat terjadi sebagai bagian dari
memperlihatkan kelainan pada
agonis dopamin withdrawal syndrome
precuneus, korteks fronto- (DAWS).
parietal dan orbitofrontal,
insula, striatum ventral dan jalur
mesocorticolimbic, yaitu daerah
yang terlibat dalam perhatian,
fungsi eksekutif, dan emosi.
3.1 Pengobatan Apatis

 konseling bersama keluarga dan pasien, terapi kognitif perilaku untuk


mengembalikan fungsi eksekusif, dan penggunaan obat untuk mengobati gangguan
mood dan gangguan kognitif.
 Antidepresan (SSRI), patch transdermal Rotigone, Deep Brain Stimulation (DBS)
pada substalamik nukleus (STN) dikaitkan dengan sikap apatis yang memburuk.
3.1 Pengobatan Apatis

 Penggunaan inhibitor monoamine oxidase B dikaitkan dengan berkurangnya sikap


apatis.
 Weintraub dkk menunjukkan atomoxetine tidak meningkatkan sikap apatis pada
pasien.
 Thobois et al melakukan uji coba kontrol acak selama 12 minggu pada pasien
parkinson dengan apatis hasilnya merespons piribedil (agonis reseptor dopamin D2)
dengan 300 mg per hari (n = 19) hasilnya apatis berkurang 34,6%.
4. Psikosis

Diagnosis psikosis pada penyakit parkinson, setidaknya


salah satu dari berikut gejala berikut harus ada: ilusi,
halusinasi, atau delusi. Gejala berulang atau terus menerus
setidaknya selama satu bulan, dan tidak dipicu oleh kondisi
medis manapun.
Studi kohort prospektif baru-baru ini mengungkapkan
bahwa halusinasi termasuk halusinasi visual dan ilusi visual
dapat hadirCREDITS:
hingga 40% pada pasien
This presentation parkinson
template yang
was created by tidak
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics &
mengkonsumsi obat (dibandingkan dengan hanya 5% yang
images by Freepik
sehat dengan kontrol usia yang sama), biasanya didahului
Please keep
dengan gejala motorik this slide
penyakit for attribution
parkinson selama 7-8 bulan.
PSIKOTIK PADA PASIEN
DENGAN PENYAKIT Faktor risiko psikosis penyakit parkinson termasuk
PARKINSON usia yang lebih tinggi, penyakit parkinson yang
parah, durasi penyakit yang lebih lama, hiposmia,
depresi, mengantuk, gangguan tidur, gangguan
• penglihatan, defisit visuospasial.
Gejala psikotik lebih sering
terjadi pada pasien penyakit
Parkinson dengan demensia.
• Prevalensi Halusinasi visual
(biasanya, gambar orang atau
hewan) adalah 20-40%, dan
prevalensi delusi sekitar 5–15%,
Perubahan neurotransmitter ditemukan terkait
dengan peningkatan risiko gejala psikotik pada
pasien parkinson terutama badan Lewy di lobus
temporal dan defisit kolinergik.Studi pencitraan
juga menunjukkan defisit dopaminergik striatal
(terutama ventral), dan hipersensitivitas
reseptor DA mesokortikolimbik.
4.1 PENGOBATAN

Namun clozapine memiliki


risiko agranulositosis
1. Pendekatan 2. Clozapine (bertindak (meskipun jarang, hanya
psikoedukatif, seperti sebagai antagonis 0,38% pasien yang dirawat)
konselling, melakukan reseptor dopamin D2 -> PEMANTAUAN.
intervensi kognitif dan dan reseptor serotonin • Quetiapine biasanya yang
lingkungan, seperti 2A) harus dimulai, pertama untuk memulai
obat antipsikotik.
menyalakan lampu, karena ini adalah satu-
• Dianjurkan untuk
berinteraksi dengan satunya obat antipsikotik mentitrasi obat dengan
perawat, berkonsentrasi atipikal yang dengan sangat lambat, hingga
pada objek atau jelas menunjukkan satu dosis 100–150 mg /
mengalihkan pandangan kemanjuran untuk hari. Jika ini tidak
pada objek halusinasi. -> pengobatan psikosis berhasil,
JIKA GAGAL pada penyakit parkinson. direkomendasikan beralih
ke clozapine.
4.1 PENGOBATAN

Studi double-blind acak selama 6


minggu membuktikan
kemanjurannya pada 95 pasien
. Pimavanserin, telah disetujui dengan usia rata-rata 72 tahun
oleh FDA pada tahun 2016 disertai psikosis dibandingkan
dengan 90 pasien yang
dan terbukti efektif dan menggunakan plasebo. pada
aman dalam pengobatan dari kelompok pimavanserin gejala
psikosis Penyakit parkinson. positif pada Penyakit parkinson
menurun 5,79 dibandingkan
dengan 2,73 pada kelompok
placebo.
5. Gangguan Kognitif dan Demensia

Defisit awal kognitif sebagian besar mempengaruhi


perhatian dan fungsi eksekutif, terutama disebabkan oleh
penipisan dopamine ganglia basalis dan di dalam sirkuit
striato-prefrontal dorsolateral serta di jalur mesocortical.
Sistem kolinergik terlibat dalam disfungsi kognitif dan
khususnya parkinson dengan demensia.
Gangguan kognitif ringan pada penyakit parkinson
ditandai oleh penurunan kinerja kognitif. Aarsland dkk.
CREDITS: This presentation template was created by
mengidentifikasi Gangguan
Slidesgo, including iconskognitif ringan
by Flaticon, pada 18,9%
and infographics &
pasien penyakit parkinson tanpa konsumsi obat; Studi kohort
images by Freepik

menunjukkan proporsi
Please keepgangguan
this slidekognitif ringan yang lebih
for attribution
rendah (9%).
Gangguan Kognitif dan Demensia
FAKTOR RISIKO KLINISNYA ;
Berdasarkan studi cross-sectional, usia yang lebih tinggi, riwayat keluarga
gangguan kognitif ringan sekitar parkinson dengan demensia, pendidikan
rendah, status sosial ekonomi rendah,
25% dari semua pasien penyakit
keparahan dan durasi penyakit, subtipe
parkinson; Penyakit parkinson
motorik dengan ketidakstabilan postural
dengan gangguan kognitif dan kesulitan gaya berjalan, adanya
ringan meningkatkan risiko gangguan tidur, perubahan ritme
demensia; terutama disfungsi berbicara, dan kelainan genetik tertentu
kortikal posterior dengan (terutama gen SNCA duplikasi /
gangguan bahasa, dan praksis triplikasi, mutasi gen
(gambar menggambar/ glukoserebrosidase, H1 tau haplotipe,
menyalin). dan varian alel APOE4).
5.1 PENGOBATAN

Pasien dengan penurunan Metaanalisis terbaru


kognitif mungkin masih menyimpulkan bahwa efek DBS pada hasil kognitif,
diindikasikan untuk infus kemanjuran meta-analisis terbaru dalam
terapi dengan levodopa penghambat uji coba kontrol secara acak
atau apomorphine kolinesterase pada menunjukkan bahwa
stimulasi Substalamik
Pengobatan simtomatik parkinson dengan
nucleus (STN), dibandingkan
dengan inhibitor demensia terutama dengan stimulasi pallidal
asetilkolinesterase dan rivastigmine dan internal (GPi DBS), dikaitkan
memantine donepezil memiliki dengan penurunan gejala
direkomendasikan untuk dampak positif pada pada perhatian, memori kerja
penilaian fungsi dan kecepatan pemrosesan
penggunaannya pada dan pembelajaran, dan
penyakit parkinson dengan kognitif, gangguan
perilaku, dan aktivitas memori.
demensia.
kehidupan sehari-hari.
Gejala kognitif dan gangguan perilaku sering terjadi pada
pasien penyakit parkinson, dan berdampak besar pada
kualitas hidup pasien dan beban perawat.
Kesimpulan
Gejala perilaku mungkin menunjukkan efek samping dari
pengobatan dopaminergik; Demensia pada penyakit
parkinson terutama disebabkan oleh defisit kolinergik.
Pengobatan dopaminergik melalui infus dan operasi deep
brain stimulating (DBS) dapat mengurangi perilaku
hiperdopaminergik.
Sedangkan pasien penyakit parkinson dengan gangguan
perilaku kognitif ringan tidak boleh diindikasikan untuk
operasi substalamik nukleus deep brain stimulating (STN-
DBS).  
 
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai