Anda di halaman 1dari 40

BAHAN KULIAH BEDAH II BEDAH

ANAK
KELAINAN INGUINAL:
1) HERNIA
2) HIDROKEL
3) UNDESCENSUS TESTICULARIS (UDT)
4) TUMOR TESTIS
5) TORSIO TESTIS
HERNIA
I. Hernia Inguinalis Lateralis
– Hernia ini disebut juga Hernia Inguinalis Indirekta oleh karena penonjolan melalui
anulus internus, Kanalis Inguinalis, anulis ekterna, sampai ke serotum.
– Disebut Hernia Inguinalis oleh karena keluarnya melalui anulus Internus yang letaknya
di lateral vase epigastrice inferior

PATOGENESA
I. Adanya faktor kongenial
– Sakus vaginalis yang masih terbuka sekarang berpotensi sebagai jalan vices
hernia

– Bila sakus vaginalis/proc. Vaginalis itu sempit dan hanya cairan intra
peritoneum saja yang dapat lewat, tejadilah Hidrokel tapi bila cukup lebar
untuk masuknya satu segmen usus  Terjadilah hernia.
II. Adanya faktor predikposisi
• Adanya kelemahan struktur pada analus internus dan canalis inguinalis oleh karena
kelainan sistemik : Sindrom Hurler Hunter
III. Adanya faktor Presipitasi
• Yaitu adanya peningkatan tekanan intra abdomen yang mendadak
• Phimosis  menyedan
• Batuk-batuk
EMBRIOLOGI
Turunnya testis mengikuti gubernaculum kedalam scrotum diikitui
oleh tonjolan peritonem processus vaginalis peritoni. Setelah testis
sampai kedalam scrotum, tonjolan proc. Vaginalis ini akan mengalami
regresi. Bila terjadi kegagalan regresi dan penonjolan proc. Vaginalis
maka terjadilah faktor kongenital yang menyebabkan hernia/Hidrokel.
ANATOMI DAERAH INGUINAL
Gambar :
GEJALA KLINIK - DIAGNOSA
Adangaya benjolan didaerah inguinal sampai ke
scrtum yang timbul mula-mula waktu anak
batuk,mengejang atau menangis lama-lama walau
tak menangis atau mengejang/batuk benjolan tetap
ada.
Kalau pasien berdiri dan hilang/masuk kembali
bila pasien berbaring. Karena itu pemeriksaan
sebaiknya dilakukan dengan pisisi anak berdiri, bila
benjolan tidak nampak kita lakukan pemeriksaan
adanya penebalan spermatic cord oleh karena
adanya kantong hernia yang bila kita gesekan terasa
seperti gesekan sutra  silk sing.
Komplikasi Hernia Inguinalis
Lateralis
1. Incar cerate
Dimana terjadi pencekikan isi kantong oleh leher hernia.
– Paling banyak pada penderita <1tahun (70%)
– Jarang terjadi bila umur >8 tahun
Terjadi pembengkakan pada isi kantong oleh karena tak
seimbangnya drainase limfe-vena.
Bila keadaan ini tak diperbaiki maka tekanan akan
mengganggu aliran arteri sehigga perfusi terganggu Necrose
gangren
 Mase menjadi lebih keras/tegang
 Kulit kemerahan dan odema
Keadaan ini disebut Hernia Strangulata
Terapi
Penderita Hernia Inguinalis pada dasarnya, sebaiknya dilakukan
operasi mengingat insiden terjadi incarcerata sangat tinggi pada
anak dibawah umur 1 tahun.
Pada bayi baru lahir, prematur dan bayi kecil tindakan operasi perlu
dipertimbangkan mengingat resiko anesthesi.
Pada dasarnya oleh karena hernia pada anak disebabkan adanya
faktor kongenital yaitu proc. Vaginalis yang masih belum refresi
atau menutup, maka tindakan adalah mengangkan dan menutup
proc. Vaginalis itu yang disebut sebagai herniotomi.
PENANGANAN HERNIA INCARCERATA
Hernia incarcerata tanpa shangulasi dapat dicoba dengan melakukan
: REDUKSI NON OPERATIF
Dengan tujuan :
1. Fluid rescusitas
2. Optimalkan persiapan pre operasi
3. Menurunka adema pada cord dan kantong
HERNIA
INDIRAKA/INGUINA HERNIA
LIS LATERALIS INGUINALIS
LATERALIS
Inkarserata
Non Incarcerata -NGT
-TPN+Resusitasi
- kateter
Periksa & obati geja
ISPA
Tanda strangulate (+) Tidak ada tanda stragulata
-Benjolan tegang
Non Neonatus
Neonatus Persiapkan Operasi
-kulit kemerahan dan oedem
-Anak tampak sakit berat
(lab/thoraks) Reduksi non operati
(1-2jam)
Tunggu Sp post Setelah
neonatus resusitasi
Gagal Berhasil

Herniotomi

2-3 hari -Neonatus


-Prematur

Persiapkan operasi -Penyakit lain


Herniotomi

TUNDA

Operasi efektif` -Sampai lewat neonatus


-Prematur sehat
-Penyakit sembuh
Hernia Inguinalis Medialis &
Femoralis
• Kedua hernia ini jarang ada pada anak
• 1/3 dari penderita Hernia Inguinalis medialis
dan hernia Inguinalis juga menderita Hernia
Inguinalis lateralis
Tampaknya kedua type hernia ini disebabkan oleh
adanya tekanan intra abdomen yang meningkat dan
gangguan jaringan ikat (Conective tissue disorder)
Hidrokel
• Hidrokel komunikan berhubungan dengan potensi proc. Vaginalis peritonei
sehingga mempunyai potensi menjadi hernia
• Hidrokel pada bayi mempunyai sifat-sifat :
1. SELF LIMITING : dapat hilang pada umur 6-12 bukan bila sampai
umur 12 bulan tidak hilang dicurigai suatu komunikan sehingga
diperlakukan sebagi hernia.
2. Insidens Hidrokel non komunikan atau Isolated Hidrokel pada anak
>1tahun hanya 1%

PENANGANAN
1. Hidrokel Komunikan :
Dilakukan tindakan sama dengan Hernia
2. Hidrokel non Komunikan
– Dapat ada waktu lahir atau berkembang beberapa bulan/tahun setelah
lahir
– Tak ada indikasi untuk operasi, hanya dilakukan observasi.
UNDESCENCUS TESTES (UDT)

M E SO N EP H
( W O L F F IA N )

P A R A N ESO N EP H
( M u l le r i a n )

Embriologi
• Perkembangan kelainan/gonad maulai minggu : VI-VII
1. Sel sirtoli  membentuk MIF (mullerian inhib faktor) Regresi duct mulleri
2. Sel Leydig mulai minggu IX me Prod testosteron merangsang pembentukan sto.
Wolffi.
Antara lain :
• Epididymis
• Vas. Deferens
Testis mell can ing  Scrotum pada trimester III
Oleh karena :
– ANDROGEN yaitu DEHIDROTESTOSTERON
– HCG
• Descensus
tergantung : Gambar
1. Interaksi endokrin
2. Parakrin
3. Pertumbuhan/Growt
faktor
4. Faktor mekanik
Bahaya UDT :
1. FERTILITAS
2. MALIGNITAS
I. INTERAKSI ENDOKRIN
I. Peran Androgen  Dehidrotestoteren
Mg VI-VII
HIPOFISE ANTERIOR Kromosom Y -> TDF SEL SIRTOLI

GONADOTROPIN MIF
ABP
Mencegah
LH F.S.H Obstruksi anatomi
Efek L.H
Spermatogenesis
Descensus
SEL LEYDIG Testoteron Dehiorotestosteron
Testis (DT)
Mg IX
INTERTITIEL N. Genito CGRP Kontraksi
Femoralis Creamster
HCG Dilatasi can
Inguinalis
Membentuk jalan
PLACENTA
bagi testis
Pertumbuhan
gubernaculum
EPIDERMAL
GROWTH FACTOR Reduksi Maternal
TESTEL DESCENDIN Pertumbuhan Estrogen
(Androgen indipendent growth faktor
II. Efek Paracrine
– Efek paracrine dari androgen thd pertumbuhan Epididimis > penting dari pada
terhadap Desensus (D.T)
III. Faktor Pertumbuhan dan mekanik
Tekanan  Patensi  Gubernaculu 
Intra Abdomen Proc. VaginalisTestis Ikut  Descencus testis

INSIDEN
3 % pada anak aterm
33 % pada anak prematur
Kebanyakan D.T. terjadi 12 bulan berikutnya sehingga setelah umur 1
tahun hanya ada 1% saja kasus
 Bila setelah umur 1 tahun testis tak turun  biasanya akan terus tak turun
Kelainan Penyerta/berhubungan dengan UDT :
1) Paten Proc. Vaginalis
2) Kelainan Epididymis
3) Postevior Urethial value
4) Kelainan Apper lerinary frect
Klasifikasi
1. UDT. PALPABLE
2. UDT. UN/NON PALPABLE
1. PALPABLE :
1. True UDT.  Berhenti sepanjang jalan normal
2. Ectopic UDT  Bisa meninggalkan jalan normal ( Inguinal, Perineum,
Cen.Femoralis, penopubic, scrotum contra lateral

3. Iatrogenic UDT Berada pada jalan scar diakscrotrum setelah suatu operasi
4. Rectractile Testis  Testis telah normal turun ke scrotum, tapi kontraksi cremaster
 naik intermitten ke can. Inguinalis
2. Non PALPABLE
1. Intra Abdomen Testis :  Closed Ring  Open ring  Tergantung keadaan internal ring

2. Abscent testis  Oleh karena Intra uterin/perinetal toisi


• Monochia : Testis tak ada
• Anochia : 2 testis tak ada
Biaopsi ujung buntu pemb. Darah testis  mengandung : Hemosiderin, Calcifikasi
Diagnosa
1. Anamnesa : Bedakan :
• UDT
• Retractile Testis (Testis Pernah Turun)
2. Pemeriksaan Fisik
Syarat :
1. Dilakukan pada ruang suhu hangat
2. Posisi penderita yaitu :
1. Supine
2. Duduk dengan Tungkai silang/jongkok
Inspeksi :
Lihat adanya testis, hipoplasia, monohia, hipertropi dll.
Palpasi :
• Posisi Supine : Dengan menggunakan Gel, kita meraba inguinal cenal dari
internal ring sampai scrotum
• Posisi duduk : Raba testis kita boleh mengadakan tekanan pada abdomen
RETRACTILE TESTES LOW UDT.
• Manipulasi tanpa traki  masuk Perlu traksi
scrotum -
• Kulit scrotum : berkembang baik -
• Test injeksi HCG 10.000 , -
• Testes turun 1-3 kg
UDT BILATERAL ANOCHIA
• Ke-2 testes tak teraba +
• Test HCG 20.000 U/  3 Hr  kadar -
testoteron  -
Artinya : - Ada testis -
- Perlu explorasi
Radiologi :
• Pemeriksaan fisis seorang yang berpengalaman
hasil > baik dari pada Ro, USG, CT, MRI
• Laparascopi : Sensitifisasi 95 %
- Lokasi Testis
- Absent/tidak
Patologi Anatomi
1. Penurunan ratio spermatogonia pertubulus
2. Atropi sel intertitiel leydig
3. Penurunan kadar testosteron
SEMEN ANALISA : Jumlah Subnormal
PATERNITY RATE : UDT Unilateral : Normal
UDT Bilateral : 50 %

RISIKO MALIGNANSI
1. Risiko UDT : 10-60 orang normal
2. 10-20% tumor ada pada sisi testis yang desencus
3. Orchhiopexy tak menurunkan risk malignitas tapi > mudah deteksi
4. Ca pada UDT abdominal yang tak terkoreksi pl. seriny seminoma
5. Ca pada UDT Orchiopexy pl. sering non seminomatus gorm cell tumor
Tujuan Teatment
I. ORCHIOPEXY
1. Menurunkan Risk. Torsi
2. Memudahkan pemeriksaan testis
3. Memperbaiki fungsi endoctrin testis
4. Membentuk scrotum normal
Koreksi tak dapat :
I.  Risk Malignansi
II.  Fertilitas

TIMING ORCHIOPEXY
- Umur : Mendekati 1 tahun
- Bila ada hernia  dilakukan > Dini
Alasan : 1. Umur 1 tahun anak cukup kuat untuk pembiusan
2. Setelah 1 tahun testis tak mau turun secara spontan lagi
STRATEGI/PRINSIP
1. Unilateral UDT post pubertas  Explorasi canalis  bila testis > kecil/lembek 
orchiectomi
= Bila besar normal  Orchiopexy
2. Unileteral UDT Intra abdominal  Orchiectomi
II. HORMONAL TERAPI
(Masih kontroversi)

1. L.H. Realising Hormon Agonist = BUSERELIN


( Berhasil baik bila testes pada external ring atau > distal)
2. Combine Boserelin/LH Realising H.A + HCG hasil >
baik
3. Low Dove ACG ( - Side efek : Verilizasi)
PRINSIP
1. PRE PUBERITAS : Usahakan testis dipertahankan, karena fungsi
hormonal diperlukan
2. POST PUBERTAS : Karena risk. Marginalis - > Agresif untuk
mengangkat.
UDT
PALPABLE NON PALPABLE

UNILATERAL BILATERAL
Bilateral
Unilateral
PRE POST PUBER PALPASI PALPASI
PUBER NORMAL LEMBEK
HCG test
ORCHIOPE ORCHIECT Testosteron Test tos (-)
ORCHIOPEXY ORHIECTOMI XY OMI (+)

Laparascopi (-)
LAPAROSKOPI Laparascopi

TESTIS TAK INTRA 1 Abdomen


ABD Testis intra abd Bila 2 Abdomen
1 Inguinal

Abdomen
Vasa Sperma keluar Vase Spernat Orchiectomi remove
Fowler -Stephen
ke cairan internal Hanya sp abdomen
Inguinal Pexi
Novel Mickro
Vasculer App
Explorasi canal Sisa p.d Testis antropi

Testis N P.A Oichiectomi

Orchiopexy
Follow up Post Orchiopexy

1. 1 minggu – lihat luka


2. a’bula– lihat : 1). Posisi testis, 2). Kondisi testis
SECONDARY UDT
Sebagai akibat Operasi : - Hernia, - Hidrokel, - Orchiopexy
R/
– Incisi mell. Scar
– Testis dibebaskan, lalu dilakukan jahitan fraksi mell. T.
Albugenia pada medial testis
– Complex testis, sp. Cord. Dan apponeulosis dibebaskan dari
canolis Ing. Sp. Can. Internum op. kedalam peritonium
sehingga panjang cord cukup untuk menurunkan testis.
TUMOR TESTIS PADA ANAK
INCIDEN :
1-2% dari seluruh tumor anak Benign >pada anak dari
pada dewasa Peale inciden umur 2 tahun. Pada pubertas
<dari pada umur 2tahun 65% Germ Ceel Tumor
PEMBAGIAN :
A. Ca INSITU (C.I.S)
B. GERM CELL TUMOR : (YORK SAC TUMOR (PL. SERING), TERTOMA, TERATO
Ca, SEMINOMA).
C. NON GERM CEEL TUMOR : 1). TU. CEEL LEYDIG, 2). TU. CEEL SIRTOLI, 3).
GONADOBLASTOMA.

GEJALA KLINIK
Mass yang tidak nyeri :
• Tak tegang
• Tak trans luscen
• Urinalisis tak abnormal
DD : HERNIA
HDROKEL
** Bila tumor timbul pada UDT  mudah torsi  Acute abdominal pain. **
PEMERIKSAAN
Bila ada Tumor Testis maka dilakukan :
1. USG  Sensitifitas tinggi sehingga dapat menemukan Tumor testis
yang ada dalam hirokel.  Color dan power Doppler US :> baik
2. MRI  Bila Tumor kecil dengan gejala fungsional yang tak dapat di
USG : T. Sel Leydig.
3. CT  Harus dilakukan bila kita mendiagnosa Ca  untuk melihat
pembesaran ln. RETROPERITONEAL , - CT. dapat menggantikan
fungsi R.P.L.N.D. untuk stangging tumor, - untuk melihat metastase
4. Ro”. Thorax : Melihat metastase
5. Serum Marker : 1). Untuk DX, 2). Follow up R/.

** antara lain : A.F.P. suatu glucoprotein yang dihasilkan : - Fetal york


sac, - Liver, - G.I.tract **
I. INTERAKSI ENDOKRIN
I. Peran Androgen  Dehidrotestoteren
Mg VI-VII
HIPOFISE ANTERIOR SEL SIRTOLI

GONADOTROPIN MIF
Mencegah
LH F.S.H Obstruksi anatomi
Efek L.H
Spermatogenesis
Descensus
SEL LEYDIG Testoteron Dehiorotestosteron
Testis (DT)
Mg IX
INTERTITIEL N. Genito CGRP Kontraksi
Femoralis Creamster
HCG Dilatasi can
Inguinalis
Membentuk jalan
PLACENTA
bagi testis
Pertumbuhan
gubernaculum
EPIDERMAL
GROWTH FACTOR Reduksi Maternal
TESTEL DESCENDIN Pertumbuhan Estrogen
(Androgen indipendent growth faktor
CARCINOMA INSITU (CIS)
• CIS :
• Suatu lesi premalinan
• 50%  Ca testis
• CIS yang berkembang pada UDT dan intersec  Ca
– Bila Os. UDT Prepubertas  Orchiopexy + biopsi, bila hasil CIS
– maka post pubertas  Biopsi ulang
– Pada orang dewasa dengan Orchiopexy  1.7 – 3% CIS
CIS

DEWASA
PREPUBERTAS
-Pemeriksaan
BIOPSI ULANG tiap tahun
Setelah Pubertas
(Post Pubertas - USG tiap
tahun

Dibeberapa negara : - Low Dose radiasi, - Biopsi Contra Lateral


GERM CELL TUMOR
1. York sac tumor (Y.S.T)
– Bentuk pl. sering pada prepubertal
testis tumor. STRATEGI Y.S.T
– Pl. sering pada 2 tahun pertama
kehidupan
– Macroscopic :
1. Adanya SCHILLER DUVA
R. I . O
BODIES
2. Mengand AFP
METASTASIS FOLLOW UP AFP
– Ke Retroperitoneal : Jarang
– Pada anak 95% terbatas pad testis
– Metastase jauh pl. sering : paru-
paru Mening – Tak
– S.Y.S.R : 99%
STANDAR TERAPI : Radical Inguinal kat  meningkat
Orchioctomi
– R.P.L.N.D. pada anak masih
contraversi Tidak
– Pada R.I.O. : Pertama-tama
seperti cord di klem/ligosise RPLND -RPLND
proximal manglin untuk
mengurangi metastase waktu.
Manipulasi testes sp. Cord + pada
diangkat mell. Can. Ing.
Stage I
TU. Terbatas pada testes
Tindakan : - RIO
- CT Lihat RPLN
- Periksa Periksa tumor marker AFP

Th. I : Follow up tiap bulan T. marker, CT ABD, RoTH
Th. II : Follow upT. Marker adalah 2 bulan
RoTH adalah 2 bulan
CT ABD adalah 6 bulan
Th. III : Follow up adalah 6 bulan – 1tahun

Stage II
Tu. Metastase micro pada RPLN
- Bila tujuan utama terdiagnose mell biopsi transcrotal maka selain RIO juga
dilakukan  Hemiscrotektomi oleh karena drainase limfe scrotum  Ln Inguinal
Khemoterapi :
VAC (Vincristine, Actinomisin D, Cyclofofa) dengan tanpa – Adriamicin,
Etoposide, - Blcomisin , vinblastin
SY.S.R 100% pada primary germ cell tetap pada testis.
Stage III
• Tampak penyebaran RPLN iniaging dan yang ditandai dengan
adanya peningkatan tumor marker setelah orchhiectomi sebagai
tanda adanya penyebaran tersembunyi
• Tindakan RPLND sebagai pengobatan tak umum dilakukan pada
anak. Sebab perbaikan sudah dapat dilakukan dengan
KHEMOTERAPI

Stage IV
- Sudah ada penyebaran diluar retroperitonem dan viscera lain
TERATOMA
- Mengandung 3 macam jaringan embrional
- Pada prepubertal  gambaran jinak  Tindakan :
Pada anak > tua  Cenderung metastase , Dialkukan R.I.O
III. TERATOCARCINOMA
- Mixed germ cell tumor
- 20% dari seluruh germ cell tumor
- Mengadung campuran YST, Embrional Ca,
Chasio Ca, Seminoma
1. Chosio Ca,  Pragnoses jelek
2. Tratoca terbatas pada testis 80%
RPLND biasanya juga dilakukan mskipun pada stage
I, stage II dan seterusnya  Khemoterapi
IV. SEMINOMA
- Jarang pada anak
- Dilakukan R.I.O. dan Retro peritoneal L.N. Radiasi
NON GERM CELL TUMOR
GONADAL STROMAL TUMOR
1) Leydig cell tumor
2) Sirtoli cell tumor
3) Gonado blastoma
1. TUMOR SEL LEYDIG
( LEYDIG SEL TUMOR )
• Paling Sering
• Umur terbanyak 5-9 tahun
• Memproduksi : – Testoteren , Androgen lain
Gelaja : Pubertas Pecox
• Tumor testis yang tak nyeri
• Gynecomastia
DD adanya pubertas Precox
1. Lesi Pituitary
2. Adrenal Hiperplasia :
1. Glucocorticoid
2. Mineralocorticoid
3. Androgen
Untuk membedakan dilakukan pemeriksaan Pituitary Adrenal axis dengan
1. Pengukuran 17 Kortikosteroid
2. Dexanuthazon suppresion test
Diagnosa : Patognomonis “ Reinke’s cristal” ditemukan 40% penderita
Terapi : Standar Op R.I.O, dapat juga dilakukan Enucleasi testis sebelah.
Prognosa : Cendereng jinak.
2. SIRTOLI CELL TUMOR
• Jarang
• Prognosa : Cenderung jinak
Gejala :
• Pembesaran testis yang tak nyeri
• Gynecomastia : walaupun jarang
3. GONADOBLASTOMA
– Berhubung dengan intersex
– Chromosom 46xy
• Fenotipe : Female
• Dengan Intra abd testis
Gejala :
– Anak agak Virilizasi
– 1/3 penderita mengalami tesi bilateral
– Gambaran klinik : Jinak/benigna
– Tapi komponen tumor ini dapat bergenerasi Maligna.
Terapi : Gonadectomi
T. U. bila pasien phenotipe wanita
TORSI TESTIS
• Emergensi US sering pada saat UG. Anak
• Dsb juga Acute Scrotum
• Bila terlambat ditangani kehilangan testis

DIAGNOSA DIFERENSIAL
I. Mayol DD
I. Torsi appendiculas : II. Minor DD :
I.Testis Appendix • Idiopatic scrotal edema
II.Epididymis Appendix • Hernia/hidrokel
III.Paradidymis App • Henoch scholein purpura
IV.Vas Aberrans • Tumor Testis
II. Epididymitis/orchitis
INSIDENS
III. Infeksi
– Baru lahir – 70 thn
IV. Trauma
– Paling sering :
» Akhir masa anak (± 14 tahun)
» Awal adolescence (± 14 tahun)
Gejala Klinik
1. Nyeri : 80%
• Sifat Nyeri :
• Grandual atau tiba-tiba
• Menjalar ke atas – inguinal atau kwadran bawah perut.
• Berhubungan dengan gejala G.I seperti mual, muntah
2. Pemeriksaan Fisis
– Pemeriksaan yang gentle dan teliti dapat membedakan antara
tenderness oleh karena epididymitratan testicular tendenss (Torsi
testis) atau appendicular tenderness (Torsi appendix).
– Posisi abnormal testis dalam kantong scrotomi yaitu tranversal
– Letak/posisi anterior dari epididymis
– Elevasi testis oleh karena pemendekan Spermatic cord
– Hilangnya rejler cremaster
KASUS PALING SERING
• Nyeri perut bawah pada penderita dengan scrotum kosong
dengan/tanpa mass pada inguinal  kemungkinan torsi dari testis
yang undescensus
• Bila kita DX suatu hernia inguinalis incarcerata lihat juga
scrotomnya  bila testis (-) mungkin suatu torsi UDT.
TORSI TORSI APP. Epididymiti
TESTIS s
Onset Acute Gradual Gradual
GI. Symptom + - -
Focal Testiculer + - -
Tenderness Systemic
Toxicity - - +
Fever - - +
Symptom on voiding - - +
Pyuria
ANATOMI LAPISAN
TESTIS CREMASTER
T. VAGINALIS
EPIDIDYMIS
APPENDIX EPIDIDYMIS
APPENDIX TESTIC
ETIOLOGI TESTIS T. ALBUGINIA

“DEFORMITI ANAK GENTA”


NORMAL : Testis yang berada dalam T. vaginalis cukup
terfixir oleh suspensi :
1. Perlekatan T. Albuginia
Testis pada T. Vaginalis
2. Perlekatan guberna culum pada dd scrotum
DEFORMITI ANAK GENTA
NORMAL
Jarak T. Vaginalis dengan T.Albuginea cukup jauh
sehingga testis menggantung sepeti anak genta 
mudah terpuntir
DEFORMITI
“ANAK GENTA”
III. Faktor Pencetus
1. Faktor internal : Kontraksi Cremaster
2. Faktor axternal : Trauma, Exercise, udara dingin,
Rangsangan sex.
Diagnostik
1. Doppler stetoscope
• Mendengar adanya penurunan pulsasi arteri
2. USG
Fase awal : Hipoechoic oleh karna oedem bendungan
Fase lanjut : Hiperechoic sp kistik oleh karena infark
3. Scintigrafi
Dengan Technetium 99 m
Fase 1 : 6 jam I, Blood flow normal
Fase 2 : >18 jam = MID fhase
- Halo sekeliling cold center
Fase3 : Pancaran halo > kuat
EPIDIDYMITIS : Blood flow >>>
Cold center (-)
Torsi Appendix : Epididymitis oleh karena hiperperfusi
Treatment
• Bila ragu-ragu tindakan yang paling amam/tepat
adalah Explorasi
• Pragnosa Testis : DURASI TORSI SURVIVE RATE
( %)
< 6 jam 85-97
6-12 jam 55-85
12-24 jam 20-80
>24 jam <10

• Prinsip Pembedahan :
1. Detorsi testis
2. Fixasi testis ke jaringan sekitar : ( - T. Vaginalis, - Dd. Scrotum)
Bila setelah detorsi ternyata :
• Ragu-ragu  bungkus dengan kasa basah hangat
• Non viable  Orchiectomi

Anda mungkin juga menyukai