Anda di halaman 1dari 33

ANATOMI FISIOLOGI ORGAN

REPRODUKSI PRIA
KELOMPOK 1 KELAS A2 2019
Silvi Triana Helmi (1911311002)
Gina Fayzah Zein (1911311005)
Berliana Sintya Putri (1911311008)
Alisa Rahmi (1911311011)
Secara anatomi organ reproduksi
laki-laki terdiri dari organ reproduksi
Anatomi dan eksternal yaitu skrotum dan penis,
Fisiologi Organ dan organ reproduksi internal yaitu
Reproduksi Pria testis (menghasilkan sperma dan
hormone), kelenjar aksesori
(mensekresikan produk esensial
bagi pergerakan sperma), dan
sekumpulan duktus yang membawa
sperma dan kelenjar.
Organ Reproduksi Eksternal
A.Skrotum
Skrotum merupakan pembungkus testis, suhu testis lebih rendah 2
derajat celcius dari suhu tubuh. Ada beberapa mekanisme untuk
mempertahankan suhu testis:
1.Terdapatnya kelenjar keringat
2.Terdapatnya pleksus pampiniform berupa anyarnan-anyaman vena dari testis
3.Terdapatnya otot dartos berupa otot-otot halus
Dinding skrotum terdiri dari beberapa lapisan yaitu:
1.Bagian luar yaitu berupa kulit tipis relative tanpa bulu, mengandung kelenjar keringat
2.Tunika dartos : bagian yang melekat pada kulit yaitu berupa otot-otot halus
3.Lapisan jaringan keringat
4.Membran serous merupakan dasar dari dinding skrotum
B.Penis
Penis manusia terdiri dari 3 silinder jaringan erektil yang mirip spon yang
terdiri dari ruang-ruang dimana pembatasnya disebut trabekula. Jaringan
erektil ini berasal dari vena dan kapiler yang dimodifikasi. Ke-tiga jaringan
erektil ini adalah:
a. 2 (dua) buah corpus cavernosum dari penis, pada bagian dorsal dan
b. 1 (satu) buah corpus cavernosum dari uretra (corpus spongiosum).
Organ Reproduksi Internal
A.Testis
Merupakan saluran-saluran yang melilit-
lilit yang dikelilingi oleh jaringan ikat
yang disebut Tubulus seminiferus
(tempat terbentuknya sperma). Di
tubulus seminiferus juga terdapat sel-sel
leydig yang tersebar , dimana sel ini
akan menghasilkan testosteron dan
androgen yang merupakan hormone seks
pria.
Organ Reproduksi Internal
B.Saluran Pengeluaran
1)Epididimis
Saluran ini menempel pada testis. Saluran epididimis merupakan duktus
eferens bersatu yang berkelok-kelok. Sperma membutuhkan waktu 20 hari
di epididimis yang panjangnya hampir mencapai 6 meter. Selama perjalanan
sperma di epididimis, sperma menjadi motil dan mendapatkan kemampuan
untuk membuahi. Lapisan otot saluran ini, makin tebal kearah ekor, ini
sesuai dengan fungsi epididimis untuk mendorong sperma menuju ke vas
deferens.
B.Saluran Pengeluaran
2)Vas Deferens
Merupakan saluran berotot yang keluar dari ekor epididimis menuju ke uretra, tetapi
sebelum sampai di uretra, terjadi pelebaran saluran yang disebut ampula, diakhir
saluran ampula akan bersatu dengan saluran vesika seminalis membentuk saluran
kecil yang disebut duktus ejakulasi, duktus ini masuk kedalam prostate dan
bermuara pada uretra.
3)Duktus Eferens
Tubulus serniniferus dibagian atas lobus membentuk tubulus lurus (tubulus rectus)
dan masuk kebagian testis yang disebut Rete testis dan keluar sebagai duktus
eferens.
C.Kelenjar Asesoris
1)Kelenjar Vesikula Seminalis 2)Kelenjar Prostat
Kelenjar ini menyumbang 60% total Kelenjar pensekresi semen cukup besar,
volume semen. Cairan dari vesika mensekresikan secara langsung melalui
sernininalis mempunyai sifat kental saluran-saluran kecil. Cairan ini
kekuning-kuningan dan alkalis (basa). mempunyai sifat encer seperti susu dan
Cairan ini mengandung mucus, sedikit asam, serta mengandung enzim
gulaftuktosa (sumber energi bagi sperma), antikoagulan (seminin), sitrat (nutrient
enzim pengkoagulasi, asam askrobat, dan bagi sperma) .
prostaglan
C.Kelenjar Asesoris
3)Kelenjar Bulbouretralis / Cawper
Secara langsung tidak terlibat dalam sekresi semen, merupakan sepasang
kelenjar kecil, mensekresikan mukus bening sebelum ejakulasi, gunanya
untuk menetralkan setiap urin asam yang masih tersisa dalam uretra, juga
mengandung enzim spermin (bau khas). Kadang-kadang cairan ini juga
membawa sebagian sperma yang dibebaskan sebelum terjadinya ejakulasi.
Hormon Pria
A.Hormon Gonadotropin
a.Merangsang sel Sertoli
Hormon gonadotropin dihasilkan oleh menghasilkan ABP (Androgen
hipotalamus berfungsi untuk merangsang Binding Protein) yang akan
kelenjar hipofisa bagian depan (anterior) memacu spermatogonium untuk
agar mengeluarkan hormon FSH dan LH. memulai proses
spermatogenesis.
1)Follicle Stimulating Hormone/FSH
dihasilkan oleh kelenjar hipofisis
b.Merangsang sel leydig untuk
anterior (Kelenjar Pituitary)FSH
menghasilkan testosterone.
berfungsi:
Hormon Pria
2)Luteinizing Hormone/LH dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior.
Fungsi LH:
a.Merangsang sel Leydig untuk menghasilkan hormon testosteron.
b.Pada pria, awal pubertas antara usia 13 sampai 15 tahun terjadi
peningkatan tinggi dan berat badan yang relatif cepat bersamaan
dengan pertambahan lingkar bahu dan pertambahan panjang penis
dan testis. Rambut pubis dan kumis serta jenggot mulai tumbuh.
c.Pada masa ini, pria akan mengalami mimpi basah.
Hormon Pria
B.Testosteron

Testosteron adalah hormone diproduksi di testis oleh sel Leydig.


Testosteron berfungsi :
1)Merangsang perkembangan organ seks primer pada saat embrio.
2)Pada masa pubertas testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.
mempengaruhi perkembangan alat reproduksi dan ciri kelamin sekunder seperti
pertumbuhan rambut di wajah (kumis dan jenggot), pertambahan massa otot, dan
perubahan suara.
3)mendorong spermatogenesis
C.Estrogen
Estrogen dibentuk oleh sel-sel Sertoli
ketika distimulasi oleh FSH. Sel-sel D.Hormon Pertumbuhan
Sertoli juga mensekresi suatu protein Hormon pertumbuhan diperlukan
pengikat androgen yang mengikat untuk mengatur metabolisme
testoteron dan estrogen serta testis. Hormon pertumbuhan
membawa keduanya ke dalam cairan secara khusus meningkatkan
pada tubulus seminiferus. Kedua pembelahan awal pada
hormon ini tersedia untuk spermatogenesis.
pematangan sperma.
Proses Pembentukan Sperma
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel sperma di dalam testis
pria. Spermatogenesis sendiri berasal dari kata “spremato” yang
memiliki arti benih, dan “genesis” yang berarti pembelahan. Pada
spermatogenesis terjadi pembelahan secara mitosis dan meiosis. Sel
sperma diproduksi di tubulus seminiferous di dalam testis. Di dalam
dinding tubulus, banyak sel yang tersebar secara acak, yang disebut
dengan sertoli. Sel ini berfungsi untuk memberikan makanan untuk sel
sperma yang belum matang
Proses spermatogenesis dapat dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:

a.Spermatositogenesis
Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan
menjadi spermatosit primer. Spermatogonia merupakan struktur primitive dan
dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia
yang bersifat diploid (2n), berkumpul di tepi membrane epitel germinal yang
disebut spermatogonia tipe A. spermatogonia tipe A membelah secara mitosis
menjadi spermatogonia tipe B. kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel
sel ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid.
Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan
mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan 2 sel anak, yaitu
spermatosit sekunder.
b.Miosis
Spermatosit primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak
dan segera mengalami seiosis I menghasilkan spermatosit sekunder
yang memiliki kromosom haploid (n). spermatosit sekunder kemudian
membelah lagi secara meiosis II membentuk 4 buah spermatid yang
haploid.

c.Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4
fase, yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan.
Hasil akhir berupa 4 spermatozoa (sperma) matang. Ketika spermatid terbentuk
pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel epitel. Namun setelah
spermatid mulai memanjangmenjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri
dari kepala dan ekor.
Proses Pembentukan Sperma
Pemeriksaan Laboratorium Untuk Analisis Sperma

Semua spesimen semen merupakan reservoir yang potensial untuk virus HIV dan
hepatitis, dan tindakan pencegahan standar harus diamati setiap saat selama
analisis. Spesimen dibuang sebagai limbah biohazard. Analisis semen untuk
evaluasi fertilitas terdiri dari pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis.
Parameter yang dilaporkan meliputi penampilan, volum, viskositas, pH,
konsentrasi dan jumlah sperma, motilitas, dan morfologi.
A. Analisa Sperma Secara Makroskopis

Sperma yang baru keluar selalu menunjukan adanya gumpalan atau koagolum
diantara lendir putih yang cair. Pada sperma yang normal gumpalan ini akan
segera mencair pada suhu kamar dalam waktu 15 – 20 menit. Peristiwa ini
dikatakan sperma mengalami pencairan (Likuifaksi). Likuifaksi terjadi karena
daya kerja dari enzim-enzim yang diproduksi oleh kelenjar prostat, enzim ini
disebut enzim seminim
1. Pengukuran Volume. Volum semen yang normal berkisar antara 2 dan 5 ml. Hal
tersebut dapat diukur dengan menuangkan spesimen ke dalam silinder bersih
yang dikalibrasi dalam skala volume 0,1 ml. Peningkatan volum dapat dilihat
setelah periode abstinensia yang lama.
2. pH semen menunjukkan keseimbangan antara nilai pH dari sekresi prostat yang
asam dan sekresi vesikula seminal yang bersifat alkali. pH harus diukur dalam 1
jam ejakulasi karena dapat terjadi penurunan CO2. pH normal semen bersifat basa
dengan rentang 7,2 hingga 8,0.
3. Bau Sperma yang baru keluar mempunyai bau yang khas atau spesifik. Baunya
sperma yang khas tersebut disebabkan oleh oksidasi spermin (suatu poliamin
alifatik) yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat.
4. Warna Sperma. Semen yang normal memiliki warna putih kelabu, tampak
translusen, dan memiliki bau basi yang khas.
5)Likuifaksi
Spesimen yang segar adalah semen yang ada penggumpalan dan harus mencair
dalam 30 hingga 60 menit setelah penggumpulan.

6)Viskositas (Kekentalan)
Viskositas spesimen mengacu pada konsistensi cairan dan mungkin berhubungan
dengan likuifaksi spesimen. Spesimen yang mengalami likuifaksi secara tidak lengkap
bersifat menggumpal dan sangat kental. Spesimen semen yang normal harus mudah
ditarik ke dalam pipet dan membentuk tetesan kecil yang tidak tampak menggumpal
atau berserabut ketika jatuh dari pipet akibat gravitasi.
Pemeriksaan viskositas ini dapat dilakukan dengan dua cara:

a)Cara subyektif Dengan menyentuh permukaan sperma dengan pipet atau


batang pengaduk, kemudian ditarik maka akan terbentuk benang yang
panjangnya 3 – 5 cm. Makin panjang benang yang terjadi makin tinggi
viskositasnya.

b)Cara Pipet Elliason. Syaratnya sperma harus homogen dan pipet yang
digunakan harus kering.
Cara kerja:
1.Pipet cairan sperma sampai angka 0,1
2.Tutup bagian atas pipet dengan jari
3.Arahkan pipet tegak lurus
4.Jalankan stopwatch
5.Jika terjadi tetesan pertama stopwath dimatikan dan hitung waktunya
dengan detik
Analisis Sperma Mikroskopik
1)Jumlah sperma per lapang pandang/ perkiraan densitas sperma
Cara kerja:
a)Diaduk sperma hingga homogen
b)Diambil 1-3 tetes cairan sperma ditaruh diatas obyek glass lalu ditutup dengan
cover glass
c)Lihat dibawah mikroskop dengan perbesaran 40X
d)Dihitung berapa banyak spermatozoa pada beberapa lapang pandang Misalnya,
dihitung berturut-turut lapang pandang:
I = 10 Spermatozoa, II = 5 Spermatozoa, III = 7 Spermatozoa, IV = 8
2)Pergerakan Sperma
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada suhu kamar (200 C - 250 C). Dalam
memeriksa pergerakan spermatozoa sebaiknya diperiksa setelah 20 menit karena
dalam waktu 20 menit sperma tidak kental

3)Morfologi
Morfologi sperma dievaluasi berdasarkan dengan adanya struktur kepala, leher
(neckpiece), badan (midpiece), dan ekor.

4)Perhitungan Sel Bulat


Diferensiasi dan enumerasi sel bulat (sperma imatur dan leukosit) juga dapat
dilakukan selama pemeriksaan morfologi. N merupakan jumlah spermatid atau
neutrofil yang dihitung per 100 sperma matur, dan S merupakan konsentrasi
sperma dalam juta per mililiter:
Beberapa kondisi medis memang bisa menyebabkan rendahnya
kualitas sperma:
1)Kegemukan
2)Obat impotensi
3)Kekurangan zinc
4)Radiasi ponsel
5)Kurang asupan serat
6)Merokok
7)Depresi
Gangguan Pada Proses Pembentukan Sperma
a.Kelainan Spermatogenia
Spermatogenia dengan inti yang sangat besar sekali, polipoid atau sel – sel
dengan multinuklei.
b.Kelainan spermatosit
Kelainan pada spermatosit I sering di temukan. Biasanya terjadi perubahan pada
karioplasmanya,seperti perubahan transparasi dengan berkurangnya materi
kromatin, inti sangat besar dengan sedikit karioplasma pengelompokan
kromatin dan perlekatan kromatin pada membran inti.
c.Kelainan spermatid
Kelainan terjadi pada tingkat spermatid. Kelainan ini terjadi selama proses
spermatogenesis, biasanya berupa gangguan pembentukan akrosom,
kondensasi inti dan pembentukan ekor, baik sendiri ataupun kombinasi.
d.Kelainan akrosom
Kelainan akrosom bisa berupa kelainan penyatuan dengan inti atau terpisah da
lam sitoplasma.
Pada spermatid tua kelainan
akrosom yang sering terlihat e.Kelainan inti
adalah : Kelainan ini meliputi
1.Penebalan sebagian akrosom 1.Adanya inklusion dari vesikel
2.Pelipatan lamina akrosom ke 2.Membran yang tersusun konsentris
dalam sehingga terputus dengan dinding inti
inti dan membentukseptum. 3.Pertumbuhan dari membran yang
3.Terpisahnya sebagian akrosom berlebihan yang berasal dari lamina
dari inti belakang akrosom
4.Terbentuknya tonjolan pada ujung 4.Adanya tubulus-tubulus yang besar
kepala atau bentuk lipatan , kristal dalam inti
5.Berisi vakuola 5.Adanya vakuola yang besar dalam
inti
f.Kelainan Ekor
Kelalaianan ekor lebih sering terjadi g.Jumlah Sperma
pada tempat insersinya. Dekpitasi Volume normal cairan semen sekitar 2-5
spermatozoon, keadaan dimana kepala ml. Volume cairan semen dianggap
dan ekor terpisah atau membengkok rendah secara abnormal jika kurang dari
pada lempeng basal. 1,5 ml. Volume semen melebihi 5 ml
juga dianggap abnormal.
▪ h.Kelainan Bentuk Morfologi
▪ Sperma yang normal berbentuk seperti kecebong. Terdiri dari kepala, tubuh, dan ekor.
Kelainan seperti kepala kecil atau tak memiliki ekor akan mempengaruhi pergerakan
sperma.
▪ i.Pergerakan Lemah
▪ Jumlah sel sperma yang cukup, jika tak dibarengi pergerakan yang normal, membuat sel
sperma tak akan mencapai sel telur.
▪ j.Cairan Semen Terlalu Kental
▪ Cairan semen yang terlalu kental mengakibatkan sel sperma sulit bergerak. Pembuahan pun
jadi sulit karena sel sperma tak berhasil mencapai sel telur.
▪ k.Saluran Tersumbat
▪ Saat ejakulasi, sperma keluar dari testis menuju penis melalui saluran yang sangat halus.
Jika saluran-saluran itu tersumbat, maka sperma tak bisa keluar. Umumnya hal ini
disebabkan trauma pada benturan.
▪ l. Kerusakan Testis
▪ Testis dapat rusak karena virus dan berbagai infeksi, seperti gondongan, gonorrhea, sifilis,
dan sebagainya.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai