Anda di halaman 1dari 15

Analisis Kebutuhan Sekolah sebagai Bagian

Fungsi Perencanaan
Layanan Pendidikan

Oleh :
Edi Prio Baskoro
1. Definisi.
Analisis kebutuhan (need assessment) :
a. Proses dalam mengidentifikasi kebutuhan sekaligus menentukan
prioritas (Arikunto, 2008).
b. Cara untuk mengetahui kesenjangan (gaps) antara kondisi yang
diharapkan dengan kondisi eksisting selanjutnya menempatkan
kesenjangan-kesenjangan itu dalam skala prioritas, kemudian
memilih hal yang paling penting untuk diselesaikan (McCawley,
2004).
c. Urgensi analisis kebutuhan ini berkaitan dengan penentuan titik
berangkat perencanaan melalui penelusuran dalam keberhasilan,
kekuatan, kesulitan, kelemahan sehingga pada tahap selanjutnya
seorang perencana dapat mengembangkan titik berangkat
perencanaan sesuai dengan tahap yang ingin dicapai.
2. Fungsi analisis kebutuhan :
a. Mengidentifikasi kebutuhan yang relevan dengan
kondisi saat ini, yaitu masalah keterbatasan sekolah,
kelas, jurusan tertentu, dan sebagainya
b. Mengidentifikasi kebutuhan mendesak yang terkait
dengan finansial, keamanan atau masalah-masalah
lain yang mengganggu pekerjaan di lingkungan
pendidikan
c. Menyajikan skala prioritas untuk memilih tindakan
yang tepat dalam mengatasi masalah-masalah di
dunia pendidikan
d. Memberikan data basis yang menganalisis efektivitas
kegiatan di dunia pendidikan.
3. Aplikasi analisis kebutuhan (need assessment)
dalam layanan pendidikan di sekolah :
Analisis kebutuhan sekolah dilakukan dalam
upaya mengamati dan mempelajari tentang
apa saja yang menjadi kebutuhan sekolah, baik
untuk masa sekarang maupun di masa yang
akan datang dalam rangka meningkatkan
pelayanan pendidikan yang lebih baik, misalnya
kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM),
sarana dan prasarana, dana, dan sebagainya.
Langkah-langkah dalam melakukan analisis
kebutuhan disajikan pada gambar berikut :
Pengum
pulan
Informa
Merumus si
kan Identifika
Masalah si
Kesenjang
an

Identifika Analisis
si Tujuan Performa
nce

Identifika
si Identifika
Karakteris si
tik Siswa Hambata
n
Berdasarkan konsep ini, analisis kebutuhan sekolah sangat berkaitan
dengan proses memproyeksikan kebutuhan sekolah berdasarkan
skala prioritas dengan tujuan memenuhi kebutuhan belajar peserta
didik sehingga menghasilkan output berupa berupa tenaga kerja yang
produktif, misalnya pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Untuk menghitung kebutuhan sekolah, digunakan Standar Pelayanan


Minimal (SPM) yang menjadi acuan dalam perencanaan program.
Contoh :
SPM jenjang Pendidikan Dasar dalam Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 23 Tahun 2013 tentang
Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar. Standar Pelayanan
Minimal (SPM) ini mencakup dua kelompok pelayanan, yaitu
pelayanan Pendidikan Dasar oleh Kabupaten/Kota dan pelayanan
Pendidikan Dasar oleh Satuan Pendidikan.
(spm.dikdasmen,kemendikbud.go.id).
1. Pelayanan Pendidikan Dasar oleh Kabupaten/Kota
a. Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau
dengan berjalan kaki, yaitu minimal 3 km untuk SD/MI dan 6
km jalan darat/air untuk SMP/MTs dari kelompok
permukiman permanen di daerah terpencil.
b. Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk
SD/MI tidak melebihi 32 orang, dan untuk SMP/MTs tidak
melebihi 36 orang. Untuk setiap rombongan belajar tersedia
1 (satu) ruang kelas yang dilengkapi dengan meja dan kursi
yang cukup untuk peserta didik dan guru, serta papan tulis.
c. Di setiap SMP dan MTs tersedia ruang laboratorium IPA yang
dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk 36
peserta didik dan minimal satu set peralatan praktek TPA
untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik.
d. Di setiap SD/MI dan SMP/MTs tersedia satu ruang guru yang
dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru,
kepala sekolah dan staf kependidikan lainnya; dan di setiap
SMP/MTs tersedia ruang kepala sekolah yang terpisah dari
ruang guru.
e. Di setiap SD/MI tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32
peserta didik dan 6 (enam) orang guru untuk setiap satuan
pendidikan, dan untuk daerah khusus 4 (empat) orang guru
untuk setiap satuan pendidikan.
f. Di setiap SMP/MTs tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap
mata pelajaran, dam umtuk aderah khusus tersedia satu
orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran.
g. Di setiap SD/MI tersedia 2 (dua) orang guru yang memenuhi
kualifikasi akademik S1 atau D-IV dan 2 (dua) orang guru
yang telah memiliki sertifikat pendidik.
h. Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akedemi S-1
atau D-IV sebanyak 70% dn separuh di antaranya (35% dari
keseluruhan guru) telah memiliki sertifikat guru pendidik, untuk
daerah khusus masing-masing sebanyak 40% dan 20%.
i. Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi S-1 atau D-IV
dan telah memiliki sertifikat pendidik masing-masing satu orang
untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia,
Bahasa Inggris, dan Pendidikan Kewarganegaraan.
j. Di setiap Kabupaten/Kota, semua kepala SD/MI berkualifikasi
akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik.
k. Di setiap kabupaten/kota, semua kepala SMP/MTs berkualifikasi
akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik.
l. Di setiap Kabupaten/Kota, semua pengawas
sekolah dan madrasah memiliki kualifikasi
akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki
sertifikat pendidik.
m. Pemerintah kabupaten/kota memiliki rencana
dan melaksanakan kegiatan untuk membantu
satuan pendidikan dalam mengembangkan
kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif.
n. Kunjungan pengawas ke satua pendidikan
dilakukan satu kali setiap bulan dan setiap
kunjungan dilakukan selama 3 jam untuk
melakukan supervisi dan pembinaan.
2. Pelayanan Pendidikan Dasar oleh Satuan Pendidikan.
a. Setiap SD/MI menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan
kelayakannya oleh Pemerintah mencakup mata pelajaran Bahasa
Indonesia, Matematika, IPA, IPS, dan Pendidikan
Kewarganegaraan, dengan perbandingan satu set untuk setiap
peserta didik.
b. Setiap SMP/MTs menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan
kelayakannya oleh Pemerintah mencakup semua mata pelajaran
dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik.
c. Setiap SD/MI menyediakan satu set peraga IPA dan bahan yang
terdiri dari model kerangka manusia, model tubuh manusia, bola
dunia (globe), contoh peralatan optik, kit IPA untuk eksperimen
dasar, dan poster/carta IPA.
d. Setiap SD/MI memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku
referensi, dan setiap SMP/MTs memiliki 200 judul buku pelajaran
dan 20 buku referensi.
e. Setiap guru tetap bekerja 37,5 jam per minggu di satuan pendidikan,
termasuk merencanakan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing atau
melatih peserta didik, dan melaksanakan tugas tambahan.
f. Satuan pendidikan menyelenggarakan proses pembelajaran selama
34 minggu per tahun dengan kegiatan pembelajaran sebagai
berikut :
1) Kelas I – II : 18 jam per minggu
2) Kelas III : 24 jam per minggu
3) Kelas IV – VI : 27 jam per minggu
4) Kelas VII – IX : 27 jam per minggu
g. Satuan pendidikan menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP) sesuai ketentuan yang berlaku.
h. Setiap guru menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
yang disusun berdasarkan silabus untuk setiap mata pelajaran yang
diampunya.
i. Setiap guru mengembangkan dan menerapkan program penilaian
untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik.
j. Kepala sekolah melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan
balik kepada guru dua kali dalam setiap semester.
k. Setiap guru menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran
serta hasil penilaian setiap peserta didik kepada kepala sekolah
pada akhir semester dalam bentuk laporan hasil prestasi belajar
peserta didik.
l. Kepala sekolah atau madrasah menyampaikan laporan hasil
ulangan akhir semester (UAS) dan ulangan kenaikan kelas (UKK)
serta ujian akhir (US/UN) kepada orang tua peserta didik dan
menyampaikan rekapitulasinya kepada Dinas Pendidikan
kabupaten/kota atau Kantor Kementerian Agama di
kabupaten/kota pada setiap akhir semester.
m. Setiap satuan pendidikan menerapkan prinsip-prinsip manajemen
berbasis sekolah (MBS).
TUGAS
• Setiap mahasiswa diharapkan melakukan dokumentasi
ke satuan pendidikan terdekat tentang Standar
Pelayanan Minimal (SPM) sekolah yang menjadi acuan
dalam perencanaan program di lokasi, kemudian
mengadakan observasi dan wawancara tentang
bagaimana penjabaran SPM untuk mengondisikan
lingkungan sekitar agar pelaksanaan layanan pendidikan
di sekolah berjalan dengan baik. Hasilnya dituliskan
dalam bentuk makalah yang akan dipresentasikan satu
persatu di kelas mulai minggu depan.
• Setiap mahasiswa hanya memilih satu satuan pendidikan
(tidak boleh sama dengan yang telah dipilih mahasiswa
yang lain). Satuan pendidikan yang bisa dipilih : 1)
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD); 2) Taman Kanak-kanak
(TK); 3) Raudhotul Athfal (RA); 4) Sekolah Dasar (SD); 5)
Madrasah Ibtidaiyah (MI); 6) Sekolah Menengah Pertama
(SMP); 7) Madrasah Tsanawiyah (MTs); 8) Sekolah
Menengah Atas (SMA); 9) Madrasah Aliyah (MA); 10)
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK); 11) Madrasah Aliyah
Kejuruan (MAK); dan 12) Pendidikan dan Latihan (Diklat).
• Bagi mahasiswa yang membutuhkan surat pengantar ke
sekolah, silahkan dibuat sendiri sehingga dosen pangampu
tinggal menandatanganinya.
• Selamat bekerja !

Anda mungkin juga menyukai