Anda di halaman 1dari 6

AL – QUR’AN HADIST

BAB VII – HADIS SUMBER AJARAN ISLAM

SEMESTER 2
KELAS X
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
‫اللهم صلي علي سيدنا محمد‬

• MEMAHAMI SEJARAH PERKEMBANGAN HADIST


Sejarah penulisan hadis merupakan masa atau periode yang telah dilalui oleh hadist dari masa lahirnya dan
tumbuh dalam pengenalan, penghayatan, dan pengalaman umat dari generasi ke generasi. Dengan
memperhatikan masa yang telah dilalui hadis, para ulama ahli (muhaddisin) membagi sejarah hadis dalam
beberapa periode.
Adapun ulama berbeda pendapat dalam pembagian periode sejarah hadist. Ada yang membagi dalam tiga
periode, lima periodedan tujuh periode.
M. Hasbi Asy-Shidieqy membagi perkembangan hadis menjadi 7 periode, sejak periode Nabi SAW hingga
sekarang, yaitu sebagai berikut :
AL-QUR’AN HADIST KELAS X

1. Periode Pertama : Perkembangan Hadis pada masa Rasulullah SAW


Periode ini disebut ‘Asr al-Wahyi wa at-Takwin (masa turunnya wahyu dan pembentukan masyarakat islam).
Pada periode inilah, hadis lahir berupa “sabda (aqwal)”, “perbuatan (af’al)” dan “taqrir” Nabi yang berfungsi
menerangkan Al-Qur’an untuk menegakkan syariat islam dan membentuk masyarakat islam.
Para sahabat menerima hadist secara langsung dan tidak langsung. Penerimaan secara langsung misalnya “ saat
Nabi SAW memberi ceramah, pengajian, khutbah, atau penjelasan terhadap pertanyaan para sahabat”. Adapun
penerimaan secara tidak langsung misalnya “ mendengar dari sahabat yang lain atau dari utusan-utusan, baik dari
utusan yang dikirim oleh Nabi SAW ke daerah-daerah atau utusan daerah yang datang kepada Nabi SAW”.
Pada masa Nabi SAW kepandaian baca tulis di kalangan para sahabat sudah bermunculan, hanya saja terbatas
sekali. Karena kecakapan baca tulis di kalangan sahabat masih kurang, Nabi menekankan untuk menghafal,
memahami, memelihara, mematerikan, dan memantapkan hadis dalam amalan sehari-hari, serta menyebarkan kepada
orang lain.
AL-QUR’AN HADIST KELAS X

2. Periode kedua : Perkembangan hadis pada masa al- Khulafa ar-Rasyidin (11 H – 40 H)
Periode ini disebut ‘Asr at-Tasabbut wa al-Iqlal min al-Riwayah (masa membatasi dan menyedikitkan riwayat).
Nabi SAW wafat pada tahun 11 H. Kepada umatnya, beliau meninggalkan dua pegangan sebagai dasar bagi pedoman
hidup, yaitu Al-Qur’an dan hadis (as-Sunnah yang harus dipegangi dalam seluruh aspek kehidupan umat).
Pada masa Khalifah Abu Bakar dan Umar, periwayatan hadis tersebar secara terbatas. Penulisan hadis pun masih
terbatas dan belum dilakukan secara resmi. Bahkan, pada masa itu, Umar melarang para sahabat untuk
memperbanyak meriwayatkan hadis, dan sebaliknya, Umar menekankan agar para sahabat mengerahkan
perhatiannya untuk menyebarluaskan al-Qur’an.
Dalam praktiknya, para sahabat meriwayatkan hadis melalui dua cara, yakni:
a. Dengan lafaz asli, yakni menurut lafaz yang mereka terima dari Nabi saw. yang mereka hafal benar lafaz dari
Nabi.
b. b. Dengan maknanya saja yakni para sahabat meriwayatan maknanya karena tidak hafal lafaz asli dari Nabi saw.
AL-QUR’AN HADIST KELAS X

3. Periode Ketiga: Perkembangan pada Masa Sahabat Kecil dan Tabiin


Periode ini disebut ‘Asr Intisyar al-Riwayah ila al-Amslaar’ (masa berkembang dan meluasnya periwayatan
hadis). Pada masa ini, daerah Islam sudah meluas, yakni ke negeri Syam, Irak, Mesir, Samarkand, bahkan pada tahun
93 H, meluas sampai ke Spanyol. Hal ini bersamaan dengan berangkatnya para sahabat ke daerah-daerah tersebut,
terutama dalam rangka tugas memangku jabatan pemerintahan dan penyebaran ilmu hadis.
Para sahabat kecil dan tabiin yang ingin mengetahui hadis-hadis Nabi saw. diharuskan berangkat ke seluruh
pelosok wilayah Daulah Islamiyah untuk menanyakan hadis kepada sahabat-sahabat besar yang sudah tersebar di
wilayah tersebut. Dengan demikian, pada masa ini, di samping tersebarnya periwayatan hadis ke pelosok-pelosok
daerah Jazirah Arab, perlawatan untuk mencari hadis pun menjadi ramai.
Karena meningkatnya periwayatan hadis, muncullah bendaharawan dan lembaga-lembaga (Centrum
Perkembangan) hadis di berbagai daerah di seluruh negeri.
Adapun lembaga-lembaga hadis yang menjadi pusat bagi usaha penggalian, pendidikan, dan pengembangan
hadis terdapat di Madinah, Makkah, Bashrah, Syam dan Mesir.
AL-QUR’AN HADIST KELAS X

Pada periode ketiga ini mulai muncul usaha pemalsuan oleh orang-orang yang tidak bertanggung
jawab. Hal ini terjadi setelah wafatnya Sahabat Ali r.a. Pada masa ini, umat Islam mulai terpecah-pecah
menjadi beberapa golongan: Pertama, golongan Ali Ibn Abi Talib, yang kemudian dinamakan golongan
Syiah. Kedua, golongan Khawarij, yang menentang Ali, dan golongan Muawiyah, dan ketiga; golongan
Jumhur (golongan pemerintah pada masa itu).
Terpecahnya umat Islam tersebut, memacu orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk
mendatangkan keterangan-keterangan yang berasal dari Rasulullah saw. untuk mendukung golongan
mereka. Oleh sebab itulah, mereka membuat hadis palsu dan menyebarkannya kepada masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai