Anda di halaman 1dari 25

ANTI PENCUCIAN UANG &

PENCEGAHAN PENDANAAN
TERORISME (APU & PPT)

(BPRS TAMAN INDAH DARUSSALAM)


Pendahuluan
Pendahuluan

//Pencucian uang atau money laundering adalah perbuatan


menempatkan, mentransfer, membayarkan, menghibahkan,
menyumbangkan, menitipkan, membawa keluar negeri, menukarkan, atau
perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang diketahui atau patut diduga
merupakan hasil tindak pidana dengan maksud untuk menyembunyikan
atau menyamarkan asal usul harta kekayaan sehingga seolah-olah
menjadi harta kekayaan yang sah.
…lanjutan
Melalui Proses :

- Placement, yaitu upaya menempatkan dana yang dihasilkan dari suatu


kegiatan tindak pidana ke dalam sistim keuangan

- Layering, yaitu upaya memisahkan hasil tindak pidana dari sumbernya, yaitu
tindak pidananya, melalui beberapa tahap transaksi keuangan untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul dana

- Integration, yaitu upaya menggunakan harta kekayaan yang telah tampak


sah, baik untuk dinikmati langsung, diinvestasikan ke dalam berbagai bentuk
kekayaan material maupun keuangan, dipergunakan untuk membiayai
kegiatan tindak pidana
Beberapa modus pencucian uang yang banyak
digunakan oleh pelaku pencucian uang adalah:
SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN
NOMOR 32 /SEOJK.03/2017

Smurfing yaitu upaya untuk menghindari pelaporan dengan memecah-mecah


transaksi yang dilakukan oleh banyak pelaku

Structuring yaitu upaya untuk menghindari pelaporan dengan memecah-mecah


transaksi sehingga jumlah transaksi menjadi lebih kecil.

U Turn yaitu upaya untuk mengaburkan asal usul hasil kejahatan dengan
memutarbalikkan transaksi untuk kemudian dikembalikan ke rekening asalnya.

Cuckoo Smurfing yaitu upaya mengaburkan asal usul sumber dana dengan
mengirimkan dana-dana dari hasilkejahatan melalui rekening pihak ketiga yang
menunggu kiriman dana dari luar negeri dan tidak menyadari bahwa dana yang
diterima merupakan hasil tindak pidana.
Pembelian aset atau barang mewah yaitu menyembunyikan status
kepemilikan dari aset atau barang mewah termasuk pengalihan
aset tanpa terdeteksi oleh sistem keuangan.

Pertukaran barang (barter) yaitu menghindari penggunaan dana


tunai atau instrumen keuangan sehingga tidak dapat terdeteksi
oleh sistem keuangan.

Underground banking atau alternative remittance services yaitu


kegiatan pengiriman uang melalui mekanisme jalur informal yang
dilakukan atas dasar kepercayaan.

Penggunaan pihak ketiga yaitu transaksi yang dilakukan dengan


menggunakan identitas pihak ketiga dengan tujuan menghindari
pendeteksian identitas dari pihak yang sebenarnya merupakan
pemilik dana hasil tindak pidana.
Mingling yaitu mencampurkan dana hasil tindak pidana dengan
dana dari hasil kegiatan usaha yang legal dengan tujuan untuk
mengaburkan sumber asal dananya.

Penggunaan identitas palsu yaitu transaksi yang dilakukan dengan


menggunakan identitas palsu sebagai upaya untuk mempersulit
pelacakan identitas dan pendeteksian keberadaan pelaku
pencucian uang.
Pendanaan Terorisme (lanjutan)
Tindak Pidana Pencucian Uang l. Perdagangan Orang;
Pasal 2 UU No. 8 Tahun 2010 m. Perdagangan Senjata Gelap;
1.Hasil tindak pidana adalah harta n. Terorisme;
kekayaan yang diperoleh dari tindak o. Penculikan;
pidana : p. Pencurian;
a. Korupsi; q. Penggelapan;
r. Penipuan;
b. Penyuapan;
s. Pemalsuan Uang;
c. Narkotika;
t. Perjuadian;
d. Psikotropika; u. Prostitusi;
e. Penyelundupan Tenaga Kerja; v. Di Bidang Perpajakan;
f. Penyelundupan Migran; w. Di Bidang Kehutanan;
g. Di Bidang Perbankan; x. Di Bidang Lingkungan Hidup;
h. Di Bidang Psar Modal; y. Di Bidang Kelautan dan Perikanan;
Tindak Pidana Lain yang diancam dengan
i. DI Bidang Perasuransian; z.

pidana penjara 4 (empat) tahun atau


j. Kepabeanan; lebih, yang dilakukan di wilayah NKRI atau
k. Cukai; di luar wilayah NKRI dan tindak pidana
tersebut juga merupakan tindak pidana
menurut hukum Indonesia.
Pendanaan Terorisme (lanjutan)
Pasal 3 UU No. 8 Tahun 2010
Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidanan Pencucian Uang

Setiap orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan,


menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan
mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas harta kekayaan yang di ketahuinya
atau patut di duga merupakan hasil tindak pidana sebagai mana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(1) dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan di pidana
karena tindak pidana Pencucian Uang dengan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun
dan denda paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

Pasal 4 UU No. 8 Tahun 2010


Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

Setiap orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber, lokasi, peruntukan,
pengalihan hak – hak, atau kepemilikan yang sebenarnya atas harta kekayaan yang diketahui
atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1)
dipidanakan karena tindak pidana pencucian uang dengan pidana penjara paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Pendanaan Terorisme (lanjutan)

Pasal 3 UU No. 8 Tahun 2010


Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidanan Pencucian Uang
Setiap orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan,

menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan


mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas harta kekayaan yang di ketahuinya
atau patut di duga merupakan hasil tindak pidana sebagai mana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(1) dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan di pidana
karena tindak pidana Pencucian Uang dengan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun
dan denda paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

Pasal 4 UU No. 8 Tahun 2010


Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
Setiap orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber, lokasi, peruntukan,

pengalihan hak – hak, atau kepemilikan yang sebenarnya atas harta kekayaan yang diketahui
atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1)
dipidanakan karena tindak pidana pencucian uang dengan pidana penjara paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Pendanaan Terorisme (lanjutan)

Pasal 5 UU No. 8 Tahun 2010


Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang
Setiap orang yang menerima atau menguasai
penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah,
sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan
harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga
merupakan hasil tindak pidana sebagimana dimaksud
dalam pasal 2 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
Pendanaan Terorisme (lanjutan)

Pasal 4 UU No. 9 Tahun 2013


Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pendanaan Terorisme
Setiap orang yang dengan sengaja menyediakan,
mengumpulkan, memberikan, atau meminjamkan Dana, baik
langsung maupun tidak langsung, dengan maksud digunakan
seluruhnya atau sebagian untuk melakukan Tindak Pidana
Terorisme, Organisasi teroris, atau teroris dipidana karena
melakukan tindak pidana pendanaan terorisme dengan pidana
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda
paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
 KETENTUAN TERKAIT APU & PPT

 Undang-Undang Republik Indonesia No.8 tahun 2010 tentang Pencegahan Dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang 
 Undang-Undang Republik Indonesia No.15 tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang No. 1 tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
menjadi Undang-Undang
 Peraturan Bank Indonesia No. 11/28/PBI/2009 - Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan
Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum
 Peraturan Bank Indonesia No. 12/20/PBI/2010 - Penerapan Program Anti Pencucian Uang (APU) dan
Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT) bagi Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah 
 Surat Edaran Bank Indonesia No.11/31/DPNP - Pedoman Standar Penerapan Program Anti Pencucian
Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi Bank Umum
 Surat Edaran Bank Indonesia No.13/14/DKBU/2011 Tanggal 12 Mei 2011 Tentang Penerapan
Program Antipencucian Uang Dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Perkreditan Rakyat
Dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
 Surat Edaran No. 6/37/DPNP tanggal 10 September 2004 perihal Penilaian dan Pengenaan Sanksi atas
Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah dan Kewajiban Lain Terkait dengan Undang-Undang tentang
Tindak Pidana Pencucian Uang dan lampiran
Perkembangan produk, aktivitas dan teknologi
informasi bank yang semakin kompleks
dikhawatirkan dapat meningkatkan peluang bagi
pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk
menggunakan produk/jasa bank dalam membantu
tindak kejahatannya
APU PPT

Prudential banking
Melindungi bank dari berbagai risiko yang mungkin
timbul antara lain risiko hukum, risiko reputasi dan
risiko operasional
Contoh kasus :

1. Muhammad Nazaruddin (Group Permai)… Proyek bermasalah

2. Inong Melinda Dee (MD), pegawai Bank Citibank di Jakarta


membobol dana nasabah Citibank sebesar Rp.17 Milyar. Kurun
waktu tahun 2007 – 2011, MD melakukan 117 Transaksi Fiktif
atas nama nasabahnya. 17 Okt 2012

3. Gayus Tambunan ( pegawai kantor pajak ) …. Korupsi /


manipulasi Pajak Penempatan uang hasil Korupsi di bank …
UNIT KERJA KHUSUS
 Memantau sistem yang mendukung program APU dan PPT.
 Memantau pengkinian profil nasabah dan profil transaksi nasabah.
 Melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan kebijakan program APU dan PPT
 Memastikan bahwa kebijakan dan prosedur telah sesuai dengan perkembangan Program APU
dan PPT yang terkini
 Menerima laporan transaksi keuangan yang berpotensi mencurigakan dan menganalisa laporan
tersebut.
 Melaporkan Transaksi keuangan Mencurigakan kepada PPATK berdasarkan persetujuan Direktur.
 komunikasi yang baik dari setiap unit kerja atau pegawai terkait, menjaga kerahasiaan informasi
dan menentukan area yang beresiko tinggi
** IDENTIFIKASI NASABAH

- Meminta informasi kepada calon nasabah sebelum melakukan hubungan


usaha, termasuk identitas yang dibuktikan dengan keberadaan dokumen
pendukung.

- Melakukan pengisian formulir yang telah disediakan oleh bank.

- Meneliti kebenaran dokumen asli yang diserahkan oleh calon nasabah.

- Melakukan pertemuan langsung/tatap muka dengan calon nasabah pada


awal melakukan hubungan usaha dalam rangka meyakini kebenaran
identitas calon nasabah.

- Mengisi Know Your costumer (KYC) untuk nasabah Tabungan / deposan


dengan saldo Minimal Rp 500.000.000,- ( Lima Ratus Juta Rupiah )
Petugas yang terkait setiap waktu wajib melakukan pemantauan
terhadap transaksi keuangan tunai (cash transaction) dari penarikan,
penyetoran, atau penitipan yang dilakukan dengan uang tunai atau
instrument pembayaran lain yang dilakukan melalui penyedia jasa
keuangan dengan kriteria:

-Penarikan/penerimaan atau penyetoran/pembayaran dengan


menggunakan uang tunai (uang kertas/logam)

Dalam jumlahnya Rp. 100.000.000,- (Seratus Juta Rupiah) atau


lebih dalam mata uang asing yang nilainya setara
VERIFIKASI DOKUMEN

 Bank wajib melakukan verifikasi terhadap dokumen yang


dipersyaratkan seperti KTP, SIM, PASPOR, dll
 Bank wajib meneliti dan meyakini kebenaran dokumen dengan jalan
wawancara
 Bilamana terdapat keraguan,maka Bank meminta dokumen pendukung
identitas lainnya yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang
 Dalam kondisi tertentu, proses verifikasi dapat diselesaikan kemudian,
paling lambat:
a. Untuk nasabah perorangan, 14 (empatbelas) hari kerja setelah
dilakukannya hubungan usaha.
b. Untuk nasabah perusahaan, 90 (sembilanpuluh) hari kerja setelah
dilakukannya hubungan usaha
KEBIJAKAN PELAPORAN DAN PEMANTAUAN

 Apabila terdapat transaksi keuangan yang menyimpang


dari profil, karakteristik atau kebiasaan pola transaksi
yang mengarah kepada transaksi keuangan mencurigakan
(Suspicious Transaction Report atau STR) dan laporan
transaksi keuangan tunai (Cash Transaction Report atau
CTR) wajib melaporkannya kepada Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).
Transaksi keuangan tunai yang dikecualikan dari kewajiban
pelaporan adalah:

 Transaksi antar bank;


 Transaksi dengan pemerintah
 Transaksi dengan bank central
 Pembayaran gaji
 Pembayaran pensiun
 Transaksi lainnya yang ditetapkan oleh kepada PPATK atau atas
permintaan bank yang disetujui oleh PPATK
 Transaksi antar bank dalam rangka kegiatan usahanya masing-masing
dan
 Transaksi rutin yang dilakukan secara harian, mingguan, dan bulanan
dari jenis usaha atau pihak.
Jumlah Minimal Transaksi Pelaporan
Pasal 23 ayat 1, UU No. 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang:

Penyedia jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a
wajib menyampaikan laporan kepada PPATK yang meliputi:
a. Transaksi Keuangan Mencurigakan;

b. Transaksi Keuangan Tunai dalam jumlah paling sedikit Rp500.000.000,00 (lima

ratus juta rupiah) atau dengan mata uang asing yang nilainya setara, yang
dilakukan baik dalam satu kali Transaksi maupun beberapa kali Transaksi dalam 1
(satu) hari kerja; dan/atau
c. Transaksi Keuangan transfer dana dari dan ke luar negeri.
Anti Tipping Off

Ketentuan Anti Tipping Off adalah ketentuan untuk merahasiakan Nasabah yang
akan dilaporkan kepada PPATK sebagai berikut :
Direksi pejabat atau pegawai BPRS dilarang memberitahukan kepada Nasabah,

atau orang lain secara langsung ataupun tidak langsung dengan cara apapun
mengenai Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan yang sedang disusun atau
telah disampaikan kepada PPATK
Petugas BPRS yang meminta keterangan awal dari nasabah dalam rangka

melakukan verifikasi terhadap suatu transaksi, dilarang menginformasikan kepada


Nasabah apabila hasil verifikasi transaksi tersebut dikategorikan dan dilaporkan
sebagai Transaksi Keuangan Mencurigakan.
Apabila Transaksi Keuangan Mencurigakan telah dilaporkan kepada PPATK maka

dalam penyelidikan dan penyidikan lebih lanjut harus dipastikan bahwa pihak-pihak
yang dilaporkan tidak menaruh kecurigaan akibat dari penyelidikan dan penyidikan
tersebut.
Cara Pelaporan

1. Cara Pelaporan
- Cara Pelaporan secara Manual:
Laporan Transaksi Keuangan Tunai dikirim dalam amplop tertutup;

- Cara Pelaporan secara Elektronik:


Permohonan melalui e-mail yang dikirimkan ke:
helpline@ppatik.go.id
2. Alamat Penyampaian Laporan:
- Pelaporan secara manual, dialamatkan kepada:
Pusat Pelaporan dan Analisis Keuangan (PPATK)
Gedung Bank Indonesia Kebon Sirih, Lantai 4
Jl. Kebon Sirih No. 82-84
Jakarta 10010
- Kantor Otoritas Jasa Keuangn setempat diaman tempat domisili
kantor pusat BPRS berada.
Pelaporan dan Sanksi
Keterlambatan

POJK NO. 12/POJK.01/2017


TENTANG PENERAPAN APU PPT DISEKTOR JASA KEUANGAN

- LAPORAN RENCANA KEGIATAN PENGKINIAN DATA DILAKUKAN PADA SETIAP


AKHIR DESEMBER
Cara
- LAPORAN REALISASI PENGKINIAN DATA DISAMPAIKAN SETIAP TAHUN PALING
LAMBAT AKHIR BULAN DESEMBER

DENDA KETERLAMBATAN ;
- SEBESAR RP. 50.000,00 (LIMA PULUH RIBU RUPIAH) PER HARI KETERLAMBATAN
PER LAPORAN DAN PALING BANYAK SEBESAR RP. 5.000.000,00 (LIMA JUTA
RUPIAH)
 TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai