Anda di halaman 1dari 20

HALUSINASI

Ria Hapsari Zirbat (20181420)


Rini Riana (20181421)
Riska Azizah (20181423)
Riski Apriliana 20181438)
Sari Setyo Rahayu (20181424)
Septiani Winda L (20181425)
Pengertian

Halusinasi ialah terganggunya persepsi sensori


seseorang, dimana tidak terdapat stimulus (Yosep,
2009).

Kemudian Sunaryo (2004) menjelaskan bahwa


halusinasi merupakan bentuk kesalahan pengamatan
tanpa pengamatan objektivitas penginderaan dan
tidak disertai stimulus fisik yang adekuat
Klasifikasi Halusinasi
Menurut Maramis, (1995) terdapat beberapa jenis halusinasi di antaranya:

1) Halusinasi penglihatan ( visual, optik ) :

tak berbentuk ( sinar, kalipan atau pola cahaya ) atau berbentuk (orang, binatang  atau
barang lain yang dikenalnya), berwarna atau tidak.

2) Halusinasi pendengaran (auditif, akustik) :

suara manusia, hewan atau mesin, barang, kejadian alamiah dan musik.

3) Halusinasi pencium (olfaktorik) :

mencium sesuatu bau.

4) Halusinasi pengecap (gustatorik) :

merasa/mengecap sesuatu.

5) Halusinasi peraba (taktil) :

merasa diraba, disentuh, ditiup,disinari atau seperti ada ulat bergerak dibawah kulitnya.
6) Halusinasi kinestetik :

merasa badannya bergerak dalam sebuah ruang, atau anggota badannya bergerak

(umpamanya anggota badan bayangan atau “phantom limb”).

7) Halusinasi viseral :

perasaan tertentu timbul didalam tubuhnya.

8) Halusinasi hipnagogik :

terdapat ada kalanya pada seorang yang normal, tepat sebelum tertidur persepsi sensorik bekerja

salah.

9) Halusinasi hipnopompik :

seperti no.8, tetapi terjadi tepat sebelum terbangun sama sekali dari tidurnya. Disamping itu ada

pula pengalaman halusinatorik dalam impian yang normal.

10) Halusinasi histerik :

timbul pada nerosa histerik karena konflik emosional.


 

Etiologi Halusinasi

1) Faktor Predisposisi

Menurut Yosep (2009) faktor predisposisi yang


menyebabkan halusinasi adalah :

a. Faktor Perkembangan

b. Faktor Sosiokultural
c. Faktor Biokimia

d. Faktor Psikologis
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh
2) Faktor Presipitasi

Menurut Stuart (2007) yang dikutip oleh


Jallo (2008), faktor presipitasi terjadinya
gangguan halusinasi adalah :

a. Biologis
b. Stress lingkungan

c. Sumber koping
Tanda dan Gejala Halusinasi
 Bicara, senyum, dan ketawa sendiri;

 Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat,

dan respon verbal yang lambat.;

 Menarik diri dari orang lain, dan berusaha untuk menghindari

diri dari orang lain;

 Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan

yang tidak nyata;

 Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan

darah;
Fase-fase Halusinasi
1) Tahap I

a. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai

b.Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara

c. Gerakan mata yang cepat

d. Respon verbal yang lambat

e. Diam dan dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan


2) Tahap II

a. Peningkatan sistem saraf otonom yang


menunjukkan ansietas misalnya

peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah

b. Penyempitan kemampuan konsenstrasi

c.Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan


mungkin kehilangan kemampuan untuk
membedakan antara halusinasi dengan realitas.
3) Tahap III

a. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang

diberikan oleh halusinasinya daripada menolaknya

b. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain

c. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik


 d. Gejala fisik dari ansietas berat seperti berkeringat,
tremor, ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk
4) Tahap IV
a. Prilaku menyerang teror seperti panik

b. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau


membunuh orang lain

c. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi


seperti amuk, agitasi, menarik diri atau katatonik

d. Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang


kompleks
e. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari ` satu orang
  
Dimensi Halusinasi

1) Dimensi Fisik

2) Dimensi Emosional

3) Dimensi Intelektual

4) Dimensi Sosial

5) Dimensi Spiritual
Pohon Masalah
Asuhan Keperawatan

Di RSJ Indonesia, sekitar 70% halusinasi yang


dialami pasien gangguan jiwa adalah halusinasi
suara, 20% halusinasi penglihatan, dan 10%
adalah halusinasi penghidu, pengecapan, dan
perabaan. Berikut ini jenis-jenis halusinasi, data
subjektif dan objektif menurut Videbeck (2004:310):
Jenis Halusinasi Dat a Subjektif Data Objektif

1. Halusinasi dengar a) Mendengar suara menyuruh a) Mengarahkan telinga


(Auditory-hearing melakukan sesuatu yang pada sumber suara.
voices or sound) berbahaya. b) Bicara atau tertawa
b) Mendengar suara atau bunyi. sendiri.
c) Mendengar suara yang c) Marah-marah tanpa
bercakap-cakap. sebab.
d) Mendengar seseorang yang d) Menutup telinga.
sudah meninggal. e) Mulut komat-kamit.
e) Mendengar suara yang f) Ada gerakan tangan
mengancam diri klien atau
orang lain yang
membahayakan.
Jenis Halusinasi Data Subjektif Data Objektif

2. Halusinasi dengar  Melihat seseorang yang sudah a. Tatapan mata pada tempat
(Auditory-hearing meninggal, melihat mahkluk tertentu.
voices or sound) tertentu, melihat bayangan, hantu b. Menunjuk kearah tertentu.
atau sesuatu yang menakutkan, c. Ketakutan pada objek yang
cahaya. dilihat.

3. Halusinasi penghidu a. Mencium sesuatu seperti bau Ekspresi wajah seperti


(olfactory-smelling mayat, darah, bayi, feses, atau mencium sesuatu dengan gerakan
odors) bau masakan, parfum yang cuping hidung, mengarahkan
menyenangkan. hidung pada tempat tertentu.
b. Klien sering mengnatakan
sering mencium bau sesuatu.
c. Tipe halusinasi ini sering
menyertai klien demensia,
kejang atau penyakit
serebrovaskular.
Jenis Halusinasi Data Subjektif Data Objektif

4. Halusinasi perabaan a. Klien mengatakan ada sesuatu a. Mengusap, menggaruk-


(tactile-feeling bodily yang menggerayangi tubuh garuk, meraba-raba
sensation) seperti tangan, binatang kecil, permukaan kulit.
makhluk halus. b. Terlihat menggerak-
b. Merasakan sesuatu gerakkan badan seperti
dipermukaan kulit, merasakan merasakan sesuatu
sangat panas atau dingin, rabaan.
merasakan tersengat listrik.

5.Halusinasi pengecapan Klien seperti sedang a. Seperti mengecap


(gustatory- experiencing merasakan makanan tertentu, rasa sesuatu.
tastes) tertentu atau mengunyah sesuatu b. Gerakan mengunyah,
meludah atau muntah
Diagnosa Keperawatan
 Risiko tinggi perilaku kekerasan.
 Perubahan persepsi sensori halusinasi
 Isolasi social.
 Harga diri rendah kronik.
Intervensi Keperawatan
 Bantu klien mengenali halusinasi

 Latih pasien untuk menghardik halusinasi

 Latih bercakap-cakap dengan orang lain

 Latih klien beraktifitas secara terjadwal

 Latih pasien menggunakan obat secara teratur

 Pemberian psikofarmakoterapi

 Pantau efek samping obat

 Libatkan keluarga dalam tindakan


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai