Anda di halaman 1dari 21

OLEH:

Dr. Dewi Prastiwi, SE.,M.Si.,Ak.,CA.,BKP


PENGERTIAN HUKUM PAJAK
 Keseluruhan peraturan –peraturan yang
meliputi kewenangan pemerintah untuk
mengambil kekayaan seseorang dan
menyerahkan kembali kepada masyarakat
melalui kas negara.
 Peraturan yang mengatur hubungan hukum
antara negara dengan orang pribadi atau
badan yang mempunyai kewajiban
membayar pajak.
HAL-HAL YANG DIATUR DALAM
HUKUM PAJAK
 Siapa-siapa yang menjadi subyek pajak dan
wajib pajak
 Obyek-obyek apa saja yang menjadi obyek
pajak
 Kewajiban wajib pajak terhadap pemerintah
 Timbul dan hapusnya utang pajak
 Cara Penagihan pajak
 Cara mengajukan keberatan dan banding
KEDUDUKAN HUKUM PAJAK

HUKUM
PERDATA

HUKUM TATA
HUKUM NEGARA
HUKUM
HUKUM PUBLIK PIDANA

HUKUM PAJAK

HUKUM
ADMINISTRASI
(HUKUM TATA
USAHA)
KEDUDUKAN HUKUM PAJAK
1. Hukum perdata, mengatur hubungan antara
satu individu dengan individu lainnya
2. Hukum publik, mengatur hubungan antara
pemerintah dengan rakyatnya. Rinciannya:
a. Hukum tata negara
b. hukum tata usaha negara (hk admtif)
c. hukum pajak
d. hukum pidana
URUTAN DASAR HUKUM PERUNDANG-
UNDANGAN PERPAJAKAN
 Pasal 23 ayat 2 UUD 1945 (Segala keperluan
negara yang dibiayai dari pajak diatur dengan
Undang-undang)
 Undang-undang Perpajakan
 Peraturan Pemerintah/Keputusan Persiden
 Keputusan Menteri Keuangan
 Keputusan/Surat Edaran Direktur Jendral
Pajak
PENAFSIRAN HUKUM
 Penafsiran Historis  penafsiran dengan melihat pd sejarah dibuatnya
undang-undang
 Penafsiran Sosiologis  penafsiran yg disesuaikan dengan
perkembangan kehidupan masyarakat
 Penafsiran sistematik  penafsiran dg mengaitkan dg ketentuan lain
dr UU yg dimaksud/ dg mengaitkan dg ketentuan lain dr UU lainya
 Penafsiran otentik  penafsiran dg melihat pada apa yg telah
dijelaskan dlm UU tsb.
 Penafsiran Tata Bahasa  penafsiran yg mendasarkan pd bunyi kata-
kata scr keseluruhan dlm kalimat yg disusun oleh pembuat UU
 Penafsiran Analogis  penafsiran dg cara memberi kiasan pada kata-
kata yang tercantum dlm UU
 Penafsiran A. Contrario  penafsiran yg didasarkan pd perlawanan
pengertian antara suatu peristiwa yg terjadi dg peristiwa yg sudah
diatur dlm ketentuan UU
Hukum Pajak Materiil dan Hukum
Pajak Formil
Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah (fiscus)
selaku pemungut pajak dengan rakyat sebagai Wajib Pajak.
 Hukum pajak materiil, memuat norma2 yang menerangkan
al keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak
(objek pajak), siapa yg dikebakan pajak (subjek pajak),
berapa besar tarif, timbul dan nhapusnya utang pajak, dan
hubungan hukum antara pemerintah dan WP. Contoh: UU
PPh
 Hukum Pajak formil, memuat bentuk/tata cara untuk
mewujudkan hukum materiil menjadi kenyataan (cara
melaksanakan hukum pajak materiil). Hukum ini memuat:
a. tata cara penyelenggaraan (prosedur) penetapan suatu
utang pajak
b. hak-hak fiskus
c. kewajiban WP
Hukum Pajak

MATERIIL FORMIL
Mengatur materinya: Mengatur acaranya:
• Subjek •Cara mendata
• Objek •Cara menetapkan
• Tarif •Cara membayar
Contoh: •Cara melapor, dll
•UU No 36 Th 2008 (PPh)
Contoh:
•UU No 18 Th 2000 (PPN)
•UU No 28 Th 2007 (KUP)
•UU No 12 Th 1994 (PBB)
•UU No 19 Th 1997
•UU No 20 Th 2000 (BPHTB)
(Penagihan pajak)
•UU No 13 Th 1985 (Bea Meterai)
Megatur Kewajiban dan
Hak
WAJIB PAJAK 9
Kewajiban dan Hak Wajib
Pajak
 Kewajiban • Hak
 Mendaftar – Mencabut pendaftaran
 Potong/pungut – Menunda penyampaian
 Setor SPT
 Lapor – Membetulkan SPT
 Pembukuan – Menunda penyetoran
– Pengajuan keberatan dan
banding

10
STELSEL PAJAK
1) Stelsel nyata – pengenaan pajak berdasarkan penghasilan
yang sebenarnya diterima sehingga pemungutannya baru
dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yaitu setelah
penghasilan sesungguhnya diketahui.
2) Stelsel anggapan – pengenaan pajak didasarkan pada
suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang.
Misalnya: penghasilan suatu tahun dianggap sama
dengantahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun
sudah dapat ditentukan besarnya pajak terutang untuk
tahun berjalan
3) Stelsel campuran – awal tahun dihitung berdasar
anggapan , akhir tahun disesuaikan dengan penghasilan
sesungguhnya diterima. Apabila kurang, WP harus
menambah atau apabila lebih dikembalikan.
ASAS PEMUNGUTAN PAJAK

1. ASAS DOMISILI
2. ASAS SUMBER
3. ASAS KEBANGSAAN
ASAS DOMISILI
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan
WP yang bertempat tinggal dlm wilayahnya, baik yang berasal
dari dalam maupun luar negeri.
Contoh : Tenaga asing yang berasal dari Malaysia bekerja di
perusahaan swasta milik warga negara Inggris yang bertempat
di Indonesia, maka dari penghasilan yang didapat oleh warga
negara Malaysia dan Inggris di Indonesia akan dikenakan
pajak.
Di indonesia, subyek pajak berdasarkan asas sumber adalah
WP Luar Negeri dan BUT yang diatur dalam Pasal 2 ayat 4 dan
5 UU PPh. Bagi Wajib Pajak luar negeri yang menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia,
pemenuhan kewajiban perpajakannya dipersamakan dengan
pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak Badan dalam
Negeri sebagaimana diatur dalam UU PPh dan UU KUP
ASAS SUMBER
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh
penghasilan WP yang bersumber dari Indonesia.
Contoh:
Nona Z adalah seorang artis yang berdomisili di Jakarta,
selain artis dia juga seorang desainer baju dan penulis buku.
Baju yang dibuat dan buku yang dituisnya beredar ke
seluruh dunia sehingga dia mendapatkan penghasilan dari
hasil penjualan baju dan buku tersebut. Dia juga sering
menjadi narasumber di luar negeri. Berdasarkan kasus ini,
pendapatan Nona Z yang berasal dari luar negeri dapat
dipungut oleh Indonesia menurut asas domisili.
Lanjutan….
Indonesia menganut asas ini di mana di dalam Pasal 2 ayat 3
UU PPh dinyatakan bahwa yang dimaksud subyek pajak
dalam negeri adalah:
1.Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau
orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari
dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang pribadi yang
dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia
2.Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia
3.Subyek pajak warisan, yaitu warisan yang belum terbagi
KESIMPULAN

 Dari ketentuan di atas ditegaskan bahwa


Subyek Pajak yang bisa dikenakan pajak tidak
harus berkewarganegaraan Indonesia tetapi
karena keberadaannya di Indonesia. Begitu
juga untuk badan, kreteria subyek pajak
bukan hanya masalah legalitas didirikannya
tetapi juga keberadaan fisik atau
kedudukannya.
ASAS KEBANGSAAN
 Pengenaan pajak didasarkan pada kebangsaan atau
kewarganegaraan seseorang. Asas kebangsaan adalah
asas yang menganut cara pemungutan pajak yang
dihubungkan dengan kebangsaan dari suatu negara.
Contoh : Tuan Q warga negara Indonesia yang bertempat
tinggal di Singapura dan mempunyai BUT di Malaysia
Berdasarkan contoh kasus di atas, negara Indonesia dapat
memungut pajak kepada Tuan Q berdasarkan asas
kebangsaan. Negara dapat memungut pajak penghasilan
Tuan Q walaupun sumber penghasilan dan domisilinya
ada di negara lain.
SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK
1. OFFICIAL ASSESSMENT SYSTEM – adalah suatu sistem
pemungutan yang memberi wewenang kepada
pemerintah (fiscus) untuk menentukan besarnya pajak
yang terutang oleh WP
2. SELF ASSESSMENT SYSTEM – adalah suatu sistem
pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada WP
untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
3. WITH HOLDING SYSTEM – adalah sistem pemungutan
pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga
(bukan fiscus dan bukan WP) untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang oleh WP.
PENGELOMPOKKAN PAJAK

1. Menurut golongannya:
a. pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib
pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang
lain, contoh PPh.
b. Pajak Tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain, contoh PPn
2. Menurut Sifatnya:
a Pajak Subyektif, adalah pajak yang berpangkal pada subyeknya,
yaitu dengan memperhatikan keadaan diri wajib pajak
b. Pajak obyektif, adalah pajak yang berpangkal pada obyeknya,
tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak
3. Menurut lembaga yang memungutnya:
a. pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pempus dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, contoh PPh,
PPn, PPn-BM, Bea materai
b. Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah, contoh
PKB, BBNKB, Pajak Hotel dan Restoran, Pajak Penerangan Jalan dll
Timbul dan Hapusnya Utang Pajak
Ada dua ajaran timbulnya utang pajak:
1.Ajaran formil, utang pajak timbul karena dikeluarkannya
Surat Ketetapan Pajak (SKP) oleh Fiskus. Ajaran ini
diterapkan pada official Assessment System
2.Ajaran materil, utang pajak timbul karena berlakunya
undang-undang. Seseorang dikenai pajak karena suatu
keadaan atau perbuatan. Ajaran ini diterapkan pada self
assessment system
Hapusnya utang pajak dapat disebabkan beberapa hal:
1.Pembayaran
2.Kompensasi
3.Kadaluwarsa
4.Pembebasan dan penghapusan
JENIS TARIF PAJAK
 Tarif Proporsional, tarif berupa persentase yang tetap
terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak
sehingga besarnya pajak yang terutang sebanding
dengan besarnya nilai yang dikenai pajak
 Tarif Tetap, tarif berupa jumlah yang tetap terhadap
berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga
besarnya pajak yang terutang tetap
 Tarif Progresif, persentase yang digunakan semakin
besar sesuai dengan jumlah yang dikenai pajak
 Tarif Degresif, persentase tarif yang digunakan
semakin kecil sesuai dengan bertambahnya jumlah
yang dikenai pajak

Anda mungkin juga menyukai