Anda di halaman 1dari 16

Konstitusi

Tiara Fischa
(20131010069)
Arti Konstitusi
Istilah konstitusi berasal dari kata constituer (Perancis), yang
artinya membentuk. Dalam bahasa Latin, merupakan gabungan dari
dua kata, yaitu cume yang artinya “bersama-sama dengan…” dan
statuere yang berarti berdiri, membuat sesuatu berdiri atau
menetapkan. Jadi, konstitusi berarti menetapkan sesuatu secara
bersama-sama.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, konstitusi berarti:

1) Segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan;

2) 2) Undang-undang dasar suatu negara.


Definisi Konstitusi dari Para Ahli
1. Herman Heller membagi pengertian konstitusi menjadi tiga, yaitu:
a. Konstitusi dalam pengertian politis-sosiologis. Konstitusi mencerminkan
kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai suatu kenyataan.
b. Konstitusi dalam pengertian yuridis. Konstitusi merupakan suatu
kesatuan kaidah yang hidup dalam masyarakat yang selanjutnya dijadikan
suatu kesatuan kaidah hukum.
c. Konstitusi pengertiannya lebih luas dari undang-undang dasar. Konstitusi
adalah yang ditulis dalam suatu naskah sebagai undangundang yang
tertinggi yang berlaku dalam suatu negara.
2. K.C. Wheare, mengartikan konstitusi sebagai “keseluruhan sistem
ketatanegaraan dari suatu negara, berupa kumpulan peraturan yang
membentuk, mengatur atau memerintah dalam pemerintahan suatu negara”
3. C.F. Strong, mengartikan konstitusi sebagai suatu kumpulan asas-asas yang
menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan (arti luas), hak-hak dari pemerintah
dan hubungan antara pemerintah dan yang diperintah (menyangkut hak-hak asasi
manusia).
Dengan demikian konstitusi merupakan kerangka negara yang diorganisir dengan dan
melalui hukum yang menetapkan:
a. Pengaturan mengenai pendirian lembaga-lembaga yang permanen;
b. b. Fungsi-fungsi dari alat-alat perlengkapan negara; c. Hak-hak tertentu yang
atelah ditetapkan.
4. Prof. Prayudi Atmosudirdjo, merumuskan konstitusi sebagai berikut:
c. Konstitusi suatu negara adalah hasil atau produk sejarah dan proses perjuangan
bangsa yang bersangkutan.
d. Konstitusi suatu negara adalah rumusan dari filsafat, cita-cita, kehendak, dan
perjuangan bangsa Indonesia.
e. Konstitusi adalah cermin dari jiwa, jalan pikiran, mentalitas, dan kebudayaan
suatu bangsa.
Konstitusi dapat diartikan
secara luas dan sempit:
1) Konstitusi (hukum dasar) dalam arti luas meliputi hukum
dasar tertulis dan tidak tertulis (unwritten constitution)

2) Konstitusi (hukum dasar) dalam arti sempit adalah


hukum dasar tertulis yaitu undang-undang dasar. Dengan
pengertian ini, undang-undang dasar merupakan
konstitusi atau hukum dasar yang tertulis saja (written
constitution).
Kedudukan Konstitusi
Konstitusi yang berlaku di dunia pada umumnya merupakan dokumen
atau hasil kodifikasi (dibukukan secara sistematis) yang secara umum
berisi hal-hal yang mendasar dari suatu negara yang berupa aturan-
aturan dasar atau norma-norma dasar yang dipakai sebagai pedoman
pokok negara. Meskipun demikian, untuk negara-negara tertentu
masih memiliki konstitusi yang tidak dikodifikasikan. Meskipun tidak
berupa dokumen, konstitusi tersebut efektif dijalankan oleh
penyelenggara negara di negara yang bersangkutan. Konstitusi
dimaksud bersifat tidak tertulis atau disebut dengan konvensi
(convention). Negara seperti Inggris dan Belanda masih menggunakan
konvensi hingga sekarang.
Pada hakikatnya, konstitusi itu
berisi tiga hal pokok, yaitu:
1. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan
warga negaranya.

2. Ditetapkan susunan ketatanegaraan suatu negara yang


bersifat fundamental.

3. Adanya pembagian dan pembatasan tugas


ketatanegaraan yang juga bersifat fundamental.
Menurut Budiardjo (2005) konstitusi atau undang-
undang dasar itu memuat ketentuan-ketentuan sebagai
berikut:
1). Organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan
eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Dalam negara federal, pembagian
kekuasaan antara pemerintah federal (pusat) dengan pemerintah daerah
(negara bagian), prosedur penyelesaian masalah pelanggaran yiridiksi
lembaga negara.
2). Hak-hak asasi manusia.
3). Prosedur mengubah undang-undang dasar.
4). Adakalanya memuat larangan untuk mengubah sifat-sifat tertentu dari
undang- undang dasar. Misalnya: dalam UUD 1945 dilarang mengubah
bentuk negara Kesatuan”.
Sifat Konstitusi
Konstitusi di suatu negara itu mempunyai sifat membatasi kekuasaan
pemerintah dan menjamin hak-hak dasar warga negara. Menurut
Asshiddiqie“sifat konstitusi biasanya dikaitkan dengan pembahasan
tentang sifat sifatnya yang lentur (fleksibel), atau kaku (rigid), tertulis
atau tidak tertulis, dan sifatnya yang formal atau meteriil”.
Konstitusi dikatakan lentur atau kaku adalah apakah terhadap naskah
kontitusi itu dimungkinkan dilakukan perubahan dan apakah cara
mengubahnya cukup mudah atau sulit, dan , apakah naskah konstitusi itu
mudah atau tidak mudah mengikuti perkembangan kebutuhan zaman.
Konstitusi yang lentur apabila perubahan UUD tidak memerlukan cara yang
istimewa dan cukup dilakukan oleh lembaga pembuat undang-undang biasa.
Dalam konteks Negara Indonesia, mekanisme perubahan atau amandemen
UUD dapat dilihat dalam pasal 37 batang tubuh UUD 1945.
Konstitusi tertulis apabila ia ditulis dalam naskah atau beberapa naskah.
Dengan kata lain, konstitusi tertulis adalah konstitusi yang
dikodifikasi/dibukukan lengkap dengan sistematikanya yang teratur. Konstitsu
tidak tertulis jika ketentuan ketentuan mengenai pemerintahan tidak tertulis
dalam naskah atau beberapa naskah melainkan hanya berupa konvensi.

Menurut Busroh “konstitusi dalam arti formil adalah perhatian terhadap


prosedur, pembentukannya harus istimewa dibandingkan dengan
pembentukan undang-undang lain”. Sedangkan konstitusi dalam arti materiil
adalah perhatian terhadap isinya yang terdiri atas pokok yang penting dari
struktur dan organisasi Negara.
Tujuan Konstitusi
Beberapa sarjana merumuskan tentang tujuan konstitusi sama dengan
tujuan negara. Dalam hal tujuan konstitusi Indonesia, maka dapat dilihat
dalam pembukaan UUD 1945 aline ke empat yakni:
(1) melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia,
(2) memajukan kesejaheraan umum,
(3) mencerdaskan kehidupan bangsa,
(4) ikut serta melaksanakan ketertiban dunia.

Selain itu, konstitusi memiliki tujuan sebagai berikut.


1. Memberi pembatasan sekaligus pengawasan terhadap kekuasaan
politik;
2. Melepaskan kontrol kekuasaan dari penguasa sendiri;
3. Memberi batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa negara dalam
menjalankan kekuasaannya.
Menurut Ubaedilah, secara garis besar, tujuan konstitusi
adalah membatasi tindakan sewenang-wenang pemerintah,
menjamin hak-hak rakyat yang diperintah, dan menetapkan
pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Berdasarkan tujuan
konstitusi tersebut, jelaslah bahwa konstitusi ada untuk
menghidari kesewenang-wenangan dari
penyelenggara/lembaga negara, selain itu pula konstitusi
juga harus menjamin hak-hak warga negara. Dalam
konstitusi Indonesia, pengaturan menganai hak asasi
warganegara diatur dalam banyak pasal terutama pasal 28
A-pasal 28 J.
Fungsi Konstitusi
Konstitusi negara memiliki fungsi, sebagai berikut:
1. Sebagai penentu atau pembatas kekuasaan negara.
2. Sebagai pengatur hubungan kekuasaan antarorgan negara.
3. Sebagai pengatur hubungan kekuasaan antara organ negara dengan warga
negara.
4. Sebagai pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara ataupun
kegiatan penyelenggaraan kekuasaan negara.
5. Sebagai penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli
kepada organ negara.
6. Sebagai sarana pemersatu (symbol of unity), sebagai rujukan identitas dan
keagungan kebangsaan (identity of nation) serta sebagai center of ceremony.
7. Sebagai sarana pengendalian masyarakat (social control), baik di bidang politik
maupun bidang sosial-ekonomi.
8. Sebagai sarana perekayasaan dan pembaruan masyarakat (social engineering dan
social reform).
Nilai Konstitusi
a). Nilai normatif Hal ini diperoleh segenap rakyat suatu Negara
menerimanya dan bagi mereka konstitusi tersebut merupakan suatu
kenyataan hidup dalam arti sepenuhnya diperlukan efektif, artinya
konstitusi benar-benar dilaksanakan secara murni dan konsekuen.
b). Nilai Nominal Konstitusi yang mempunyai nilai nominal yaitu berarti
secara hukum konstitusi berlaku, tetapi kenyataanya kurang sempurna.
Sebab pasal-pasal tertentu dalam konstitusi tersebut ternyata tidak
berlaku.
c). Nilai Semantik Dalam hal ini konstitusi hanya sekedar istilah saja.
Meskipun secara hukum konstitusi tetap berlaku, tetapi dalam
kenyataannya pelaksanaanya selalu dikaitkan dengan kepentingan
pihak penguasa.
Peran strategi konstitusi
1) Menjaga kredibilitas dan efektivitas berbagai lembaga politik
2) Menjamin kehidupan demokrasi dan public angagement.
3) Menumbuhkan kepercayaan masyarakat dalam rangka
akuntabilitas badanbadan publik.

Sumber: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN UNTUK


PERGURUAN TINGGI. Ujang Jamaludin, M.Si.,M.Pd. (Untirta)
Damanhuri, M.Pd. (Untirta) Dr. Deny Setiawan, M.Si (Unimed)
Raharjo, S.Pd.,M.Si (UNJ)
Thank you

Anda mungkin juga menyukai