Aset Pariwisata BAB 22 Sumber Objek Wisata Perjalanan wisata erat kaitannya dengan istilah pariwisata yang diberi batasan pengertian sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggalnya sehari-hari bukan untuk bekerja. Seseorang disebut sebagai wisatawan (tourist) apabila ia tinggal sekurang- kurangnya 24 jam di daerah yang dikunjunginya. Ada beberapa sumber atau jenis objek yang dapat dijadikan sebagai daya tarik bagi seseorang untuk datang berkunjung ke daerah tujuan wisata, sumber-sumber tersebut antara lain: Sumber-sumber yang bersifat alamiah sepetrti flora dan fauna, danau, sungai, gunung, pantai, gua, tebing dan lain-lain. Sumber yang bersifat manusiawi yang melekat pada penduduk seperti tarian,sandiwara, drama, upacara, dan peringatan peristiwa tertentu. Sumber-sumber buatan manusia misalnya sisa kebudayaan masa lampau, monumen-monumen bersejarah, rumah-rumah ibadah. Museum, kuburan dan sebagainya. Benda Cagar Budaya Kegiatan manusia masa lalu telah meninggalkan sejumlah jejak yang kelak dapat menjadi objek wisata man made resources. Sisa-sisa kebudayaan manusia masa lalu tersebut—oleh para Arkeolog— sering digunakan untuk merekonstruksi kehidupan masa lalu. Secara umum bekas-bekas kegiatan manusia masa lalu tersebut dapat dibagi dalam 4 kategori yaitu: 1)artefak, 2)ekofak, 3)fitur, dan 4)situs. Istilah artefak dalam arkeologi adalah benda dari alam yang jelas dibuat oleh manusia, atau jelas menampakan jejak-jejak buatan manusia. Benda tersebut bisa berupa bahan alam yang diubah oleh manusia seperti di pahat atau dapat berupa benda dari bahan alami yang diciptakan seluruh bentuknya oleh manusia seperti gerabah. Istilah ekofak dalam arkeologi mengandung pengertian benda dari unsur-unsur alam yang berperan dalam kehidupan manusia seperti tanah, air, udara, flora dan fauna. Jadi sisa-sisa manusia purba, hewan purba, serta fosil tumbuh-tumbuhan yang hidup pada masa lalu termasuk dalam kategori ekofak. Sementara itu fitur dapat diartikan sebagai benda buatan manusia yang tidak dapat dipindahkan tanpa merusak bentuk dan tempat kedudukannya. Termasuk dalam golongan fitur adalah candi, yang tidak dapat diangkat tanpa merusaknya. Karena sifatnya yang selalu melekat pada tempat kedudukannya, benda itu kemudian diberi istilah sebagai fitur yang mengandung pengertian luas dari “bangunan”, “struktur” atau “monumen”. Seluruh benda-benda hasil kebudayaan masa lalu menurut Undang-undang RI Nomor 5 tahun 1992 disebut sebagai Benda Cagar Budaya yang definisinya adalah benda buatan manusia dan alam yang umurnya sekurang-kurangnya 50 tahun, yang mewakili masa gaya yang khas dan masa gaya yang sekurang-kurangnya 50 tahun, serta bernilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Pengemasan Benda Cagar Budaya Pada dasarnya benda cagar budaya hanyalah merupakan benda-benda mati yang tidak dapat “berbicara apa-apa”. Hal seperti ini tentu tidak dapat memberi daya tarik apapun bagi para wisatawan. Benda cagar budaya baru dapat berdaya guna tinggi bagi dunia pariwisata apabila dikemas dengan baik. Apabila benda cagar budaya berupa fitur misalnya monumen atau bangunan bersejarah agar dapat dikunjungi wisatawan haruslah diberi informasi yang cukup tentang lokasi bangunan-bangunan tersebut. Disamping itu tidak kalah pentingnya pengemasan benda cagar budaya juga dapat dilakukan dengan memberi makna pada benda tersebut Para pemandu harus senantiasa menyajikan ilustrasi tentang benda cagar budaya yang membuat suatu perjalanan menjadi sangat berharga. Suatu situs atau cagar budaya dapat dijelaskan dalam kerangka kemampuan artistik