Kel 2 Perpajakan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 21

Hak dan Kewajiban

Wajib Pajak,
Reformasi Pajak dan
Pajak Internasional
KELOMPOK 2
1.Anne Sui Elsa. (01031281924054)
2.Aulya Shafa D. (01031181924003)
3.Neni Anggraini. (01031181924194)
4.M. Ramansyah (01031281924085)
Hak Wajib Pajak
Wajib Pajak
Mengacu dari undang-undang yang sama, pada pasal 1 ayat 2 dijelaskan kalau wajib pajak adalah orang pribadi atau
badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Jadi, siapapun, baik yang sudah memiliki NPWP atau
belum, sudah termasuk ke dalam wajib pajak jika sudah mempunyai hak dan kewajiban perpajakan.
Hak Wajib Pajak
Berikut ini hak-hak wajib pajak menurut Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2007.
 Melaporkan beberapa masa pajak dalam 1 (satu) pemberitahuan masa.
 Mengajukan surat keberatan dan banding bagi wajib pajak dengan kriteria tertentu.
 Memperpanjang jangka waktu penyampaian surat pemberitahuan tahunan pajak.
 Membetulkan surat pemberitahuan.
 Mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
Hak Wajib Pajak lainnya

 Mengajukan keberatan kepada direktur jendral pajak.


 Mengajukan permohonan banding kepada badan peradilan pajak atas surat
keputusan keberatan.
 Menunjuk seorang kuasa.
 Memperoleh pengurangan atau penghapusan saksi administrasi.
Kewajiban Wajib Pajak
Kewajiban Wajib Pajak

1. Pewajib pajak harus mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak

2. Melaporkan usahanya (apabila seorang pengusaha) pada kantor Direktorat Jenderal


Pajak

3. Kewajiban memberikan data

4. Kewajiban mengisi surat pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa
Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka Arab satuan mata uang Rupiah, serta
menandatangani dan menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal Pajak

5. Membayar pajak yang terutang

6. Kewajiban mencatat pembukuan apabila wajib pajak memiliki usaha dan wajib pajak
badan.
Kewajiban wajib pajak

7. A. Memperoleh memperlihat dan atau meminjam atau catatan, dokumen


dasarnya, dan dengan penghasilan yang diperoleh,  kegiatan usaha,  pekerjaan bebas wajib
pajak, atau objek yang terutang pajak.

B.  Memberikan untuk memasuki tempat atau ruang yang perlu dan memberi
guna kelancaran pemeriksaan.

C. Memberikan keterangan lain yang diperlukan apabila diperiksa.


Reformasi Pajak
Apa itu
Reformasi
Perpajakan?
Reformasi Perpajakan adalah suatu perubahan sistem perpajakan yang
menyeluruh, termasuk pembenahan administrasi perpajakan, perbaikan regulasi,
dan peningkatan basis perpajakan.
Reformasi pajak 1994

Reformasi pajak selanjutnya dilakukan pada tahun 1994 dalam rangka penyempurnaan sistem perpajakan.
Bersamaan dengan ini dikeluarkan undang-undang pajak, yakni:
UU Nomor 9 Tahun 1994 Tentang Perubahan Atas UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan (KUP)
UU No 10 Tahun 1994 Tentang Perubahan Atas UU Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan (PPh)
Sebagaimana Telah Diubah dengan UU Nomor 7 Tahun 1991.
UU Nomor 11 Tahun 1994 Tentang Perubahan Atas UU Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan
Nilai/Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPN/PPnBM)
Untuk Nomor 12 Tahun 1994 Tentang Perubahan Atas UU Nomor 12 Tahun 1985 Tentang Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB)
Dengan memahami latar belakang perilaku WP ataupun aparatur pajak itu, reformasi 1994
dimaksudkan untuk menjaga tegaknya prinsip-prinsip dalam reformasi pajak 1983, yaitu :
1. Sederhana
2. Asas pemerataan dan keadilan
3. Kepastian hukum
4. Menutup atau mengurangi peluang-peluang penyelundupan pajak dan penyalahgunaan
wewenang.
5. Netralitas
6. Instrumen tambahan
Reformasi pajak 1997
Reformasi perpajakan 1997 memiliki tujuan yang sama dengan reformasi perpajakan 1994.
Bersamaan ini dikeluarkan serangkaian undang-undang untuk melengkapi undang-undang
sebelumnya, yakni:

UU Nomor 17 Tahun 1997 Tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak

UU Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

UU Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak dan Surat Paksa

UU Nomor 20 Tahun 1997 Tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak

UU Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Reformasi pajak pasca 1997
Selain perubahan BPHTB seperti yang telah diuraikan sebelumnya,pokok-pokok perubahan
yang terakhir adalah :
• Perubahan Undang-Undang KUP yang mulai berlaku tahun 2008 meliputi perubahan
sistem keberatan dan banding, syarat-syarat bukti permulaan yang diperingan, dan
ancaman diperberat.

• Perubahan pada Undang-Undang PPh yang mulai berlaku tahun 2010 di mana tarif
PPh diturunkan dan tidak lagi progresif

• Perubahan Undang-Undang PPN yang mulai berlaku April 2010 yang antara lain
mengatur Restitusi PPN dan Barang Kena Pajak (BKP).
Pajak Internasional
L ATAR B EL AK AN G : U MU M

GLOBALISASI I N V E S TA S I P E R D A G A N G A N L I N TA S

L I N TA S NEGARA DAN

NEGARA K E D A U L ATA N PA J A K

SETIAP NEGARA
L ATA R B E L A K A N G : A S A S T I A P N E G A R A

A S AS AS AS S UMB ER

D OMIS ILI
Berdasarkan asas domisili subjek pajak dikenakan pajak di Berdasarkan asas sumber pajak dikenakan berdasarkan dimana

negara tempat subjek pajak tersebut berdomisili. sumber penghasilan berasal.

A S AS KE WARG ANE GARA AN AS A S TE R ITOR IAL

Berdasarkan asas kewarganegaraan pengenaan pajak Berdasarkan asas ini pajak dikenakan atas penghasilan yang

didasarkan pada status kewarganegaraan seseorang. diperoleh di wilayah (teritorial) suatu negara.

"Perbedaan asas yang dianut di masing-masing negara ini menjadi cikal bakal munculnya pajak berganda sebab

seseorang bisa dikenakan lebih dari satu kali pajak untuk penghasilan yang sama."
F YI : S I S TEM PAJA K

P EN G HA S I LA N D I I N DO NE S I A

UNTUK WAJIB PAJAK DALAM NEGERI

Sistem pajak penghasilan di Indonesia menganut azas domisili untuk wajib pajak dalam

negeri. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 4 ayat (1) yang menyatakan bahwa wajib

pajak dalam negeri akan dikenakan pajak secara keseluruhan world wide income, yaitu

dikenakan pajak di Indonesia baik atas penghasilan yang diperoleh dari dalam negeri

maupun luar negeri

UNTUK WAJIB PAJAK LUAR NEGERI


Untuk wajib pajak luar negeri menganut azas sumber. Hal ini berdasarkan pasal 26 ayat

(1) dan (2), pemotongan pajak penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak luar negeri

hanya atas penghasilan yang bersumber dari Indonesia.


R U A N G L I N G K U P PA J A K I N T E R N A S I O N A L

"Dimensi pajak internasional sebenarnya cukup luas, meliputi aturan pajak internasional yang sudah ada dalam UU Pajak

Indonesia, aturan perpajakan yang ada di UU Pajak Negara lain yang bersinggungan serta persetujuan penghindaran pajak (tax

treaty) yang telah dibuat Indonesia dengan negara lain."


Thank you

Anda mungkin juga menyukai