Anda di halaman 1dari 59

KONJUNGTIVITIS

Oleh:
Widianingsih (113170072)

Pembimbing : dr.Intan Dwi, Sp.M


BAB I
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. T
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 51 tahun
Alamat : Ciledug Lor
Agama : Islam
Pekerjaan : Nelayan
Tanggal pemeriksaan : 29 Januari 2019
ANAMNESIS
■ Keluhan utama: mata kiri merah

■ Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poliklinik mata RSUD Waled dengan keluhan mata merah pada mata kiri sejak 2
hari SMRS. Pasien mengaku awalnya pasien sedang mengemudi sepeda motor, kemudian terasa ada
debu yang masuk, pasien merasa gatal pada kedua mata kemudian mengucek-ngucek mata sehingga
mata tampak merah dan mata berair. Pasien menyangkal keluhan nyeri, kotoran pada mata (belek),
silau, pandangan mata kabur dan demam. Riwayat trauma pada mata disangkal. Keluarga dan teman
yang mempunyai keluhan yang sama disangkal. Riwayat alergi disangkal. Mata kiri pasien sudah
diobati obat tetes mata rohto, namun mata masih tetap merah.
■ Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa (+) pada mata kanan 1 tahun yang lalu
Riwayat Hipertensi (+) terkontrol
Riwayat Diabetes Mellitus (-)
Riwayat Trauma (-)
■ Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan serupa disangkal.
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat Diabetes Mellitus (-)
■ Riwayat Pribadi sosial
Pasien bekerja sebagai nelayan yang bisa bekerja selama 4 bulan di laut dan kemabali ke
daratan setelah 4 bulan, sering terpapar sinar matahari. Pasien merokok sejak usia 20
tahun, 1 bungkus/hari.
PEMERIKSAAN FISIK

■ Status Generalis
■ Keadaan Umum : tampak sakit ringan
■ Kesadaran : Composmentis
■ Tanda Vital : Tekanan darah : 160/100 mmHg
Nadi : 76 x/menit, regular, isi kuat
Frekuensi Napas : 18 x/menit
Suhu : 36,5 0C
OD
OS
PEMERIKSAAN STATUS
OFTALMOLOGI
Oculus Dexter

20/20
Pemeriksaan

Visus
Oculus Sinister

20/20
Pinhole Pinhole (-)

Nistagmus (-) Gerak Bola Mata Nistagmus (-)


 

Trichiasis (-), Diskriasis (-) Silia Trichiasis (-), Diskriasis (-)


Madarosis (-) Madarosis (-)

Edema (-), Hiperemis (-) Palpebra Edema (-), Hiperemis (-)


Entropion (-), Ektropion (-) Entropion (-), Ektropion (-)
Ptosis (-) Ptosis (-)

Endoftalmus (-), Eksoftalmus (-), Bulbus Okuli Endoftalmus (-), Eksoftalmus (-), Strabismus
Strabismus (-) (-)

Injeksi Konjungtiva (-), sekret (-) edema (-) Conjungtiva Injeksi Konjungtiva (+), sekret (-), edema (-)
Ikterik (-), warna putih (+) Sklera Ikterik (-),warna merah (+)

Jernih, sikatrik (-), infiltrat (-), ulkus (-), edema (-) Cornea Jernih, sikatrik (-), infiltrat (-), ulkus (-), edema (-)

Kedalaman cukup Camera Oculi Anterior Kedalaman cukup

Reguler, warna coklat, sinekia posterior (-) Iris Reguler, warna coklat, sinekia posterior (-)

Bulat, sentral, reguler, Pupil Bulat, sentral, reguler,


Diameter 3mm Diameter 3mm
Direct: (+) Direct: (+)
Indirect (+) Indirect (+)

Jernih Lensa Jernih


Shadow test (-) Shadow test (-)

Refleks fundus (+) Funduskopi Refleks fundus (+)


Refleks fundus (+), papil (+), makula (+) Refleks fundus (+), papil (+), makula (+)

Sesuai dengan pemeriksa, nyeri tekan (-) Palpasi TIO Sesuai dengan pemeriksa, nyeri tekan (-)

Sesuai pemeriksa Lapang Pandang Sesuai pemeriksa


RESUME
Pasien laki-laki usia 51 tahun datang dengan keluhan mata merah pada mata kiri sejak 2 hari SMRS.
Pasien mengaku awalnya pasien sedang mengemudi sepeda motor, kemudian terasa ada debu yang masuk,
pasien merasa gatal pada kedua mata kemudian mengucek-ngucek matanya sehingga mata tampak merah dan
mata berair. Pasien menyangkal keluahan nyeri, kotoran pada mata (belek), silau, pandangan mata kabur dan
demam. Riwayat trauma pada mata disangkal. Keluarga dan teman yang mempunyai keluhan yang sama
disangkal. Riwayat alergi disangkal. Mata kiri pasien sudah diobati obat tetes mata rohto, namun mata masih
tetap merah. Pasien pernah mengalami keluhan serupa pada mata kanan 1 tahun yang lalu. Riwayat hipertensi
terkontrol.

Pada pemerikasaan fisik didapatkan tanda – tanda vital pasien tekanan darah 160/100 mmHg. Pada
status oftamologi di dapatkan VOD 20/20 dan VOS 20/20, konjungtiva terdapat injeksi (+) dan sklera tampak
merah pada okuli sinistra.
■ Diagnosa Banding
Konjungtivitis Bakteri OS
Konjungtivitis Viral OS
■ Diagnosis Kerja
Konjungtivitis Bakteri subakut non purulent OS
PENATALAKSANAAN

■ Nonfarmakologi :
 Menghindari kontaminasi terhadap mata yang sehat dan mata orang lain.
 Tidak menggosok mata yang sakit kemudian menyentuh mata yang sehat.
 Mencuci tangan setiap kali selesai memegang mata yang sakit dan menggunakan
tisu.
■ Farmakologi :
 Polimiksin B sulfat 6000iu/ml diberikan 6x kali/hari sebanyak 2 tetes mata di mata kiri.
 Rawat jalan.
PROGNOSIS

Quo ad Vitam : ad Bonam


Quo ad Functionam : ad Bonam
Quo ad Sanasionam : ad Bonam
BAB II
ANALISIS KASUS
■ Identitas Pasien
Berdasarkan identitas pasien yang beralamat di Ciledug memiliki faktor risiko terkena
konjungtivitis, karena banyak dilalui oleh kendaraan truk yang membawa pasir. Konjungtivitis
adalah radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak mata dan
bola mata dalam bentuk akut maupun kronis yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, klamidia,
alergi, toksik, maupun iritasi1,2
■ Anamnesi dan Pemeriksaan Fisik
Dari anamnesis di dapatkan mata kiri merah, gatal, berair. Pada pemeriksaan ophthalmologi OD
didapatkan visus 20/20, OS 20/20 konjungtiva terdapat injeksi (+), sclera tampak merah (+),Dari
hasil pemeriksaan tersebut semakin mendukung ke diagnosis konjungtivitis karena hanya terdapat
injeksi konjungtiva (+) dan sclera tampak merah.
■ Diagnosis Banding
Etiologi pada kasus ini masih mungkin bakteri dan viral. Bateri penyebab mungkin Haemophilus
aegypitus (iklim tropik) atau bisa juga Streptococcus pneumoniaae (iklim sedang). Sehingga
menimbulkan gejala akut pada pasien tersebut.. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan fokus
infeksi, tidak ada demam sehingga faktor virus (Adenovirus tipe 3 dan 7) dapat dieliminasi
meskipun idealnya harus dilakukan pemeriksaan sitologik dengan pewarnaan Giemsa. Pada bakteri
didapatkan neutrofil sedangkan pada viral didapatkan limfosit-monosit-sel berisi nukleus sedikit
plasma.
■ VI. Tata laksana

Penatalaksanaan pada pasien ini dibagi dua yaitu medikamentosa dan non

medikamentosa. Medikamentosa yaitu Polimiksin B sulfat 6000iu/ml diberikan 6x

kali/hari sebanyak 2 tetes mata di mata kiri dan rawat jalan. Non medikamentosa yaitu

menghindari kontaminasi terhadap mata yang sehat dan mata orang lain, tidak

menggosok mata yang sakit kemudian menyentuh mata yang sehat, Mencuci tangan

setiap kali selesai memegang mata yang sakit dan menggunakan tisu, dan handuk atau

sapu tangan baru yang digunakan untuk membersihkan mata yang sakit.
■ Prognosis
Prognosis pasien ini baik, dimana ad vitam secara keseluruhan pasien adalah bonam,
karena gangguan yang dialami pasien tidak mengancam jiwa. Prognosis ad functionam
pada mata kiri adalah bonam. Prognosis sanationam pada mata kiri adalah ad bonam
karena mata pasien bisa lebih nyaman, dan keluhan berkurang.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi
Definisi
■ Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang ditandai oleh dilatasi
vaskular, infiltrasi selular dan eksudasi. yang disebabkan oleh mikro-
organisme (virus, bakteri, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia.
Gejala dari konjungtivitis secara umum
■ Hiperemia
– tanda tipikal dari konjungtivitis
– Injeksi konjungtival diakibatkan karena meningkatnya pengisian
pembuluh darah konjungtival, Tipe-tipe injeksi
 Injeksi konjungtiva
 Injeksi perikornea
 Injeksi siliar
 Injeksi komposit (sering).
■ Discharge (sekret) Berasal dari eksudasi sel-sel radang
– Watery
– Mukoid
– Mukopurulen
– Purulen sedang
– Purulen berat
 Epifora (pengeluaran berlebih air mata)
 Pseudoptosis
■ Chemosis (edema ■ Hipertrofi folikel
conjunctiva)
■ Hipertrofi papiler ■ Membran dan pseudomembran
KONJUNGTIVITIS
BAKTERIALIS
• Inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri.
• Pada konjungtivitis ini biasanya pasien datang dengan keluhan
mata merah, sekret pada mata dan iritasi mata.
Gejala Klinis

■ Mata merah
■ Sekret yang purulen
■ Sering dijumpai edema kelopak mata
■ Kelopak mata yang saling melekat pada pagi hari
KONJUNGTIVITIS BAKTERIAL
HIPERAKUT
• Onset yang sangat cepat dari perbanyakan
Etiologi:
discharge (purulen berat)
• Eksudasi masif
Neisseria gonorrhoeae
• Hiperemis konjungtiva yang berat
Neisseria meningitidis
• Kemosis dan edema kelopak.
Staphylococcus aureus,
• Konjuntivitis mungkin unilateral atau bilateral
streptococcus species
• Diperberat dengan nyeri, nyeri pada bola mata
dan limfadenopati preaurikular
TATALAKSANA

 Antibiotik sistemik dengan topikal sebagai


tambahan
 Ceftriaxone 1 g IM
 Bila disertai ulkus kornea injeksi ceftriaxone 1
gram/12 jam intravena selama 3 hari berturut
turut
 Alergi penisilin diberikan spectinomycin 2 g
IM/fluoroquinolone oral (ciprofloxacin 500 mg
atau ofloxacin 400 mg 2x sehari selama 5 hari
Diunduh dari: http://www.aafp.org/afp/2010/0115/p137.html
KONJUNGTIVITIS
BAKTERIAL AKUT
Etiologi: • Onset akut dari discharge unilateral
• Rasa tidak nyaman dan sensasi benda asing
• Fotofobia ringan
• Pneumococcus (Streptococcus
• Palpebra melekat saat bangun pagi
pneumoniae) (iklim sedang) • Hiperemia konjungtiva
• Haemophilus aegyptius (Koch- • Mukopurulen/purulent
Weeks bacillus) (iklim tropik) • Limfadenopati preaurikuler biasanya tidak
• Gonococcus, meningokokus, ditemukan
staphylococcus aureus • Pada anak-anak 6 bulan- 3 tahun disertai
warna kebiruan curigai Haemophilus influenza
TATALAKSANA

• Antibiotik topikal (spektrum luas) chloramphenicol 1%,


gentamycin 0,3%, atau flamycetin eye drops setiap 3-4/hari
• Sediaan salep dapat digunakan malam hari untuk
mempertahankan perlindungan antibiotik dan mengurangi
keluhan pagi hari
• Dapat diberikan golongan lain bila tidak berespon seperti
ciprofloxacin 0,3%, ofloxacin 0,3%
KONJUNGTIVITIS BAKTERIAL
KRONIK
• Variasi dari gejala yang non spesifik dan temuan
Etiologi: klinis
• Pasien mengalami iritasi kronik yaitu lebih dari 4
Corynebacterium dyphtheriae minguu
• sensai benda asing dan hiperemis yang tidak
begitu jelas
• Reaksi folikel dan papiler dapat terjadi dan
mukoid discharge dapat terjadi
• Konjungtivitis kronik sering disertasi hiperemis
kelopak dan krusta pada kelopak yang terdapat
pada pagi hari.
Pemeriksaan laboratorium Prognosis

■ Pemeriksaan mikroskopik terhadap •Sembuh sendiri


kerokan konjungtiva yang dipulas •Tanpa obat berlangsung 10-14 hari
•Dengan obat berlangsung 1-3 hari
dengan pewarnaan gram atau giemsa
■ Biakan disarankan jika sekretnya
purulen, memiliki membran atau
pseudomembran.
Konjungtivitis klamidia Trakoma
■ Etiologi Tanda dan gejala
• biasanya terdiri dari produksi air mata berlebih
– Chlamydia trachomatis • Fotofobia, nyeri
serotipe A,B,Ba, atau C • Eksudasi, edema pada kelopak mata
– Infeksi menyebar melalui • chemosis pada konjungtiva bulbar,
• hiperemia, hipertrofi papiler
kontak langsung dengan sekret • folikel tarsal dan limbal
kotoran mata penderita • keratitis superios, formasi pannus,
trakoma • dan tonjolan kecil dan nyeri dari nodus preaurikular.
– melalui alat-alat kebutuhan • Trakoma yang matang, juga mungkin terdapat
sehari-hari seperti handuk, keratitis epitelial superior,
• keratitis subepitelial
alat-alat kecantikan dan lain-
• pannus
lain. • atau folikel limbal superior
– Penyakit ini sangat menular • terbentuk peninggalan sikatrikal yang patognomonik
dan biasanya menyerang dari folikel tersebut (Herbert’s pits)
kedua mata
■ Diagnosa klinis minimal dua dari tanda berikut:
■ Lima atau lebih folikel pada garis konjungtiva tarsal
datar kelopak mata atas.
■ Konjungtival scarring yang khas pada konjungtiva
tarsal atas.
■ Folikel limbal atau sekuelnya(Herbert’s pits).
■ Ekstensi atau perpanjangan pembuluh darah ke arah
kornea, paling sering tampak pada limbus superior.

Tatalaksana
■ Salep tetrasiklin 1% diaplikasikan 2x sehari selama 2 bulan dan azitromycin oral 1000 mg single
dose
■ Tetrasiklin, 1-1,5g per hari secara oral terbagi dalam empat dosis untuk tiga sampai empat minggu
■ doksisiklin, 100mg secara oral dua kali sehari selama tiga minggu
■ Erythromycin topical dapat diberikan 1,5 – 2 g sehari dalam dosis terbagi selama 3 minggu
KONJUNGTIVITIS
VIRAL
• Virus merupakan agen infeksi yang umum ditemukan selain
konjungtivitis bakterial, alergi, dan laIn-lain
• Adenoviral merupakan etiologi tersering dari konjungtivitis virus
• Mudah menular
• Transmisi biasanya melalui sekret yang dihasilkan mata yang terinfeksi
KONJUNGTIVITIS DEMAM
FARINGOKONJUNGTIVA
Gambaran Klinis: Konjungtivitis yang disebabkan oleh
Adenovirus tipe 3, 4, dan 7
• Demam 38,3 -400C, sakit tenggorokan, dan
konjungtivitis pada satu atau dua mata.
• Folikel sering mencolok pada kedua konjungtiva, Tatalaksana:
dan pada mukosa faring.
• Penyakit ini dapat terjadi bilateral atau unilateral. Pengobatan untuk demam faringokonjungtiva
• Mata merah dan berair mata sering terjadi, dapat hanya bersifat suportif karena dapat sembuh
disertai keratitis superficial sendiri diberi kompres
KERATOKONJUNGTIVI
TIS EPIDEMI
Konjungtivitis yang disebabkan
oleh adenovirus tipe 8, 19, 29,
dan 37
Tatalaksana
Gambaran Klinis
Belum ada terapi spesifik, namun kompres
dingin akan mengurangi beberapa gejala
• Konjungtivitis folikular
• Sekret cair
• Hiperemis
• Kemosis
• Pembesaran kelenjar getah bening
preaurikel
• Terbentuk membran atau
pseudomembran
KONJUNGTIVITIS VIRUS HERPES
SIMPLEKS (HSV)
Gambaran Klinis
Tatalaksana
• Biasanya terjadi pada anak-anak dan
merupakan keadaan luar biasa yang • Umumnya sembuh sendiri
ditandai pelebaran pembuluh darah • Antivirus topikal atau sistemik harus
unilateral, dIberikan untuk mencegah terkena kornea,
diberikan 7-10 hari. Misalnya trikloridin
• Iritasi
setiap 2 jam sewaktu bangun tidur
• Sekret mukoid • Pada kelainan permukaan dapat diberikan
salep terasiklin.
• Fotofobia • Steroid tetes deksametason 0,1% diberikan
• Sering disertai keratitis herpes bila terdapat episkleritis, skleritis dan iritis
simpleks
• Khas -> nodus preaurikuler yang
nyeri tekan
KONJUNGTIVITIS
HEMORAGIKA AKUT
Konjungtivitis yang disebabkan oleh Enterovirus tipe 70 dan
kadang-kadang oleh virus coxsakie tpe A24 dengan masa inkubasi
yang pendek (sekitar 8-48 jam) dan berlangsung singkat (5-7 hari)
Gambaran Klinis Tatalaksana

• Gejala dan tandanya : • Dapat sembuh sendiri sehingga pengobatan hanya


simtomatik.
• Rasa sakit • Pengobatan antibiotika spekturm luas, sulfacetamide
• Fotofobia dapat digunakan untuk mencegah infeksi sekunder
• Konjungtivitis viral biasanya bersifat suportif dan
• Sensasi benda asing merupakan terapi simptomatis
• Banyak mengeluarkan air mata, • Kompres dingin pada mata 3 – 4 x / hari juga dikatakan
dapat membantu kesembuhan pasien
• Edema palpebra, dan • Sebagai pencegahan terjadinya infeksi sekunder oleh
bakteri dapat diberikan Kloramfenikol tetes mata.
• Perdarahan subkonjungtiva Kloramfenikol merupakan obat antimikroba yang
memiliki spektrum luas, meliputi bakteri gram negatif
dan gram positif
KONJUNGTIVITIS
ALERGI
Peradangan konjungtiva akibat alergi atau reaksi hipersensitivitas
yang mungkin segera (Humoral) atau tertunda (seluler)
KONJUNGTIVITIS
ALERGI
Peradangan konjungtiva akibat alergi atau reaksi hipersensitivitas
yang mungkin segera (Humoral) atau tertunda (seluler)
KONJUNGTIVITIS
ALERGI SIMPLEK
Biasanya ringan, konjungtivitis alergi non-spesifik ditandai dengan
gatal, hiperemis dan respon papiler ringan. Pada dasarnya,
gejalanya adalah reaksi urtikaria akut atau subakut
Etiologi Gambaran Klinis

■ Konjungtivitis hay fever : + hay


Gejala: termasuk intensitas gatal dan rasa
fever (rhinitis alergi). Alergen terbakar pada mata disertai mata berair dan
yang umum diantaranya serbuk fotopobia ringan
sari, rumput dan bulu binatang. Tanda:
■ Seasonal allergic conjunctivitis a) Hiperemis dan kemosis yang memberi
(SAC). SAC merupakan respon kesan bengkak pada konjungtiva.
terhadap alergen musiman seperti
serbuk sari. Ini adalah hal yang
b) Konjungtiva menunjukan reaksi papiler
sangat umum. ringan.
■ Perennial allergic conjunctivitis c) Edema kelopak
(PAC) merupakan respon alergen
menahun seperti debu rumah dan
tungau.
Penatalaksanaan
■ Non-medikamentosa
– eleminasi dan menghindari sumber allergen
Medikamentosa
■ Local
- topical antihistamin
- topical vasokonstriktor seperti adrenalin,
efedrin dan nafazoline.
■ Sistemik : antihistamin oral
■ Imunoterapi : hiposensitisasi dengan pemberian
injeksi ekstrak allergen
KERATOKONJUNGTIVITIS
VERNAL
Inflamasi konjungtiva yang rekuren, bilateral,
interstitial dan self-limiting
Etiologi
■ Reaksi hipersentifitas terhadap Gambaran Klinis
beberapa alergen eksogen
Gejala. Catarrch musim panas ditandai dengan rasa
■ Faktor predisposisi terbakar dan sensai gatal. Fotopobia ringan, mata berair,
palpebra berselaput dan terasa berat
– Umur 4-20 tahun, lebih banyak pada Tanda
laki-laki dibandingkan perempuan. - tipe palpebral
- tipe bulbar/limbal
– Musim. Paling sering pada musim - Campuran antara tipe palpebral dan tipe bulbar
panas sehingga diberi nama
“catarrch musim panas” atau
“konjungtivitis musim kemarau”.
– Iklim. Paling sering pada iklim
tropis, kurang pada iklim hangat
dan sangat jarang pada iklim yang
dingin
Kanski and Bowling

Palpebra pada keratokonjungtivitis Bulbar pada keratokonjungtivitis vernal


vernal
Penatalaksanaan
Terapi lokalis
■Steroid topical
■Mast cell stabilizer seperti sodium cromoglycate 2%
■Antihistamin topical
■Siklosporin topical 1%
Terapi sistemik;
■Anti histamine oral untuk mengurangi gatal
■Steroid oral untuk kasus berat dan non responsive
KERATOKONJUNGTIVITIS
ATOPIK
Inflamasi konjungtiva bilateral dan juga kelopak mata
yang berhubungan erat dengan dermatitis atopi
Gejala klinis Tatalaksana

Gejala • Atihistamin oral (terfenadine, astemizole, hydroxyzine)


• Obat-obat antiradang non-steroid (ketorolac dan iodoxamid)
■ Gatal, nyeri dan sensasi terbakar • Transplantasi kornea
■ Sekret yang mukoid
■ Fotopobia
■ Merah
Tanda.
■ Terdapat papil-papil halus pada palpebra dan
eritematous
■ Konjungtiva tarsal seperti putih susu. Terdapat
papil halus, kemerahan dan jaringan parut.
■ Timbul keartitis perifer superfisial yang diikuti
dengan vaskularisasi. Pada kasus berat terjadi
seluruh kornea kabur, vaskularisasi dan
ketajaman penglihatan menurun.
 KONJUNGTIVITIS
GIANT PAPILLARRY
konjungtiva dengan penampakan papil yang sangat
besar.
Etiologi Gambaran Klinis
■ Merupakan respon alergi Gejala. Seperti gatal, berserabut, membaik dengan penggantian
(hipersentifitas tipe prostesis mata plastik dengan kaca dan memakai kaca mata
lambat) yang kaya basofil bukan lensa.
dengan komponen IgE Tanda. hipertrofi papiler (1mm) pada konjungtiva tarsal atas,
mirip seperti pada keratokonjungtivitis vernal yang hiperemi.
humoral, biasanya
disebabkan karena
pemakaian lensa kontak
atau mata buatan dari
plastik
Penatalaksanaan Prognosis dan Komplikasi

■ Menghindari kontak dengan iritan • Pada konjungtivitis giant papillary, iritasi kronis
akan menyebabkan keratitis yaitu inflamasi pada
■ Disodium cromoglyn sebagai kornea dan dapat menyebabkan kebutaan
terapi simptomatik permanen karena terjadi ulserasi pada permukaan
kornea.
• Pada keratokonjungtivitis vernal juga dapat
menyebabkan keratitis jika tidak ditatalaksana.
Temuan klinis dan sitogi Viral Bakteri Klamida Alergika

Gatal Minimal Minimal Minimal Hebat


Hiperemia Generalisata Generalisata Generalisata Generalisata

Mata berair Banyak Sedang Sedang Minimal


Eksudatif Minimal Banyak Banyak Minimal
Adenophaty Sering Jarang Hanya sering pada Minimal
periarikular konjungtivitis
inklusi
 
Pada kerokan dan Monosit Bakteri , PMN PMN,sel ngplasma, Eosinofil
eksudaf yg dipulas badan inklusi

Disertai sakit Sesekali Sesekali Tak pernah Tidak ada


tenggorokan dan
demam
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai