Anda di halaman 1dari 38

EKONOMIKA 2

KaitanBerbagai Pengertian dalam Ekonomi Makro

ANGGIA PARAMITA PUTI KENCANA


UNIVERSITAS GUNADARMA
ALIRAN PENDAPATAN
& PENGELUARAN
CIRI-CIRI POKOK
ALIRAN PENDAPATAN & PENGELUARAN
i. Pembayaran sektor perusahan dibedakan atas dua jenis:
 Pembayaran kepada sektor rumah tangga sbg pendapatan kpd faktor-
faktor produksi.
 Pembayaran pajak pendapatan perusahaan kepada pemerintah.
ii. Pendapatan yang diterima rumah tangga berasal dari dua sumber:
 Dari gaji, upah, sewa, bunga dan untung oleh perusahaan
 Dari gaji dan upah oleh pemerintah
iii. Pemerintah menerima pendapatan berupa pajak dari perusahaan dan rumah
tangga. Pendapatan tersebut akan digunakan untuk membayar gaji dan upah
pegawai-pegawai serta membeli barang-barang dan jasa.
iv. Pendapatan yang diterima rumah tangga (Y) digunakan untuk: Konsumsi (C),
tabungan (S) dan membayar pajak pendapatan (T) sehingga: Y = C + S + T
v. Tabungan rumah tangga yang disimpan di lembaga keuangan dipinjamkan
kepada pengusaha/investor untuk investasi (menanam modal).
vi. Pengeluaran agregat (AE) menjadi bertambah jenisnya menjadi: AE = C + I +
G
SYARAT KESEIMBANGAN
i. Keseimbangan perekonomian 3 sektor: Penawaran agregat =
Pengeluaran agregat (Y = AE), atau:
Y=C+I+G
ii. Pendapatan rumah tangga akan digunakan untuk 3 tujuan, sehingga
berlaku kesamaan berikut:
Y=C+S+T
iii. Maka berlaku keseimbangan dalam pendapatan nasional, sebagai
berikut:
C+I+G=C+S+T
I+G=S+T
iv. Dalam perekonomian tiga sektor, I dan G merupakan suntikan ke
dalam aliran sirkulasi dan S dan T merupakan bocoran. Sehingga
keseimbangan ekonomi tiga sektor juga berlaku keadaan:
Suntikan = Bocoran
JENIS-JENIS PAJAK
 PAJAK LANGSUNG
Pajak yang dipungut/dikenakan terhadap seseorang wajib pajak.
Contoh: Pajak pendapatan,
 PAJAK TAK LANGSUNG
Pajak yang bebannya dapat dipindah-pindahkan pada pihak lain.
Contoh: pajak impor dan pajak penjualan.
BENTUK-BENTUK PAJAK PENDAPATAN
1. Pajak Regresif : pajak yang nilainya tidak bergantung pada besar
kecilnya pendapatan.
2. Pajak proporsional : persentasi pungutan pajak tetap terhadap
nilai pendapatan.
3. Pajak progresif : persentasi pungutan pajak bertambah tinggi
seiring menigkatnya pendapatan seseorang. Tujuan: mendapatkan
hasil pajak yang lebih banyak dan lebih meratakan pendapatan.
EFEK PAJAK TERHADAP
KONSUMSI & TABUNGAN
Dalam perekonomian, hubungan pendapatan disposibel dan
pendapatan nasional adalah sbb:
Yd = Y – T
Sehingga secara umum dapat dirumuskan:
 Pajak yang dipungut akan mengurangi pendapatan disposibel
sebesar pungutan pajak tersebut.
 Penurunan pendapatan disposibel menyebabkan pengeluaran
konsumsi dan tabungan rumah tangga akan berkurang di berbagai
tingkat pendapatan.
TABEL I.
PENGARUH PAJAK TETAP THD KONSUMSI DAN TABUNGAN
(DALAM TRILIUN RUPIAH)
Y T Yd C S
KEADAAN SEBELUM PAJAK (T = 0)
0 0 0 90 -90
240 0 240 270 -30
480 0 480 450 30
720 0 720 630 90
960 0 960 810 150
1200 0 1200 990 210
1440 0 1440 1170 270

KEADAAN SESUDAH PAJAK (T = 40)


0 40 -40 60 -100
240 40 200 240 -40
480 40 440 420 20
720 40 680 600 80
960 40 920 780 140
1200 40 1160 960 200
1440 40 1400 1140 260
EFEK PAJAK TETAP TERHADAP
KONSUMSI & TABUNGAN
Keadaan sebelum pajak (T = 0):
Y = Yd – T
Y = Yd
Maka:
C = 90 + 0,75Y atau C = 90 + 0,75Yd
S = Yd – C
S = Yd – (90 + 0,75Yd) = -90 + 0,25Yd atau S = -90 + 0,25Y
Keadaan sesudah pajak (T = 40 triliun):
Yd = Y – T
C = 90 + 0,75Yd
C = 90 + 0,75 (Y – T) = 90 + 0,75 (Y – 40)
C = 60 + 0,75Y
S = Yd – C
S = (Y – 40) – (60 + 0,75Y) = -100 + 0,25Y
TABEL II.
PENGARUH PAJAK PROPORSIONAL THD KONSUMSI DAN TABUNGAN
(DALAM TRILIUN RUPIAH)
Y T Yd C S
KEADAAN SEBELUM PAJAK (T = 0)
0 0 0 90 -90
240 0 240 270 -30
480 0 480 450 30
720 0 720 630 90
960 0 960 810 150
1200 0 1200 990 210
1440 0 1440 1170 270

KEADAAN SESUDAH PAJAK (T = 20% DARI Y)


0 0 0 90 -90
240 48 192 234 -42
480 96 384 378 6
720 144 576 522 54
960 192 768 666 102
1200 240 960 810 150
1440 288 1152 954 198
EFEK PAJAK PROPORSI TERHADAP
KONSUMSI & TABUNGAN
Keadaan sebelum pajak (T = 0):
Y = Yd – T
Y = Yd
Maka:
C = 90 + 0,75Y atau C = 90 + 0,75Yd
S = Yd – C
S = Yd – (90 + 0,75Yd) = -90 + 0,25Yd atau S = -90 + 0,25Y
Keadaan sesudah pajak (T = 20% dari Y):
Yd = Y – T
Yd = Y – (0,2Y) = 0,8Y
C = 90 + 0,75 (0,8Y) = 90 + 0,6Y
S = Yd – C
S = (0,8Y) – (90 + 0,6Y) = -90 + 0,2Y
KECONDONGAN MENGKONSUMSI
Kecondongan Mengkonsumsi (MPC) merupakan rasio pertambahan
konsumsi dengan pertambahan pendapatan disposibel, atau:
ΔC
MPC 
ΔYd
Dan kecondongan mengkonsumsi marjinal pendapatan nasional (MPCy)
merupakan rasio pertambahan konsumsi dengan pertambahan
pendapatan nasional, atau:

ΔC
MPC y 
ΔY
Dalam perekonomian tiga sektor (T = tY) (MPC = b)maka:
Yd = Y – t . Y = (1 – t) Y

 
KECONDONGAN MENABUNG
 

ΔS
MPS 
ΔYd

ΔS
MPS y 
ΔY
PEMBUKTIAN RUMUS

 
PENGELUARAN PEMERINTAH

Penentu pengeluaran pemerintah:


1. Proyeksi jumlah pajaK yang diterima
2. Tujuan-tujuan ekonomi yang ingin dicapai
3. Pertimbangan politik dan keamanan
Pengeluaran pemerintah

G1
Tambahan pengeluaran
G
Pengurangan pengeluaran
G2

Pendapatan Nasional
FUNGSI PENGELUARAN PEMERINTAH
KESEIMBANGAN EKONOMI
DALAM TIGA SEKTOR
(PAJAK TETAP)

Y T C S I G AE = C + I + G
0 40 60 -100 120 60 240
240 40 240 -40 120 60 420
EKSPANSI
480 40 420 20 120 60 600
720 40 600 80 120 60 780
960 40 780 140 120 60 960 SEIMBANG

1200 40 960 200 120 60 1140 KONTRAKSI


1440 40 1140 260 120 60 1320
KESEIMBANGAN SECARA
ALJABAR
PENDEKATAN PENAWARAN AGREGAT – PERMINTAAN AGREGAT
Keseimbangan dicapai ketika: Y = C + I + G
C = 60 + 0,75Y
S = -100 + 0,25Y
I = 120
G = 60
Maka,
Y = (60 + 0,75Y) + 120 + 60
0,25Y = 240
Y = 960
PENDEKATAN SUNTIKAN– BOCORAN
Suntikan (Injection) = Bocoran (Withdrawal)
I+G =S+T
120 + 60 = (-100 + 0,25Y) + 40
0,25 Y = 240
Y = 960
KESEIMBANGAN EKONOMI
DALAM TIGA SEKTOR
(PAJAK PROPORSI)
Y T C S I G AE = C + I + G
0 0 90 -90 150 240 480
240 48 234 -42 150 240 624
EKSPANSI
480 96 378 6 150 240 768
720 144 522 54 150 240 912
960 192 666 102 150 240 1056
1200 240 810 150 150 240 1200 SEIMBANG
KONTRAKSI
1440 288 954 198 150 240 1344
KESEIMBANGAN SECARA
ALJABAR
PENDEKATAN PENAWARAN AGREGAT – PERMINTAAN
AGREGAT
Keseimbangan dicapai ketika: Y = C + I + G
C = 90 + 0,75Y
S = -90 + 0,20Y
I = 150
G = 240
Maka,
Y = (90 + 0,75Y) + 150 + 240
0,40Y = 480
Y = 1200
PENDEKATAN SUNTIKAN– BOCORAN
Suntikan (Injection) = Bocoran (Withdrawal)
I+G =S+T
150 + 240 = (-90 + 0,20Y) + 0,20Y
0,40Y = 480
Y = 1200
MULTIPLIER
DALAM PEREKONOMIAN

 
PERTAMBAHAN PERTAMBAHAN
PERTAMBAHA PERDAPATAN PERTAMBAHAN PERTAMBAHAN
TAHAP PROSES PENDAPATAN N PAJAK KONSUMSI TABU NGAN
MULTIPLIER NASIONAL DISPOSIBEL
(T) (yd) (C) (S)
(Y)

Bagian I: Sistem Pajak Tetap


  (1) (2) = 0 (3) = (1)-(2) (4) = 0,75 x (1) (5) = 0,25 x (1)
I Y1 =20 T1 =0 Yd1 =20 C1 =15 S1 =5
II Y2 =15 T2 =0 Yd2 =15 C2 =11,25 S2 =3,75
III Y3 =11,25 T3 =0 Yd3 =11,25 C3 =8,4375 S3 =2,8125
IV Y4 =8,4375 T4 =0 Yd4 =8,4375 C4 =6,328125 S4 =2,1094
V Y5 =6,32813 T5 =0 Yd5 =6,32813 C5 =4,746094 S5 =1,582
dst... .... ... ... ... ...

JUMLAH TOTAL : Y =80 T =0 Yd =80 C =60 S =20

Bagian II: Sistem Pajak Proporsional


  (1) (2) = 0,2 x (1) (3) = (1)-(2) (4) = 0,75 x (1) (5) = 0,25 x (1)
I Y1 =20 T1 =4 Yd1 =16 C1 =15 S1 =5
II Y2 =15 T2 =3 Yd2 =12 C2 =11,25 S2 =3,75
III Y3 =11,25 T3 =2,25 Yd3 =9 C3 =8,4375 S3 =2,8125
IV Y4 =8,4375 T4 =1,6875 Yd4 =6,75 C4 =6,328125 S4 =2,1094
V Y5 =6,32813 T5 =1,2656 Yd5 =5,06253 C5 =4,746094 S5 =1,582
dst... .... ... .... ... ...

JUMLAH TOTAL : Y =50 T =10 Yd =40 C =37,5 S =7,5


Kebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal adalah kebijakan
ekonomi yang digunakan pemerintah
untuk mengelola/mengarahkan
perekonomian ke kondisi yang lebih baik
atau diinginkan dengan cara mengubah-
ubah penerimaan dan pendapatan
pemerintah .
Notasi pengeluaran pemerintah : G
Notasi untuk penerimaan pemerintah : T
Tujuan Kebijakan Fiskal
Mencapai stabilitas perekonomian
Memacu dan mendorong terjadinya
pertumbuhan ekonomi
Memperluas dan menciptakan lapangan kerja
Menciptakan terwujudnya keadilan sosial
bagi masyarakat
Mewujudkan pendistribusian dan pemerataan
pendapatan. 
Mencegah pengangguran dan menstabilkan
harga 
Tiga Keadaan dalam Tingkat Kegiatan
Ekonomi Negara
 Mencapai Tingkat A Y = AE
E
Konsumsi tenaga AE = AEF
kerja penuh. E

AE = AEF
 AE : Pengeluaran agregat
sebenernya
AEF : Pengeluaran
agregat yang di perlukan Y
o
untuk mencapai tingkat Y = YF
konsumsi full
employment
Masalah Pengangguran
Masalah yang muncul karena pengularan agregat
(AE) berada di bawah pengeluaran agregat yang
diperlukan untuk mencapai tingkat konsumsi full
employment. Pendapatan Nasional (Y) nilainya
berada dibawah Pendapatan Nasional Potensial (YF)
Jurang Deflasi / Kesenjangan Deflasi muncul
sebagai akibat dari adanya masalah pengangguran
ini.
Jurang / Kesenjangan Deflasi adalah jumlah
kekurangan perbelanjaan agregat yng diperlukan
untuk mencapai konsumsi full employment.
Grafik Masalah Pengangguran

Y=A
AE E

A AEF

A
B E
E Jurang/kesenjangan Deflasi

o Y
Y YF
Masalah Inflasi
Pengeluaran agregat yang terjadi melebihi
kemampun dari perekonomian untuk memproduksi
barang dan jasa sehingga menimbulkan kenaikan
harga – harga.
Kondisinya Y > YF terjadi apabila harga – harga telah
mengalami kenaikan, menyebabkan sejumlah barang
tertentu mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada
sebelum terjadi kenaikan harga berlaku.
Jurang kesenjangan inflasi terjadi sebagai bentuk
kelebihan dalam pengeluaran agregat diatas
pengeluaran agregat pada konsumsi full employment
yang menimbulkan kekurangan barang dan kenaikan
harga
Grafik Masalah Inflasi
Y=A
AE E
E A
E
AEF

Jurang/kesenjangan Inflasi

o Y
YF Y
Politik Anggaran
Anggaran Tidak Berimbang
1. Anggaran Defisit (Deficit Budget), adalah anggaran
yang memang direncanakan untuk defisit (T > G atau
G > T) – Kebijakan Fiskal Ekpansif
2. Anggaran Surplus (Surplus Budget), adalah anggaran
yang direncanakan pemerintah untuk mendapatakan
penerimaan lebih besar dari pengeluran (G > T atau T
< G ) – Kebijakan Fiskal Kontraktif
 Anggaran Berimbang, adalah apabila
pengeluaran yang direncanakan pemerintah
akan sama dengan penerimaan (G=T atau
ΔG = ΔT)
Macam Kebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal Otomatis; meliputi
perubahan otomatis dalam penerimaan
pajak dan asuransi penganggura,
kesejahteraan dan transfer payment
lainnya
Kebijakan Fiskal Deskresioner; meliputi
perubahan pajak dan pengeluaran
pemerintah secara eksplisit, yang dapat
mempengaruhi perekonomian
Kebijakan Fiskal Diskresioner
Ada tiga bentuk kebijakan diskresioner :
1. Membuat perubahan atas pengeluaran
pemerintah
2. Membuat perubahan tas sistem
pemungutan pajak
3. Secara serentak membuat perubahan
dalam pengeluaran pemerintah dan
sistem pemungutan pajak
Langkah yang harus diambil pemerintah untuk
mengatasi masalah pengangguran :
1. Menaikan pengeluarannya tapi tidak membuat
perubahan apapun atas pajak yang dipungut
2. Mempertahankan tingkat pengeluaran tapi
menurunkan pajak yang di pungut
3. Menaikkan pengeluaran dan menurunkan
pajak
4. Pengeluaran dan pungutan pajak dinaikkan
dengan sama besar. Tujuan kebijakan ini
untuk mempertahankan pendapatan dan
pengeluaran pemerintah tetap seimbang.
Langkah yang harus diambil pemerintah
untuk mengatasi masalah inflasi :
1. Mengurangi pengeluaran
2. Menaikan pajak
3. Mengurangi pengeluaran dan menaikan
pajak
4. Mengurangi pengeluaran dan pajak
dengan jumlah yang sama besar.

Anda mungkin juga menyukai