Anda di halaman 1dari 36

Thalassemia

Dr. Rogatianus Bagus Pratignyo,SpA,MKes


Pendahuluan
Talasemia berasal dari bahasa Yunani, yaitu
talassa yang berarti laut (Laut Tengah) → pertama
kali dikenal di daerah sekitar Laut Tengah
Ditemukan oleh seorang dokter di Detroit USA,
Thomas B. Cooley pada tahun 1925. Beliau
menjumpai anak-anak yang menderita anemia
dengan pembesaran limpa setelah berusia 1 tahun
→ anemia splenic atau eritroblastosis atau anemia
mediteranean atau anemia Cooley
EPIDEMIOLOGI

Talasemia β memiliki distribusi sama dengan


talasemia α → tinggi di sekitar Laut Tengah
(Italia, Yunani, Afganistan, Iran, Pakistan) dan
bervariasi di Timur Tengah, India, Asia Tenggara
termasuk Indonesia
Prevalensi pembawa sifat talasemia di Indonesia
sekitar 3 – 8%
Data rekam medis Pusat Talasemia IKA RSCM →
1993 s.d Juli 2007 terdapat 1.267 pasien talasemia
dengan penambahan 70-80 pasien baru setiap
tahunnya
Daerah penyebaran talasemia/sabuk talasemia
BATASAN
Talasemia adalah suatu kelompok anemia
hemolitik kongenital herediter yang
diturunkan secara autosomal, disebabkan
oleh kekurangan sintesis rantai polipeptida
yang menyusun molekul globin dalam
hemoglobin → ketidakseimbangan produksi
rantai globin
Talasemia termasuk penyakit akibat
gangguan gen tunggal dengan pola
pewarisan yang menuruti hukum-hukum
mendel
Skema penurunan gen talasemia
menurut Hukum Mendel
Hemoglobin
Hemoglobin adalah suatu protein tetramer (protein
yang terdiri dari 4 rantai polipeptida),
mengandung 4 pasang heme + globin → sintesis
hemoglobin terdiri dari sintesis heme dan sintesis
globin
Molekul hemoglobin terdiri dari 4 senyawa heme
identik dengan masing-masing mengandung
cincin protoporfirin dan besi yang terikat dengan 2
rantai globin → molekul globin terdiri atas
sepasang rantai-a dan sepasang rantai lain yang
menentukan jenis Hb
Rantai hemoglobin
Sintesis heme merupakan suatu rangkaian reaksi
biokimia yang terjadi dalam mitokondria
Biosintesis heme dapat terjadi pada sebagian
besar jaringan kecuali eritrosit dewasa yang tidak
mempunyai mitokondria
Sekitar 85% sintesis heme terjadi pada sel-sel
prekursor eritroid di sumsum tulang dan sebagian
besar sisanya di sel hepar
Biosintesis heme dapat dibagi menjadi 2 tahap,
yaitu: (1) Sintesis porfirin; (2) Sintesis heme
Sintesis rantai globin terjadi di dalam ribosom
sitoplasma, dipengaruhi oleh gen-gen penentu
rantai globin → gen globin
Rantai globin dapat dibagi menjadi dua
kelompok:
1. Kelompok α (Alpha like) terdiri dari rantai alfa
dan rantai zeta
2. Kelompok β (Beta like) terdiri dari rantai beta,
gamma, delta, dan epsilon
Hb normal dewasa yaitu:
Hb A → (HbA,α2β2) : 96-98 %
Hb A2 → (HbA2,α2δ2) : 1,5 – 3,2 %
Hb F → (HbF , α2γ2): 0,5 – 0,8 %
Pada embrio (Hb embrional) → Hb Gowers 1
(ζ2ε2), Hb Gowers 2 (α2ε2) dan Hb Portland
(ζ2γ2) → hanya bertahan sampai umur janin 10
minggu
Hb F bertahan sampai bayi berumur 20 minggu
post partum
Perkembangan embrio, fetus dan dewasa
mengubah produksi hemoglobin sesuai dengan
organ hemopoesis saat itu
Regulasi dari perubahan tersebut masih belum
diketahui, diduga LCR (locus control region)
secara bergantian mempengaruhi ε,γ dan δ juga
rantai β pada waktu yang berbeda sesuai masa
pertumbuhan → diduga DNA binding protein
tertentu yang mempengaruhi aktivasi dan represi
gen sesuai masa pertumbuhan
Patofisiologi
Patogenesis talasemia secara umum dimulai dengan
adanya mutasi yang menyebabkan HbF tidak dapat
berubah menjadi HbA, adanya ineffective eritropoiesis dan
anemia hemolitik
Tingginya kadar HbF yang memiliki afinitas O2 yang
tinggi sehingga tidak dapat melepaskan O2 ke dalam
jaringan → jaringan mengalami hipoksia
Tingginya kadar rantai α-globin, menyebabkan rantai
tersebut membentuk suatu himpunan yang tak larut dan
mengendap di dalam eritrosit → merusak membran sel,
mengurangi kelenturannya dan menyebabkan eritrosit
yang peka terhadap fagositosis (melalui sistem fagosit
mononuclear)
Klasifikasi dan Manifestasi Klinis
Talasemia adalah grup kelainan sintesis
hemoglobin yang heterogen akibat pengurangan
produksi satu atau lebih rantai globin.
Secara klinis, talasemia dibagi menjadi 3 grup →
klasifikasi ini memiliki implikasi klinis, diagnosis
dan penatalaksanaan:
1. Talasemia mayor
2. Talasemia minor
3. Talasemia intermedia
Talasemia juga bisa diklasifikasikan secara
genetik menjadi α-, β-, δβ-, atau talasemia εγδβ,
sesuai dengan rantai globin yang berkurang
produksinya
Pada beberapa talasemia sama sekali tidak
terbentuk rantai globin → talasemia αo atau βo.
Bila produksinya rendah → talasemia α+ atau β+
Talasemia δβ dapat dibedakan menjadi δβo dan
δβ+ → terjadi gangguan pada rantai δ dan β
Talasemia mayor
Terjadi bila kedua orang tua membawa gen
pembawa sifat talasemia
Gejala penyakit muncul sejak awal masa
kanak-kanak dan biasanya penderita hanya
bertahan hingga umur sekitar 2 tahun
Penderita memerlukan transfusi darah
seumur hidupnya
Talasemia minor/trait
Gejala yang muncul pada penderita
talasemia minor bersifat ringan, biasanya
hanya sebagai pembawa sifat
Istilah talasemia trait digunakan untuk
orang normal namun dapat mewariskan gen
talasemia pada anak-anaknya
Manifestasi Klinis Talasemia
MAYOR INTERMEDIA MINOR

Hemoglobin (gr/dL) <7 7-10 > 10


Retikulosit (%) 2-15 2-10 <5
Eritrosit berinti ++/++++ +/+++ 0
Morfologi eritrosit ++++ ++ +
Ikterus +++ +/++ 0
Splenomegali ++++ ++/+++ 0
Perubahan skeletal ++/+++ +/++ 0
Diagnosis
Anamnesis
Pucat, gangguan nafsu makan, gangguan tumbuh kembang
dan perut membesar karena adanya hepatosplenomegali

Pemeriksaan fisis
Pucat
Bentuk muka mongoloid (facies Cooley)
Dapat ditemukan ikterus
Gangguan pertumbuhan
Splenomegali dan hepatomegali yang menyebabkan perut
membesar
Pemeriksaan penunjang
1. Darah tepi :
Hb rendah dapat sampai 2-3 g%
Gambaran morfologi eritrosit : mikrositik hipokromik, sel
target, anisositosis berat dengan makroovalositosis,
mikrosferosit, polikromasi, basophilic stippling, benda
Howell-Jolly, poikilositosis dan sel target. Gambaran ini
lebih kurang khas
Retikulosit meningkat
Variasi bentuk eritrosit
Thalasemia

Gbr Darah Tepi : Adanya sel target


2. BMP (tidak menentukan diagnosis) :
Hiperplasi sistem eritropoesis dengan normoblas terbanyak
dari jenis asidofil
Granula Fe (dengan pengecatan Prussian biru) meningkat

3. Pemeriksaan khusus :
Hb F meningkat : 20%-90% Hb total
Elektroforesis Hb: hemoglobinopati lain dan mengukur
kadar Hb F
Pemeriksaan pedigree: kedua orangtua pasien thalassemia
mayor merupakan trait (carrier) dengan Hb A2 meningkat
(> 3,5% dari Hb total)
4. Pemeriksaan lain :
Foto Ro tulang kepala : gambaran hair on end,
korteks menipis, diploe melebar dengan trabekula
tegak lurus pada korteks.
Foto tulang pipih dan ujung tulang panjang :
perluasan sumsum tulang sehingga trabekula
tampak jelas
Sering pula ditemukan gangguan pneumatisasi
rongga sinus paranasalis
DIAGNOSIS BANDING
Talasemia minor :
anemia kurang besi
anemia karena infeksi menahun
anemia pada keracunan timah hitam (Pb)
anemia sideroblastik
PENATALAKSANAAN
I. Medikamentosa
Pemberian iron chelating agent (desferoxamine): diberikan setelah
kadar feritin serum sudah mencapai 1000 mg/l atau saturasi transferin
lebih 50%, atau sekitar 10-20 kali transfusi darah. Desferoxamine,
dosis 25-50 mg/kg berat badan/hari subkutan melalui pompa infus
dalam waktu 8-12 jam dengan minimal selama 5 hari berturut setiap
selesai transfusi darah
Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian kelasi besi, untuk
meningkatkan efek kelasi besi
Asam folat 2-5 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat.
Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapat
memperpanjang umur sel darah merah.
II. Bedah → splenektomi, dengan indikasi:
– limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi
gerak penderita, menimbulkan peningkatan 
tekanan intraabdominal dan bahaya terjadinya
ruptur
– hipersplenisme ditandai dengan peningkatan
kebutuhan transfusi darah atau kebutuhan suspensi
eritrosit (PRC) melebihi 250 ml/kg berat badan
dalam satu tahun
III.Suportif
Transfusi darah :
Hb penderita dipertahankan antara 8 g/dl sampai
9,5 g/dl → akan memberikan supresi sumsum
tulang yang adekuat, menurunkan tingkat
akumulasi besi dan dapat mempertahankan
pertumbuhan dan perkembangan penderita.
Pemberian darah dalam bentuk PRC (packed red
cell), 3 ml/kg BB untuk setiap kenaikan Hb 1 g/dl.
PEMANTAUAN
I. Terapi
Pemeriksaan kadar feritin setiap 1-3 bulan, karena
kecenderungan kelebihan besi sebagai akibat 
absorbsi besi meningkat  dan transfusi darah
berulang
Efek samping kelasi besi yang dipantau: demam,
sakit perut, sakit kepala, gatal, sukar bernapas.
Bila hal ini terjadi kelasi besi dihentikan.
II.Tumbuh Kembang
Anemia kronis memberikan dampak pada proses tumbuh
kembang, karenanya diperlukan perhatian dan pemantauan
tumbuh kembang penderita.

III. Gangguan jantung, hepar dan endokrin


Anemia kronis dan kelebihan zat besi dapat menimbulkan
gangguan fungsi jantung (gagal jantung), hepar (gagal
hepar), gangguan endokrin (diabetes melitus,
hipoparatiroid) dan fraktur patologis

Anda mungkin juga menyukai