Anda di halaman 1dari 21

By.

Ridhwan
Pengertian Politik dan Khilafah
Pengertian Politik
Islam dan Politik dalam terminology ialah Islam sebagai subyek
utama yang diterangkan dan ditegaskan sebagai koridor oleh subyek
berikutnya yaitu Politik yang memunculkan arti, Islam yang
mencakup tentang Politik. 
Politik Islam dalam terminology ialah : “Sebuah tatacara dan system
ketatanegaraan yang dilandasi oleh syariat dan hukum yang telah
ditetapkan oleh Allah SWT, dalam Al Qur;an ataupun dalam Sunnah
Rasulullah SAW.

Sistem Politik dalam ajaran Islam dikenal dengan istilah syiyasah dan
khusus dibicarakan dalam fiqh syiyasah.
Politik adalah sarana ‫ ) )وسيلة‬karena tujuan atau ‫ غاية‬sebenarnya
adalah kehidupan adil, makmur, dan sejahtera (‫) ل دة طيبة وربغفور‬
Sarananya boleh negara-bangsa dan demokrasi. 
Pengertian Khilafah
 
Khilafah dalam terminologi politik Islam ialah sistem pemerintahan
Islam yang meneruskan sistem pemerintahan Rasulullah SAW, dengan
segala aspeknya yang berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah
SAW. 
Prinsip-prinsip dasar politik

Setiap sistem pemerintahan Islam tidak bisa terlepas dari prinsip-


prinsip politik dan perundang-undanganya pada al-Quran, karena
al-Quran merupakan sumber pokok dari perundang-undangan
tersebut.
Sumber pokok kedua adalah Sunnah yang merupakan petunjuk
pelaksanaan yang secara umum melengkapi norma-norma yang
ada dalam al-Quran.
Selain kedua sumber hukum tersebut, dalam sistem politik Islam
juga terdapat sumber hukum hukum Qanuni, yang bersumber dari
lembaga-lembaga pemerintahan.
Prinsip-prinsip dasar politik tersebut adalah :
1. Prinsip Musyawarah
Yaitu lembaga yang amat penting artinya Penentuan
kebijaksanaan pemerintah dalam sistem pemerintahan Islam
haruslah didasarkan atas kesepakatan musyawarah. Karena itu
musyawarah merupakan prinsip penting dalam politik Islam.
Prinsip musyawarah ini sesuai dengan ayat al-Quran Surah Ali
Imran ayat 159:

ُ‫ك ۖ َفاعْ ف‬ َ ِ‫ب اَل ْن َفضُّوا ِمنْ َح ْول‬ َ ِ‫ت َف ًّظا َغل‬
ِ ‫يظ ْال َق ْل‬ َ ‫َف ِب َما َرحْ َم ٍة ِم َن هَّللا ِ لِ ْن‬
َ ‫ت َل ُه ْم ۖ َو َل ْو ُك ْن‬
ُّ‫مْت َف َت َو َّك ْل َع َلى هَّللا ِ ۚ إِنَّ هَّللا َ ُي ِحب‬
َ ‫مْر ۖ َفإِ َذا َع َز‬ َ ‫َع ْن ُه ْم َواسْ َت ْغ ِفرْ َل ُه ْم َو َشاورْ ُه ْم فِي اأْل‬
ِ ِ
‫ين‬ َ ِ‫ْال ُم َت َو ِّكل‬
Artinya
.
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal
kepada-Nya.

2. Prinsip Keadilan
Agama Islam menempatkan aspek keadilan pada posisi yang
amat tinggi dalam sistem perundang-undangannya. Banyak
sekali ayat-ayat al-Quran yang memerintahkan berbuat adil
dalam segala aspek kehidupan manusia, seperti yang
terkandung dalam surat An-Nahl ayat 90:
‫ان َوإِي َتا ِء ِذي ْالقُرْ َب ٰى َو َي ْن َه ٰى َع ِن ْال َفحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر‬ ‫س‬َ ْ‫ح‬ ‫إْل‬ ‫ا‬‫و‬َ ‫ل‬
ِ ْ
‫د‬ ‫ع‬
َ ْ
‫ال‬ ‫ب‬ ‫ر‬
ُ ‫م‬
ُ ْ‫إنَّ هَّللا َيأ‬
ِ ِ ِ َ ِ
ُ ‫َو ْال َب ْغي ۚ َي ِع‬
َ ‫ظ ُك ْم َل َعلَّ ُك ْم َت َذ َّكر‬
‫ُون‬ ِ
Kewajiban berlaku adil dan menjauhi perbuatan zalim
mempunyai tingkatan yang amat tinggi dalam struktur
kehidupan manusia dalam segala aspeknya. Keadilan
merupakan tujuan umum atau tujuan akhir dalam
pemerintahan Islam

3. Prinsip Kebebasan
Prinsip kebebasan yaitu kebebasan bagi warga negara untuk
memilih suatu yang lebih baik, atau kebebasan berfikir yang
lebih baik dan mana yang lebih buruk, sehingga proses berfikir
ini dapat melakukan perbuatan yang baik sesuai dengan
pemikiranya.
Kebebasan berfikir dan berbuat ini pernah diberikan oleh Allah
kepada nabi Adam dan Hawa untuk mengikuti petunjuk yang
diberikan oleh Allah. Sebagai mana Firman Allah Surat Taha
ayat 123:
َ ‫ض َع ُد ٌّو ۖ َفإِمَّا َيأْ ِت َي َّن ُك ْم ِم ِّني ُه ًدى َف َم ِن ا َّت َب َع ُه َد‬
‫اي‬ ُ ْ‫َقا َل اهْ ِب َطا ِم ْن َها َج ِميعًا ۖ َبع‬
ٍ ْ‫ض ُك ْم ِل َبع‬
‫ض ُّل َواَل َي ْش َق ٰى‬ ِ ‫َفاَل َي‬

Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi
musuh bagi sebagian yang lain.Maka jika datang kepadamu petunjuk
daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan
sesat dan tidak akan celaka.
4. Prinsip Persamaan
Prinsip persamaan berarti bahwa setiap individu dalam
masyarakat mempunyai hak yang sama, juga mempunyai
persamaan mendapatkan kebebasan dalam berpendapat,
kebebasan, tanggung jawab, dan tugas-tugas
kemasyarakatan tanpa diskriminasi rasial, asal usul, bahasa
dan keyakinan.
Berdasarkan prinsip persamaan ini sebenarnya tidak ada
rakyat yang diperintah secara sewenang-wenang dan tidak
ada penguasa yang memperbudak rakyatnya. Allah
menciptakan laki-laki dan perempuan dengan berbagai bangsa
dan suku bukanlah untuk membuat jarak antara mereka.
Bahkan diantara mereka agar dapat saling tukar pengalaman.
Al-Quran menegaskan yang membedakan diantara manusia
adalah hanya karena taqwanya. Sebagaimana firman Allah
Surat al-Hujurat ayat 13:
ۚ ‫ارفُوا‬ َ ‫شعُوبًا َو َق َبا ِئ َل لِ َت َع‬ُ ‫َيا أَ ُّي َها ال َّناسُ إِ َّنا َخ َل ْق َنا ُك ْم ِمنْ َذ َك ٍر َوأ ُ ْن َث ٰى َو َج َع ْل َنا ُك ْم‬
‫إِنَّ أَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْندَ هَّللا ِ أَ ْت َقا ُك ْم ۚ إِنَّ هَّللا َ َع ِلي ٌم َخ ِبي ٌر‬
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
5. Prinsip Menunaikan Amanat
Prinsip ini adalah prinsip yang mengandung setiap orang
yang beriman agar menunaikan amanat yang menjadi
tanggung jawabnya, baik itu amanat dari Tuhan ataupun
amanat dari sesama manusia..

6. Prinsip Ketaatan kepada Allah, Rasul dan Ulil Amri


Ungkapan ulul amri terdiri dari dua kata yaitu ulu dan al-amr.
Ulu berarti pemilik dan al-amr berarti perintah, tuntutan untuk
melakukan sesuatu dan keadaan pemilik kekuasaan atau
hak untuk memberi perintah. Atau sejalan dengan siapa
yang memiliki kekuasaan berarti ia berhak memberi perintah
7. Prinsip merujuk kepada Allah dan Rasul jika terjadi
kesalahan.
Prinsip ini mengisyaratkan adanya kemungkinan terjadi
perselisihan di antara umat islam tentang sesuatu dan mereka
saling menyalahkan. Jika dalam keaadan demikian, maka
diselesaikan dengan mengembalikan persoalannya kepada Al
Qur’an dan Sunnah. Prinsip ini juga mengisyaratka adanya
penggunaan musyawarah sebagai metode pembinaan hokum
dan pengambilan keputusan politik
SISTEM KHILAFAH DALAM PRAKTEK
Khilafah atau negara Islam ini merupakan institusi politik, yang
tidak akan dapat diasingkan daripada aktivitas politik.
Sedangkan aktivitas politik Islam didasarkan kepada empat
asas yaitu :
1. kedaulatan ditangan syara’ (As-Siyadah li As-Syar’i), yaitu
“sesuatu yang mengendalikan dan melaksanakan
aspirasi”. Apabila seseorang mengendalikan dan
melaksanakan aspirasinya sendiri, maka dia menjadi
hamba (abdun) sekaligus sebagai tuan (sayyid).
Konsekuensinya
•yang menjadi pengendali dan penguasa adalah hukum syara’,
bukannya akal.
• siapapun akan mempunyai kedudukan yang sama di hadapan
hukum syara’, apakah dia penguasa (Ial-hakim) ataupun rakyatnya
(al-mahkum).
•keta’atan kepada penguasa terikat dengan ketentuan hukum syara’,
dan bukannya keta’atan secara mutlak.
•wajib mengembalikan masalah kepada hukum syara’, apabila
berlaku perselisihan antara penguasa dengan rakyat.
• Wajib melakukan pengawasan ke atas negara yang dilakukan umat,
apabila terjadi penyimpangan negara atau penguasa dari salah

•adanya mahkamah yang bertugas untuk menghilangkan


penyimpangan terhadap hukum syara’ adalah wajib.
•mengangkat senjata untuk mengambil alih kekuasaan apabila
Khalifah kaum muslimin telah menyimpang daripada hukum syara’
dan nyata kufur adalah wajib.
2. Kekuasaan ditangan ummat ini tercermin daripada
pengambilan kekuasaan yang diambil dalam Al-Hadist
maupun Ijma’ sahabat, yang semuanya dilakukan melalui
bai’at, sedangkan bai’at adalah akad yang diberikan oleh
ummat kepada Khalifah.
Konsekuensinya
•tidak ada satu kekuasaan pun yang diperolehi oleh seorang muslim,
kecuali diberikan oleh ummat.
•ummat mempunyai hak untuk mengangkat khalifah dengan ridha,
tidak dibenarkan melalui paksaan.
•Pemerintahan Islam tidak berbentuk kerajaan, yang diperolehi
dengan warisan.
•meskipun ummat berhak mengangkat penguasa, namun kedudukan
ummat bukan sebagai musta’jir (majikan) manakala khalifah bukan
pula sebagai ajir (buruh).
•ummat mempunyai hak syura kepada khalifah. Meskipun tidak
mempunyai hak untuk memecat.
•penguasa adalah pelayan ummat yang melayani mereka dengan
memenuhi maslahat mereka dan mencegah mudharat yang
menimpa mereka berdasarkan hukm syara’.
3. aktivitas politik di dalam Islam adalah pengangkatan satu
khalifah untuk seluruh kaum muslimin hukumnya wajib (wujud
nashbi al-khalifah al-wahid li al-muslimin).
Konsekuensinya :
•khalifah Islam wajib hanya seorang saja.
•bentuk negara kekhalifahan Islam adalah berbentuk kesatuan.
•sistem pemerintahan Khilafah Islam mengikut sistem pusat
(centralization), sedangkan sistem administrasinya mengikut sistem
tidak terpusat (desentralization).
•khilafah adalah negara, karena konsep negara di dalam Islam
berbeda dengan konsep kapitalisme maupun sosialisme .

4. aktivitas politik di dalam Islam adalah Khalifah-lah satu-


satunya yang mempunyai hak untuk mengambil dan
menetapkan hukum syara’ untuk menjadi undang-undang (li
al-khalifah wahdah haq at-tabbani).
konsekuensi
•tidak ada yang berhak membuat undang-undang kecuali khalifah.
•kekuasaan untuk membuat keputusan ada ditangan seorang
saja, yaitu khalifah.
•kepemimpinan Negara Islam bersifat tunggal, tidak ada
kepemimpinan kolektif dalam negara Islam.
•khalifah mempunyai hak untuk mengambil dan menetapkan
hukum syara’ untuk menghilangkan perselisihan di tengah
masyarakat. Hal ini sesuai dengan kaedah hukum syara’:
•dalam mengambil dan menetapkan hukum syara’ bagi khalifah
hukumnya adalah mubah.(Hafidz Abdurrahman, 1998 : 193).
Apabila berlaku mudharat jika tidak diambil dan ditetapkan oleh
Khalifah, karena akan menimbulkan perselisihan di tengah ummat,
maka ketika itu mengambil dan menetapkan hukum syara’
hukumnya adalah wajib, karena itu, tidak semua masalah akan
diambil dan ditetapkan hukumnya oleh khalifah.
TUJUAN KHILAFAH
•Secara umum

Secara umum yaitu untuk mewujudkan kehidupan masyarakat


yang adil dan makmur, sejahtera lahir dab batin serta
memperoleh ampunan dan ridho dari Allah SWT

•Secara khusus

Melanjutkan kepemimpinan islam seteh nabi Muhammad


saw wafat. Hal tersebut tidak berarti menggantikan
kedudukannya sebagai nabi, melainkan sebagai pemimpin dan
pelanjut risalah yang telah diajarkan oleh beliau

Mengupayakan kesejah teraan lahir dan batin dalam rangka


memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat
Mewujudkan dasar-dasar khilafah yang adil dalam seluruh
aspek kehidupan umat islam

Untuk membentuk suatu masyarakat yang hidupnya subur,


makmur, sejahtera da berkeadilan serta mendapat ampunan
dari Allah STW

Sistem khilafah yang sekular secara nyata dapat dilihat pada


praktek pemerintahan Islam generasi Khulafa al-
Rasyidun (para Khalifah yang diberi petunjuk), yang dimulai
periode Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali. Serangkaian
proses politik yang dijalankan dalam pemilihan dan pergantian
khalifah berada di luar koridor otoritas keagamaan. Fungsi
kekhalifahan para Khulafa al-Rasyidun bukanlah “wakil Tuhan”
tetapi mereka menggantikan fungsi kenabian dan melanjutkan
otorisasi keagamaan yang sebelumnya melekat dalam diri
Nabi Muhammad. 
Persoalan yang datang kemudian adalah ketika praktek
kekhalifahan terus ditarik ke dalam wilayah keagamaan,
mencari pembenaran-pembenaran otoritatif dari agama
sekadar meneguhkan dan melegitimasi sistem negara Islam
berdasarkan khilafah. Hal inilah yang tercermin dari model
khilafah pasca Khulafa al-Rasyidun yang keseluruhannya
bersifat monarki absolut, otoriter dan klaim tentang khalifah
sebagai “wakil Tuhan” secara politik benar-benar diwujudkan.

Anda mungkin juga menyukai