Anda di halaman 1dari 34

Hubungan IQ

Terhadap
Kejadian
Depresi
Pendahuluan
• Emosi merupakan kompleksitas perasaan meliputi psikis, somatik
dan perilaku yang berhubungan dengan afek dan mood.

• Emosi adalah perasaan yang dihayati secara sadar

• Afek adalah dorongan dorongan yang mendalam yang mendasari


kehidupan perasaan yang sadar atau tidak sadar.

• Mood adalah subjektivitas peresapan emosi yang dialami dan dapat


diutarakan,dan terpantau oleh orang lain
• Contoh mood : depresi,elasi,marah
Tanda dan gejala
 Depresi ditandai dengan adanya :
 Perasaan sedih
 Kurangnya energi dan minat
 Murung
 Iritabilitas
 Masalah tidur
 Nafsu makan terganggu
 Distorsi kognitif seperti mengkritik diri sendiri,timbul rasa
bersalah,perasaan tidak berharga,kepercayaan diri menurun,pesimis
dan putus asa
 Pikiran untuk bunuh diri
 Depresi mempunyai tiga variasi episode ;-Ringan,Sedang dan Berat
Etiologi
 Faktor organobiologi
Neurotransmitter : serotonin, norepinefrin, dopamin
 Faktor Genetik
Peneletian dalam keluarga,berkaitan adopsi,hubungan anak
kembar
 Faktor Psikososial
Peristiwa kehidupan dan stressor lingkungan
 Faktor Kepribadian
 Faktor psikodinamik pada depresi
Penggolongan diagnosis
F32 Episode Depresif
Pedoman diagnostik
Gejala utama
• Perasaan depresif
• Kehilangan minat dan kegembiraan
• Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya
keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitas
Gejala lainnya
• Konsentrasi dan perhatian berkurang
• Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
• Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
Penggolongan diagnosis
• Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
• Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh
diri
• Tidur terganggu
• Nafsu makan berkurang
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan
tersebut diperlukan masa sekurang-kurangnya 2
minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode
lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa
beratnya dan berlangsung cepat
F32.0 Episode Depresif Ringan
Pedoman diagnostik
• Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama
depresi
• Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya
• Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya.
• Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-
kurangnya sekitar 2 minggu.
• Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan
sosial yang biasa dilakukannya.
F32.1 Episode Depresif Sedang

(1)Sekurang kurangnya 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada


episode depresif ringan
(2)Ditambah sekurang kurangnya 3 (sebaiknya 4) gejala lainnya
(3)Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2
minggu
(4)Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan
sosial,pekerjaan dan urusan rumah tangga
F 32.2 Episode Depresif Berat Tanpa Gejala Psikotik

(1)Semua 3 gejala utama depresi harus ada


(2)Ditambah sekurang kurangnya 4 dari gejala lainnya dan
beberapa di antaranya harus berintensitas berat.
(3)Harus berlangsung sekurang kurangnya 2 minggu tetapi kalau
onset sangat cepat maka masih dibenarkan untuk menegakkan
diagnosis kurang dari 2 minggu
(4)Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan
kegiatan sosial,pekerjaan atau urusan rumah tangga kecuali pada
taraf yang sangat terbatas.
F 32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala
Psikotik

•Episode Depresif berat yang memenuhi kriteria


F 32.2
• Disertai waham,halusinasi atau stupor depresif.
Gangguan Depresif Berulang
Pedoman Diagnostik
• Gangguan tersifat dengan episode berulang dari episode depresi
ringan,sedang dan berat
• Episode masing masing rata-rata lamanya sekitar 6 bulan akan tetapi
frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan gangguan bipolar.
• Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peninggian afek dan
hiperaktivitas yang memenuhi kriteria mania
• Pemulihan keadaan biasanya sempurna diantara episode ,namun sebagian
kecil pasien mungkin mendapat depresi yang akhirnya menetap , terutama
pada usia lanjut
• Episode masing-masing, dalam berbagai tingkat keparahan, seringkali
dicetuskan oleh peristiwa kehidupan yang penuh stres atau trauma menal
lain (adanya stres tidak esensial untuk penegakkan diagnosis)
F 33.0 Episode Depresif Berulang,Episode Kini Ringan
(1)Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi,dan
episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif
ringan
(2)Sekurang –kurangnya dua episode telah berlangsung masing-
masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa
bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna .

F33.00 Tanpa gejala somatik


F33.01 Dengan gejala somatik
F 33.1 Gangguan Depresif Berulang ,Episode Kini
Sedang
(1)Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi ,
dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif sedang
(2)Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing –
masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa
bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna

F33.10 Tanpa gejala somatik


F33.11 Dengan gejala somatik
F 33.2 Gangguan Depresif Berulang ,Episode kini Berat
tanpa gejala psikotik
(1)Kriteria untuk gangguan depresi berulang harus dipenuhi,dan
episode sekarang harus memenuhi kriteria episode depresif berat
tanpa gejala psikotik
(2)Sekurang kurangnya 2 episode telah berlangsung masing-
masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa
bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna
F 33.3 Gangguan Depresif Berulang ,Episode Kini
Berat dengan Gejala Psikotik
(1)Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi dan
episode sekarang harus memenuhi kriteria dengan episode
depresif berat dengan gejala psikotik

(2)Sekurang kurangnya 2 episode telah berlangsung masing-


masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa
bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna
F 33.4 Gangguan Depresif Berulang,Kini dalam Remisi
(1)Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus pernah
dipenuhi di masa lampau,tetapi keadaan sekarang harusnya tidak
memenuhi kriteria untuk episode depresif dengan derajat
keparahan apa pun atau gangguan lain apa pun dalam F30-39
(2)Sekurang kurangnya 2 episode telah berlangsung masing-
masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa
bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna
Penatalaksanaan
Tujuan
1.Keselamatan pasien
2.Kelengkapan evaluasi diagnostik pasien
3.Untuk gejala dan kesehatan jiwa pasien ke depan
4.Menurunkan stressor berat dalam kehidupan pasien
Rawat Inap

Indikasi jelas untuk rawat inap

1.Kebutuhan untuk prosedur diagnostik

2.Risiko untuk bunuh diri dan melakukan pembunuhan

3.Berkurangnya kemampuan pasien untuk asupan makanan dan


tempat perlindungan

4.Riwayat gejala berulang dan hilangnya sistem dukungan


Terapi Keluarga
•Bukan terapi primer untuk depresi berat
•Dapat membantu pasien dengan gangguan mood untuk
mengurangi dan menghadapi stress

Indikasi
1.Gangguan yang membahayakan perkawinan pasien atau fungsi
keluarga
2.Gangguan mood didasari /dapat ditangani oleh situasi keluarga
Farmakoterapi
Antidepresan
•Obat anti-depresi TRISIKLIK / TRICYCLIC
ANTIDEPRESSANTS (TCA) ;-
amitriptyline,imipramine,clomipramine,tianeptin
•Obat anti-depresi TETRASIKLIK ;-
maprotiline,mianserin,amoxapine
•Obat anti-depresi MAOI reversible / Reversible Inhibitor of
Monoamine Oxydase – A ( RIMA) ;-
moclobemide
• Obat anti –depresi SSRI (Selective Serotonin Reuptake
Inhibitors);-
sertaline .paroxetine,fluvoamine
,fluoxetine,duloxetine,citalopram
• Obat anti-depresi Atypical ;-
trazadone,mirtazapine,venlafaxine
• Pada pemberian antidepressant ,efek antidepresan optimal
dalam 3-4 minggu
• Timbulnya efek samping,menunjukkan obat bekerja
• Efek Samping SSRI – gelisah,mual,muntah
• Efek Samping Trisiklik dan Tetrasiklik – paling menyebabkan
kematian.
• Efek Samping lain – hipotensi,penurunan libido,disfungsi
ereksi,anorgasmia
Obat trisiklik dan MAOI – gejala yang membaik dimulai dari
perbaikan tidur,selera makan,perasaan kurang energi,terakhir
perasaan depresi
• Bila setelah 3 minggu setelah pemberian obat tidak ada
perbaikan gejala atau perbaikan kurang dari 20% ,maka
diganti antidepressantnya
• Setelah 3-6 minggu,masih respon parsial,maka dosis obat
dinaikkan sehingga maksimal atau pemberian augmentasi
misalnya : lithium,psikostimulan.
• Terapi antidepressant harus dipertahankan setidaknya 6 bulan
atau sesuai pengobatan episode sebelumnya
ECT (Elctroconvulsive theraphy)
Indikasi
1.Obat tidak berhasil.
2.Kondisi pasien menuntut remisi segera (bunuh diri yang akut)
3.Pada beberapa depresi psikotik
4.Pada beberapa pasien tua yang tidak dapat mentoleransi obat
(penyakit jantung)
KECERDASAN
INTELEQTUAL (IQ)
• Inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara
terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi
lingkungannya secara efektif.
• Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi
adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses
berpikir secara rasional.
Hubungan Antara Nilai IQ dengan
Kejadian Depresi
• Orang yang memiliki IQ tinggi yang memiliki begitu banyak
hal dalam pikiran mereka sehingga mereka secara mental
selalu gelisah, namun, ada referensi malah mengatakan
sebaliknya.
• IQ rendah merupakan indikasi dari kekurangan atau
kurangnya kemampuan kognitif yang diperlukan untuk
melaksanakan sebagian besar tugas yang berhubungan dengan
pendidikan dan pekerjaan

•Raww Cristina, Ian Dyari, et al. Intelligence in youth and mental health at age 50. United Kingdom. 2016.

Navradi LB, Ritchie, Chan S.W.Y, et al. Intelligence and neuroticism in relation to depression and psychological distress: Evidence from
two large population cohorts. Division of Psychiatry, University of Edinburgh, Royal Edinburgh Hospital, Edinburgh, EH10 5HF, UK.
2016.
IQ Rendah
• Orang dengan tingkat IQ rendah cenderung berkinerja buruk
dan gagal mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang baik yang
menuntut kecerdasan rata-rata hingga tingkat tinggi. Sehingga
mereka hanya menganggur dan tidak mendapatkan
penghasilan yang cukup untuk menopang keluarga mereka.
Akibatnya, hubungan mereka bisa rusak.
• Pengangguran, pendapatan rendah, hubungan yang rusak dan
frustrasi, orang dengan IQ rendah dapat memiliki banyak
alasan untuk mengalami depresi
• Namun beberapa peneliti juga mengklaim bahwa hubungan
terbalik itu bisa terjadi. Menurut mereka, depresi menurunkan
kemampuan kognitif seseorang.
• Pasien depresi menunjukkan penurunan kemampuan fungsi di
lobus frontal otak mereka. Lobus frontal dikaitkan dengan
fungsi mental dan kemampuan eksekutif yang lebih tinggi.
• Siswa dengan nilai terendah juga memiliki peningkatan risiko
gangguan depresi dan bipolar, walaupun tidak sebanyak siswa
dengan nilai/IQ tinggi

James McCabe, Matc, et al. Excellent school performance at age 16 and risk of adult bipolar disorder: national cohort study. The British
Journal of Psychiatry.2010.
• Orang dengan IQ yang rendah memiliki resiko untuk
terjadinya gangguan psikiatri yang lebih berat disertai dengan
peningkatan resiko untuk memiliki diagnosis pada gangguan
psikiatri lebih dari satu diagnosis. Salah satu penelitian
menyebutkan IQ yang rendah pada anak-anak diprediksi akan
meningkatkan resiko terjadinya skizofrenia, depresi dan
ansietas pada usia dewasa
IQ Tinggi
• Menurut salah satu jurnal penelitian mengungkapkan bahwa
kecerdasan bertindak sebagai faktor pelindung dalam
mengurangi efek neurotisme pada tekanan psikologis.
Kecerdasan tidak memberikan perlindungan terhadap
diagnosis depresi pada mereka yang neurotisme tinggi. Tetapi
hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan yang lebih
tinggi dapat memperbaiki hubungan antara neurotisme dan
depresi.

Navradi LB, Ritchie, Chan S.W.Y, et al. Intelligence and neuroticism in relation to depression and psychological distress: Evidence from
two large population cohorts. Division of Psychiatry, University of Edinburgh, Royal Edinburgh Hospital, Edinburgh, EH10 5HF, UK.
2016.
• Dalam sebuah penelitian pada anak-anak dengan tingkat IQ di atas 130,
dianggap lebih unggul dan para peneliti menemukan bahwa 65 persen
subjek mengalami gangguan depresi berat.
• Orang yang sangat cerdas juga sangat sensitif dan cenderung menarik diri
secara sosial. Orang-orang dengan IQ tinggi tidak memiliki sistem
pendukung atau saluran kreatif untuk membantu mereka mengatasi
kesedihan mereka. Beberapa jurnal juga mengaitkan skor A (tinggi) di
sekolah dengan peningkatan empat kali lipat dalam kemungkinan
mengembangkan gangguan depresi di masa dewasa

James McCabe, Matc, et al. Excellent school performance at age 16 and risk of adult bipolar disorder: national cohort study. The British
Journal of Psychiatry.2010.

Karpinski Ruth, Audrey, et al. High intelligence: A risk factor for psychological and physiological overexcitabilities. Department of
Psychology, Pitzer College, 1050 N. Mills Avenue, Claremont, CA 91711, USA. 2018
KESIMPULAN
• Secara keseluruhan, untuk menetukan hubungan pasti antara
tingkat IQ dengan kejadian depresi masih dibutuhkan lebih
banyak penelitian dan penelitian yang lebih mendalam.
• Namun, banyak referensi yang mengatakan bahwa tingkat IQ
yang lebih tinggi dimasa muda meningkatkan angka kejadian
depresi.
• Terdapat pula referensi yang menjelaskan bahwa IQ rendah
juga meningkatkan angka kejadian depresi.
• Bahkan ada referensi yang menjelaskan bahwa IQ tinggi dapat
memperbaiki hubungan antara neurotisme dan depresi.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai