Anda di halaman 1dari 142

PPT Modul 1

E v i t a P r a ti w i
1810312017
Kelainan telinga luar
1. Kongenital
2. didapat
Kelainan kongenital
Embriologi :
Fistula preaurikular
• Umumnya terjadi pada anak-
anak
• Prevalensi di asia 4-10%
• Asimptomatik
• Unilateral / bilateral
• Tatalaksana : antibiotik, insisi,
bedah
• Komplikasi : perdarahan, infeksi,
paralisis fasialis, keloid
mikrotia
• Kelainan kongenital yang
daun telinga nya lebih kecil
dan tidak sempurna.
• Anak laki-laki > perempuan
• Angka kejadian 1:7000
• Etiologi : genetik, infeksi virus,
intoksikasi bahan kimia, obat
teratogenik.
• Faktor resiko : ras, anemia
saat hamil, kehamilan resiko
tinggi, lahir premature.
• Manifestasi klinis : daun
telinga lebih kecil dan tidak
sempurna, daun telinga
terletak jauh ke depan dan
lebih rendah.
OTOMIKOSIS
OTOMIKOSIS
peradangan pada kanalis auditorius eksternus yang disebabkan oleh
jamur.
Distribusi penyakit ini lebih sering pada daerah tropis dan sub tropis
karena memiliki tingkat kelembaban yang tinggi.
Factor predisposisinya : karena ketiadaan serumen, kelembaban yang
tinggi, trauma local akibat cutton buds.
Diagnosis bisa ditegakkan jika pada saat anamnesis ditemukan adanya
rasa gatal yang dominan, nyeri dalam telinga, rasa penuh serta ada
secret yang keluar dari telinga, ada riwayat aktifitas yang berhubungan
dengan air misalnya berenang.
OTOMIKOSIS
Pada pemeriksaan fisik ditemukan hiperemi, edema liang telinga,
membrane timpani sering tertutup debris.
Pada pemeriksaan otoskopi ada gambaran aspergillus sp berupa
sumbatan oleh massa yang berwarna kelabu kotor terdiri dari miselium
dengan hida dan konidifora ,spons bersamaan eksudat yang hampir
menutupi seluruh liang telinga.
Tatalaksana :membersihkan liang telinga, menjaga telinga tetap kering +
tetes telinga yang mengandung campuran antibiotic dan steroid.
TRAUMA - PSEUDOKISTA
• Benjolan di daun telinga ini
disebabkan oleh adanya kumpulan
cairan kekuningan diantara lapisan
perikondrium dan tulang rawan
telinga.
• Pseudokista ini sering terjadi
setelah trauma ringan.
• Penyakit ini banyak terjadi pada
laki-laki berusia 30-40 tahun dan
prevalensi lebih tinggi pada ras kulit
putih.
Gejala klinis : bengkak tanpa rasa sakit yang terus berkembang selama
4-12 minggu, ada riwayat trauma yang menyertai seperti tidur dibantal
yang keras, memakai helm / earphone.
Secara histologi pseudokista ini ditandai dengan rongga
intracartilaginous nya kurang memiliki lapisan epitel.
Tumor ganas telinga
• Yang paling sering ditemukan
didaun telinga adalah karsinoma
sel basal.
• Karsinoma sel basal liang telinga
luar biasanya mulai dari 1/3 luar
liang telinga, kemudian
berkembang secara cepat ke
perikondrium yang akhirnya
merusak kartilago menyebar ke
arah telinga tengah dan mastoid.
• Gejala klinis : rasa nyeri, rasa
penuh dalam telinga, gangguan
pendengaran dan vertigo
Otitis eksterna
definisi
Radang liang telinga baik akut maupun kronis yang
dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur dan
virus, dengan tanda-tanda khas yaitu rasa tidak enak
di liang telinga, deskuamasi, sekret di liang telinga dan
kecenderungan untuk kambuhan
Klasifikasi otitis eksterna

Berdasarkan penyebaran infeksi


a. otitik eksterna sirkumskripta
b. otitis eksterna difusa
c. otitis eksterna nekrotikans
Berdasrkan waktu terjadinya
a. otitis eksterna akut
b. otitis eksterna subakut
c. otitis eksterna kronis
Berdasarkan penyebab
a. virus
b. bakteri
c. jamur
4 dari 1000 per tahun
di AS, musim panas
kasus meningkat

Kejadian meningkat
di negara tropis

Prevalensi meningkat
> 65 tahun

epidemiologi
etiologi
bakteri ( s. aureus, s. albus) jamur 10%
(pityrosporum, aspergilosis ), virus
( varisela zoster)
Juga dapat disebabkan oleh penyebaran
luas dari proses dermatologi non infeksi
Otitis eksterna
patofisiologi
KLA SIFIKASI

Otitis eksterna sirkumskripta


( furunkel:bisul)
● Otitis eksterna sirkumskripta adalah infeksi
oleh kuman pada kulit di sepertiga luar ● Gejala klinis rasa nyeri yg sangat hebat
liang telinga yang mengandung adneksa tidak sesuai ukuran bisul dan gangguan
kulit, seperti folikel rambut, kelenjar pendengaran pada furunkel yg besar
sebasea dan kelenjar serumen sehingga ● edema dapat menyebar ke sulkus post
membentuk furunkel. aurikular menyebabkan daun telinga
● Sering timbul pada seseorang yang terdorong ke depan
menderita diabetes. Kuman penyebabnya ● Tx:
biasanya Staphylococcus aureus atau abses->aspirasi steril,
Staphylococcus albus Dinding furunkel tebal: insisi-> drain
● Beberapa furunkel mungkin bersatu diberikan Ab salep (polimixin b atau bacitracin),
membentuk karbunkel jika infeksiberlanjut hanya diberikan obat simptomatik analgetic
tidak diterapi, akan timbul selulitis dan atau obat penenang.
mungkin limfadenitis regional
Otitis eksterna
furunkel
klasifikasi

Otitis eksterna difus


● Mengenai 2/3 dalam liang telinga ● Dapat terjadi sekunder pada otitis
● OED dikenal juga sebagai telinga media supuratif kronis
cuaca panas (hot weather ear), ● Rasa penuh pada telinga merupakan
telinga perenang (swimmer ear), keluhan yang umum pada tahap
● Tampak kulit liang telinga hiperemis awal dari otitis eksterna difusa
dan edema yang tidak jelas batasnya ● Tx: membersihkan liang telinga,
● Kuman penyebab terseringnya memasukan tampon yang
adalah pseudomonas mengandung antibiotik ke liang
● Gejala: nyeri tekan tragus, liang telinga agar kontak obat dengan kulit
telinga sangat sempit, kgb regional yg meradang
membesar dan nyeri, secret berbau ● Obat Ab sistemik
(secret tidak mengandung musin)
Tiga fase klinis otitis eksterna difus

1. Prainflamasi
tanda: edema stratum korneum liang telinga

2. Inflamasi akut
● ringan:
eritema , edema ringan, sekret jernih pada kanal
● Sedang
kanal lebih edema dan eksudat lebuh banyak
● berat
obliterasi lumen, secret purulent, kulit konka eritema dan berisisik,
infeksi meluas ke jaringan lunak sekitar dan limfonodi servikal

3. kronis
inflamasi menetap lebih 3 bulan
Otitis eksterna
difusa
klasifikasi

Otitis eksterna maligna


● Gejala: gatal dan nyeri, secret yang
● Infeksi difus di liang telinga luar dan banyak, pembengkakan liang telinga.
struktur lain di sekitarnya (basis Dapat menyebabkan paralisis atau
kranii). paresis fasial
● Orang tua dan DM ● Pem fisik: granulasi,paresis/paralisis
Diabetes mudah mengalami otitis saraf kranialis, sindrom foramen
eksterna-> imunnocompromize dan jugular
mikroangiopati ● Tx: harus cepat diberikan sesuai
● Pada otitis eksterna maligna dengan hasil kultur, selagi menunggu
peradangan meluas secara progresif ciprofloxacin dosis tinggi per oral,
kelapisan subkutis, tulang rawan dan keadaan berat Ab parenteral
tulang disekitarnya (kondroitis, kombinasi dengan aminoglioksida
osteitis, osteomyelitis selama 6-8 minggu.
menghghancurkan tulang temporal) ● Membersihkan debrimen secara
radikal
Otitis eksterna
maligna
klasifikasi

otomikosis
● Infeksi jamur di liang telinga yang
disebabkan oleh kelembaaban yang tinggi
● Tersering pitysporum dan aspergilus
● Pitysporum -> bentuk sisik spt ketombe
dan meurpakan predesposisi dari otitis
eksterna bakterialis
● Gejala: rasa gatal, rasa penuh liang telinga
● Tx:membersihkan liang telinga ( larutan
asam asetat 2% dalam alcohol,larutan
iodium pividon 5%, tetes telinga Ab dan
steroid
● Dapat juga diberikan anti jamur nystatin
dan klotrimazol
klasifikasi

Herpes zoster otikus


● Sindrom ramsay-hunt
● Disebabkan oleh infeksi virus varicella
zoster yang menyerang satu atau lebih
dermatome saraf kranialis, misalnya saraf
trigeminalis, ganglion genilatikum, dan
radiks servikalis bagian atas
● Gejala:
vesikel di wajah dan telinga
otalgia
gangguan pendengaran
● Pem fisik: vesikel berthana sebentar dan
mengalami ruptur, mongering dan
membentuk krusta lalu akhirnya sembuh
● Tx: asiklovir, kortikosteroid
prognosis

● Rekurensi penyakit dilaporkan sekitar 9-27% dari pasien. Hal ini berhubungan dengan lamanya pemberian
terapi yang tidak cukup
● Otitis eksterna maligna kambuh sekitar satu tahun pengobatan komplit.
● Chandler melaporkan rata-rata kematian 50% tanpa pengobatan. Kematian berkurang sampai 20% dengan
ditemukannya antibiotik yang cocok dan perbaikan modalitas imaging.
● Penelitian sekarang melaporkan kematian turun sampai 10%, tetapi kematian tetap tinggi pada pasien
dengan neuropati atau adanya komplikasi intrakranial
OTITIS MEDIA
Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh
mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan
sel-sel mastoid.
Otitis media terbagi atas :
-otitis media supuratif (otitis media akut =OMA) dan otitis
media supuratif kronis (OMSK/ OMP).
-otitis media non supuratif (= otitis media serosa. otitis
media sekretoria, otitis media musinosa, otitis media
efusi/OME).
OTITIS MEDIA
Otitis media

Non
Supuratif
Supuratif

Kronis/ OM
Akut/
OMA OMSK Serosa/ Glue
Barotrauma
Ear

Tipe Aman Tipe Bahaya


Bahaya
(tanpa
(tanpa (dengan
(dengan
kolesteatoma)
kolesteatoma) kolesteatoma)
kolesteatoma)
1. Otitis Media
Supuratif
- OTITIS MEDIA AKUT
- OTITIS MEDIA KRONIK
OMA/Otitis Media Akut
Defenisi Otitis media akut paling sering
diderita oleh anak usia 3 bulan-
Otitis media supuratif akut (OMSA) 3 tahun. Tetapi tidak jarang juga
adalah infeksi akut telinga mengenai orang dewasa. Anak-
tengah dalam waktu yang anak lebih sering terkena OMA
singkat yang berlangsung dikarenakan beberapa hal,
selama 3 minggu atau kurang diantaranya :
karena infeksi bakteri piogenik
dan mengeluarkan nanah. 1. Sistem kekebalan tubuh anak
yang belum sempurna
2. Tuba eusthacius anak lebih
Epidemiologi pendek, lebar dan terletak
horizontal
3. Adenoid anak relative lebih
besar dan terletak berdekatan
dengan muara saluran tuba
eusthachii sehingga
mengganggu pembukaan tuba
eusthachii. Adenoid yang
mudah terinfeksi menjadi jalur
penyebaran bakteri dan virus ke
telinga tengah.
Etiologi dan Patologi : Stafilokokus aureus
- Terganggunya fungsi TE ( Pengatur Pneumokokus
Tekanan/ventilasi, Proteksi,dan
Drainase) -> pencegahan invasi Haemophilus influenzae (<5 th)
kuman ke dalam telinga tengah juga
terganggu, sehingga kuman masuk
ke dalam telinga tengah dan terjadi
peradangan.
Faktor pencetus :
- ISPA
- Infeksi, gangguan imunologi, alergi,
lingkungan tidak steril, faktor sosial,
gangguan fungsi tuba Eustachius
(sumbatan TE)
- Kuman Penyebab
Streptokokus beta-hemolitikus
Patogenesis
Faktor pencetus terjadinya OMA dapat didahului oleh terjadinya infeksi saluran
pernapasan atas yang berulang disertai dengan gangguan pertahanan tubuh oleh
silia dari mukosa tuba eusthachii,enzim dan antibodi yang menimbulkan tekanan
negative sehingga terjadi invasi bakteri dari mukosa nasofaring ke dalam telinga
tengah melalui tuba eusthachii dan menetap di dalam telinga tengah menjadi otitis
media akut.

Ada 5 stadium otitis media akut (OMA) berdasarkan pada perubahan mukosa
telinga tengah, yaitu :
1. Stadium Oklusi
Ditandai dengan gambaran retraksi membrane timpani akibat tekanan
negative telinga tengah. Kadang- kadang membrane timpani tampak normal atau
berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi tetapi sulit dideteksi.

2. Stadium Hiperemis
Tampak pembuluh darah yang melebar di sebagian atau seluruh membrane
timpani disertai oedem. Sekret yang mulai terbentuk masih bersifat eksudat
3. Stadium Supurasi
Oedem yang hebat pada mukosa telinga tengah disertai dengan hancurnya sel epitel
superficial serta terbentuknya eksudat purulen di kavum timpani menyebabkan
membrane timpani menonjol ke arah liang telinga luar. Gejala klinis pasien Nampak
terasa sakit, nadi, demam, serta rasa nyeri pada telinga bertambah hebat. Pada
keadaan lebih lanjut, dapat terjadi iskemia akibat tekanan eksudat purulent yang
makin bertambah, tromboflebitis pada vena-vena kecil bahkan hingga nekrosis
mukosa dan submukosa.

4. Stadium Perforasi
Rupturnya membrane timpani sehingga nanah keluar dari telinga tengah ke liang
telinga luar. Kadang pengeluaran secret bersifat pulsasi. Stadium ini sering diakibatkan
oleh terlambatnya pemberian antibiotika dan tingginya virulensi kuman.

5. Stadium Resolusi
Ditandai oleh membrane timpani yang berangsur normal hingga perforasi membrane
timpani menutup kembali dan sekret purulen tidak ada lagi. Hal ini terjadi jika
membrane timpani masih utuh, daya tahan tubuh baik dan virulensi kuman rendah.
STADIUM OMA

1. Oklusi tuba: retraksi MT


STADIUM OMA

2. Hiperemis: pembuluh darah melebar


STADIUM OMA

3. Supurasi: MT bulging
STADIUM OMA

4. Perforasi: MT ruptur
STADIUM OMA

5. Resolusi: atrofi/sklerotik, sekret (-)


Gejala OMA
1. Otalgia 6. Anoreksia

2. Otorea 7. Gangguan pendengaran

3. Demam 8. Vomitting

4. Diare 9. Gelisah dan sukar tidur

5. Kejang 10. Riwayat ISPA


Diagnosis
Diagnosis OMSA harus memenuhi tiga hal berikut :
Penyakitnya timbul mendadak (akut)

Ditemukanya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan disuatu rongga tubuh) di telinga tengah. ->
Otoskop
Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut:
- Menggembungnya gendang telinga.
- Terbatas/tidak gerakan gendang telinga.
- Adanya bayangan cairan dibelakang gendang telinga.
- Cairan yang keluar dari telinga.

Adanya tanda atau gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan adanya salah satu tanda
berikut:
1. Kemerahan pada gendang telinga
2. Nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal.
Tatalaksana
Berdasarkan Stadium

- Stadium Oklusi : Dekongestan/Obat tetes hidung HCL Efedrin 0,5%/1%


lar.fisiologis, Antibiotik (ada fokal infeksi)

- Stadium Presupurasi : Antibiotik (penisilin/ampisilin 7 hari) ,


Dekongestan ,Analgetik/Simptomatik

- Stadium Supurasi : Antibiotik, analgetik, Miringotomi(MT masih utuh)

- Stadium Perforasi : H2O2 3% 3-5 hari, antibiotik tetes telinga,


Antibiotik

- Stadium Resolusi : menjaga kebersihan telinga, tidak boleh kemasukan air


atau dikorek-korek .

Berikan AB 3 mg bila tidak resolusi, cairan masih (+) -> mastoiditis


Komplikasi
Otitis media akut yang tidak segera terobati dengan antibiotik dapat berlanjut
menjadi otitis media kronik (OMSK) dan mastoiditis.
Abses periosteal sampai dengan meningitis dan abses otak bahkan dapat pula
mengakibatkan kehilangan pendengaran permanen akibat rupturnya
membrane timpani dan jika telah sampai mengganggu fungsi pendengaran
juga akan menyebabkan masalah dalam kemampuan bicara dan bahasa pada
anak.
Pencegahan
Cegah ISPA pada bayi & anak
ASI Eksklusif 6 bulan
Hindari anak makan minum saat berbaring
Hindari asap rokok
Hindari mengeluarkan mukus terlalu kuat
Hindari mengorek-ngorek telinga
Jaga kebersihan telinga,jaga telinga saat penerbangan dan berenang
Prognosis
OMA : dubia ad bonam. Bila pengobatan adekuat dan
cepat, sembuh dalam 24 jam-3 hari. Bila tidak,bisa
menjadi OMSK.
Otitis Media Supuratif Kronis
Defenisi
Infeksi kronis di telinga tengah dengan Jenis OMSK
perforasi membran timpani dan
sekret yang keluar dari telinga tengah OMSK dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu :
lebih dari 2 bulan, terus menerus
atau hilang timbul. (1)OMSK tipe aman (tipe mukosa = tipe
banigna/Tubotimpani/tanpa kolesteatoma
 Perforasi sentral )

Lokasi pada pars tensa, bisa antero- (2)OMSK. tipe bahaya (tipe tulang = tipe
inferior, postero-inferior dan postero- maligna/Antikoantral/Tulang/dengan
superior, kadang-kadang sub total = kolesteatoma ).
AMAN

Berdasarkan aktivitas sekret :


 Perforasi marginal
- Aktif (OMSK dengan sekret yang keluar
Terdapat pada pinggir membran timpani dari kavum timpani secara aktif )
dengan adanya erosi dari anulus fibrosus.
Perforasi marginal yang sangat besar - Tenang (keadaan kavuin timpaninya
digambarkan sebagai perforasi total. terlihat basah atau kering)
Perforasi pada  pinggir postero-superior
berhubungan dengan kolesteatom
Etiologi :
Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang
terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya
tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau higiene buruk.
Penyebab OMSK antara lain :
1. Lingkungan
2. Genetik 
3. Otitis media sebelumnya.
4. Infeksi
5. Infeksi saluran nafas atas
6. Autoimun
7. Alergi
8. Gangguan fungsi tuba eustachius abnormal :cleft palate dan Down’s
syndrom.
OMSK Benigna
Pada OMSK benigna, peradangan terbatas pada mukosa saja, tidak  mengenai
tulang. Perforasi terletak disentral. Jarang menimbulkan komplikasi  berbahaya dan
tidak terdapat kolesteatom.
Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi atas:
Penyakit aktif 
Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga tuli. Biasanya didahului oleh perluasan
infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah berenang dimana
kuman masuk melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid sampai
mukopurulen.
Penyakit tidak aktif
Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa
telinga tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan. Gejala
lain yang dijumpai seperti vertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh dalam telinga.
Tanda klinis OMSK Benigna :
Perforasi sentral
Kolesteatom (-)
OMSK Tipe Maligna
Penyakit atikoantral lebih sering mengenai pars flasida dan
khasnya dengan terbentuknya kantong retraksi yang mana
bertumpuknya keratin sampai menghasilkan kolesteatom.
Perforasi terleta terletak  marginal, subtotal, atau di atik.
Kolesteatom (Kolesteatoma adalah suatu kista epiterial yang
berisi deskuamasi epitel (keratin). Deskuamasi terbentuk terus
lalu menumpuk sehingga kolesteatoma bertambah besar)
dapat dibagi atas 2 tipe yaitu :
a. Kongenital  
b. Didapat : kolesteatoma akuisital primer /sekunder
Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna :
1. Adanya Abses atau fistel retroaurikular 
2. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasa dari
kavum timpani
3. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom)
4. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.
5. Perforasi marginal, atik
Pemeriksaan Klinik
Pemeriksaan Audiometri
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli
konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural,  beratnya
ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan
dan mobilitas. Derajat ketulian nilai ambang pendengaran
Normal : -10 dB sampai 26 dB
Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB
Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB
Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB
Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB
Tuli total : lebih dari 90 dB.
Pemeriksaan Radiologi : Proyeksi Schuller / Proyeksi Mayer atau Owen/
Proyeksi Stenver / Proyeksi Chause III
Bakteriologi : Pseudomonas aeruginosa, Stafilokokus aureus dan Proteus.
Terapi
OMSK Benigna

Tetes telinga
Konservatif H2O2 3% & antibiotik-fokal
infeksi

Operatif Perforasi permanen > 2 bulan

Miringoplasti Timpanoplasti

OMSK Maligna Operatif  mastoidektomi


Ditujukan terhadap:

Perforasi MT permanen

Fokal infeksi (Faring/Nasofaring/Sinus Paranasal)

Jaringan patologis irreversible pada rongga mastoid

Gizi dan higienitas yang kurang


Komplikasi

Mastoiditi Parese N
Labirinitis Meningitis Abses otak
s VII
OTITIS MEDIA NON-
SUPURATIF
Adalah suatu inflamasi pada telinga tengah yang ditandai dengan
terdapatnya sekret yang non-purulen dan membran timpani utuh
OM Non Supuratif Akut
(Serosa)
Defenisi
Inflamasi yang berupa penumpukan cairan encer (serosa) di telinga
tengah yang terjadi secara tiba2 dan disertai nyeri, namun membran
timpani nya masih utuh

Epidemiologi
OM Non Supuratif Akut lebih sering terjadi pada orang dewasa.
Otitis media non supuratif unilateral pada orang dewasa tanpa penyebab
yang jelas harus selalu dipikirkan kemungkinan adanya karsinoma
nasofaring.
Etiologi
Virus, terbentuknya cairan di telinga tengah yang berhubungan dengan
infeksi virus pada jalan napas atas
Alergi, terbentuknya cairan di telinga tengah yang berhubungan dengan
keadaan alergi pada jalan napas atas
Adenoiditis  peradangan adenoid bisa meluas ke sekitarnya sehingga
dapat menyebabkan infeksi telinga tengah karena adenoid berlokasi di
dekat saluran eustacius. Normalnya saluran ini berfungsi sebagai drainase
cairan yang ada di saluran telinga tengah. Dengan adanya pembengkakan
dan peradangan pada adenoid, aliran tuba akan terhambat dan dapat
mengganggu pendengaran dan menyebabkan infeksi.
Barotrauma  perubahan tekanan yang secara tiba2. Misalnya seperti
terjun dari ketinggian
Gejala
Gejala yang menonjol biasanya pendengaran berkurang
Pasien dapat mengeluh rasa tersumbat pada telinga atau suara sendiri
terdengar lebih nyaring atau berbeda pada telinga yang sakit (diplacusis
binauralis)
Kadang terasa seperti ada cairan yang bergerak dalam telinga pada saat
posisi kepala berubah
Rasa sedikit nyeri dalam telinga dapat terjadi pada saat awal tuba
terganggu, yang menyebabkan timbul tekanan negatif pada telinga
tengah, tetapi setelah sekret terbentuk tekanan negatif ini pelan-pelan
hilang
Tinitus, vertigo atau pusing kadang-kadang ada dalam bentuk yang ringan
Tanda
Otoskopi  terlihat membran timpani retraksi
Kadang-kadang tampak gelembung udara atau permukaan cairan dalam
kavum timpani.
Tuli konduktif  dibuktikan dengan tes garpu tala
Tatalaksana
Pengobatan dapat secara medikamentosa dan pembedahan. Pada
terapi medikamentosa diberikan dekongestan dan antihistamin anti
alergiselama 2 minggu
Setelah 2 minggu, bila gejala-gejala masih menetap, dilakukan
miringotomi dan bila masih belum sembuh maka dilakukan miringotomi
serta pemasangan pipa ventilasi (grommet tube).
OM Non Supuratif KRONIS
(Mukoid/Glue Ear)
Defenisi
Inflamasi pada telinga tengah dengan membran timpani yang masih
utuh dan sekret terbentuk secara bertahap tanpa rasa nyeri dengan
gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama. Sekret berupa mukoid
sehingga disebut juga dengan glue ear
Epidemiologi
OM Non Supuratif KRONIS lebih sering terjadi pada anak-anak
Etiologi
Otitis media serosa kronik dapat terjadi sebagai gejala sisa dari otitis
media akut yang tidak sembuh sempurna. Penyebab lain diperkirakan
adanya hubungan dengan infeksi virus, keadaan alergi atau gangguan
mekanis pada tuba.
Gejala dan Tanda
Sekret pada otitis media serosa kronik dapat kental seperti lem (glue ear)
Perasaan tuli lebih menonjol (40 – 50 dB) akibat sekret kental
Otoskopi à terlihat membran timpani utuh, retraksi, suram, kuning
kemerahan atau keabu-abuan
Tatalaksana
Pengobatan yang harus dilakukan adalah mengeluarkan sekret dengan
miringitomi dan memasang pipa ventilasi (Grommet).
Pada kasus yang masih baru, pemberian dekongestan tetes hidung serta
kombinasi anti histamin – dekongesan per oral kadang-kadang bisa
berhasil.
Pengobatan medikamentosa dianjurkan selama 3 bulan, bila tidak
berhasil baru dilakukan tindakan operasi. Disamping itu harus pula
dinilai serta diobati faktor-faktor penyebab seperti alergi, pembesaran
adenoid atau tonsil, infeksi hidung dan sinus.
informasi optimal modalitas perkemb. komunikasi dan

kecerdasan

NORMAL

DEWASA ?

bicara, & berbahasa,


Gangguan / ketulian GANGGUAN kecerdasan
bayi dan anak PERKEMBANGAN interaksi sosial
Gangguan pendengaran / Hearing loss
Organ pendengar masih dapat utk komunikasi dgn / tanpa ABD

Tuli / Deafness
Organ pendengaran tidak dapat utk komunikasi walaupun + ABD
JENIS GANGGUAN PENDENGARAN / KETULIAN

Tuli Konduksi ( tuli hantaran)

Tuli Sensorineural ( tuli saraf )

Tuli campuran

KONDUKTIF SENS.NEURAL
TELINGA LUAR TENGAH DALAM
TULI KONDUKTIF TULI KONDUKTIF TULI SARAF
Serumen, Bd Asing Cairan Koklea
Otitis Ext OMA Saraf Auditorik
(N.VIII)
Liang telinga: OMSK
Atresia,Stenosis
TULI KONDUKTIF

Sering pada usia pra/sekolah akibat


liang telinga tersumbat kotoran ( serumen ).
peradangan di telinga tengah ( middle ear).
seringkali disebabkan ISPA ( pilek, radang tenggorok).
Bersifat sementara , sembuh dengan obat atau mengeluarkan kotoran.

Masalahnya : tidak terdeteksi oleh orang tua ataupun pendidik.

(1) Otitis Media Efusi ( OME),

(2) Otitis Media Akuta(OMA)

(3) Otitis media Supuratif Kronis (OMSK).


Otitis Media Efusi(OME)

cairan bening di telinga tengah,

gendang telinga (membran timpani) suram;

tidak ada tanda infeksi akut (nyeri demam).

faktor alergi.

tidak diobati : cairan jadi kental (glue ear )

Konduktif , tidak disadari the silent syndrome.

angka kejadian di Indonesia ?.

Malaysia : usia 5 – 6 tahun : 13.6 %.

Thailand : usia 0 - 15 tahun : 9.95%.


Otitis Media Akuta (OMA)

Infeksi akut pada telinga tengah + cairan di telinga tengah.

Bayi /anak >rentan thd OMA

Faktor anatomik
o tuba eustachius pendek, diameternya kecil, lebih datar
o mudah penyebaran infeksi hidung & tenggorok

Faktor imunologik : << antibodi thdp pneumococcus.

2 bulan – 12 tahun, usia puncak 6 bulan – 3 tahun.

USA: 50 % anak pernah OMA sblm usia 1 tahun,

80 % anak mengalami OMA sblm usia 3 tahun.


Otitis Media Akuta (OMA)

Gejala : nyeri telinga (otalgia), telinga terasa penuh, demam tinggi, rewel ,
menarik telinga, muntah, diare.

Otoskopi : mbr. timpani suram, kemerahan, pergerakannya berkurang


adakalanya menonjol keluar ( bulging).

Konduktif ringan - sedang akibat cairan di telinga tengah;

< mobilitas gendang telinga.

Gangguanpendengaran sementara

Antibiotika

Parasentesis; miringotomi
TULI SENSORINEURAL

Gangguan anak disebabkan banyak hal :

Kelainan bawaan

Genetik,

Infeksi virus

Obat ototoksik ( kina,salisilat, antibiotika golongan aminoglikosida dll),

Meningitis (kejang demam),

Kadar bilirubin darah yang tinggi (kuning)

Umumnya bersifat permanen.

Sejak lahir : berdampak pada perkembangan wicara.


DAMPAK KETULIAN TERHADAP PERKEMBANGAN BICARA

Perkemb angan kemampuan berbahasa anak dgn pendengaran normal ;

(1) mendengar, (2) berbicara, (3) membaca - menulis

Tuli saraf berat sejak lahir bilateral : distorsi tahapan tsb sehingga terhambatnya
perkemb intelek & akademik .

Gangguan perkemb bicara/ berbahasa pada anak tuli berupa kelainan


 Respiratory control
 Feedback control
 Fonasi
 Resonansi
 Artikulasi,
 Kelainan konsonan & vowel
Gangguan perkembangan bahasa lainnya :
Terbatasnya perbendaharaan kata,
Kesalahan persepsi percakapan
Gangguan perkemb kognitif,
Hiperaktif,
Konsentrasi kurang
Impulsif ,
Egois, Kurang mampu menyesuaikan diri
DAMPAK TULI KONDUKTIF
Derajat ringan pada masa perkembangan bicara :
defisiensi auditorik minimal :
 kesulitan belajar bicara,

 kelainan artikulasi.

OME gangg. pendengaran hilang timbul.


Menetap : gangguan berbahasa : kel fonem, gangg. sintesa,
kesulitan baca tulis & belajar

Teele (1990) 207 murid SD usia 7 tahun dgn riwayat OME


Sering OME < 3 tahun kemampuan bicara & prestasi belajar >
rendah setelah usia 3 tahun.
SKRINING PENDENGARAN BAYI BARU LAHIR

Dampak merugikan ketulian sejak lahir dihindari dengan menemukan


ketulian sedini mungkin melalui program skrining pendengaran bayi baru
lahir Universal Newborn Hearing Screening (UNHS).

USA pra-UNHS rata rata diketahui mengalami ketulian 18 - 24 bulan.

Yoshinaga – Itano membuktikan : bayi tuli sejak lahir menerima habilitasi


usia 6 bulan , pada usia 3 tahun memiliki kemampuan bicara mendekati
normal.

UNHS : diagnosis sebelum usia 3 bulan ; habilitasi sejak usia 6 bulan


Position Statement JCIH 2000

Skrining semua bayi baru lahir & menggunakan pem fisiologis.

bayi di NICU: sebelum keluar dari perawatan RS

Tidak lulus ; pem. medis + audiologis yang sesuai < usia 3 bulan

Tuli permanen : habilitasi <usia 6 bulan berupa program intervensi


multidisiplin sesuai pilihan, tradisi, maupun kepercayaan kel.

Lulus skrining + faktor risiko gangg. pendengaran perlu follow up rutin


TUJUAN

Mendeteksi gangguan pendengaran pada bayi baru lahir ,


kemudian melakukan intervensi sedini mungkin, sehingga
diperoleh perkembangan linguistik dan komunikasi yang
optimal bagi para penderita gangguan pendengaran.
Perintis metode skrining pendengaran bayi : Marion Downs
(1964); mengamati respons Behavioral responses thdp stimulus
bunyi.

1970an metode tsb + register risiko tinggi terhadap ketulian


hanya mendeteksi 50 % bayi yang tuli sejak lahir.
USA (1980-an) skrining pendengaran bayi dikelola institusional.

1982 : American Joint Committee on Infant Hearing (JCIH)


◦ Am Speech-Language-Hearing Association (ASLHA),
◦ American Academy of Otolaryngology (AAO),
◦ American Academy of Audiology (AAA),
◦ American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan

identifikasi bayi yang berisiko gangguan pendengaran, melakukan skrining,


dan melakukan evaluasi audiologi lanjutan sampai diagnosis ditegakkan.
JCIH - US Dept of Health and Human Service (1994 )

Rekomendasi: identifikasi dini gangg pendengaran universal semua bayi baru


lahir.

Alasan: indikator risiko tinggi hanya mengidentifikasi 50% bayi.

Deteksi dini segera setelah lahir ( 2 hari) /sebelum meninggalkan RS.

Bayi lahir di fasilitas kes lain, selambat-lambatnya usia 1 bulan.

Diagnosis pasti usia 3 bulan.

Intervensi sebelum usia 6 bulan.

[i]. American Academy of Pediatrics, Task Force on Newborn and Infant Hearing. Newborn and
infant hearing loss: detection and intervention. Pediatrics 1999;103(2):527-30.
SASARAN SKRINING PENDENGARAN BAYI

Semua bayi yang mengalami gangguan pendengaran menetap


dua sisi atau satu sisi telinga
sensorik atau konduktif,
ambang pendengaran lebih dari 30 - 40 dB
rentang frekuensi wicara ( 500 - 4000 Hz).
Bila belum mungkin dilakukan, prioritaskan:
Bayi yang memiliki faktor risiko
Bayi di ruang rawat intensif ( NICU ).
FAKTOR RISIKO KETULIAN
Am. Joint Committee of Infant Hearing Statement (1994 ) /
( 0 – 28 HARI)
Riwayat keluarga dgn tuli kongenital
Infeksi pranatal : TORCHS
Anomali kepala – leher
Sindrom yg berhubungan dgn t. kongenital.
BBLR < 1500 gr
Meningitis bakterialis
Hiperbilirubinemia ( tranfusi tukar ).
Asfiksia berat ( AS: 0 –4 / 1’ ; 0 - 6 / 5 ‘)
Obat ototoksik
Ventilasi mekanik > 5 hari
PERKEMBANGAN AUDITORIK
☺ Usia 0-4 bulan : kemampuan auditorik
terbatas, bersifat refleks (Moro, Startle
,Aurapalpebra)

☺ Usia 4-7 bulan : memutar kepala kearah bunyi, dibidang horizontal, belum
konsisten.
☺Usia 7 bulan otot leher cukup kuat, kepala
dapat diputar dengan cepat kearah
sumber suara
☺Usia 7-9 bulan : mengidentifikasi asal
sumber bunyi kearah samping dan ke
bawah.
☺Usia 9-13 bulan bayi sudah mempunyai
keinginan yang besar untuk mencari
sumber bunyi dari sebelah bawah dan
pada usia 16 bulan tidak secara
langsung ke arah atas.
☺ usia 9-13 bulan bayi sudah mempunyai keinginan yang besar
untuk mencari sumber bunyi dari sebelah bawah dan pada usia
16 bulan tidak secara langsung ke arah atas.

☺usia 16-21 bulan secara langsung sudah dapat mengetahui


sumber bunyi dari samping, bawah dan atas

☺usia 21-24 bulan. mampu melokalisir bunyi dari segala arah


dengan cepat

☺Pada usia 2 tahun pemeriksa harus lebih teliti.


Kurang pendengaran pada anak biasanya:

Ketulian : tuli saraf ( sensorineural )


Derajat berat sampai sangat berat
Kedua telinga (bilateral).
Gejala awal sulit diketahui: tidak terlihat.
Orang tua terlambat menyadari

Informasi dari orang tua sangat bermanfaat :


suara di lingkungan rumah
kemampuan vokalisasi
cara pengucapan kata
JENIS SKRINING PENDENGARAN BAYI BARU LAHIR

I. UNIVERSAL NEWBORN HEARING SCREENING (UNHS)

Semua bayi baru lahir.

II. TARGETED NEWBORN HEARING SCREENING

Hanya bayi yang mempunyai faktor risiko terhadap


gangguan pendengaran ( JCIH Statement 1994)
TEKNOLOGI SKRINING PENDENGARAN BAYI
Baku emas yang direkomendasikan oleh JCIH (2000)
1. OAE
2. Automated ABR (AABR)

Ideal sebagai metoda skrining pendengaran pada bayi karena mencakup fungsi
pendengaran telinga luar sampai telinga dalam

Cepat,mudah,otomatis, non invasif, sangat sensitif,menggunakan kriteria PASS


(lulus) dan REFER (tidak lulus)

MASALAHNYA:

SETIAP RUMAH SAKIT BELUM MEMPUNYAI ALAT INI, KARENA RELATIF MAHAL. BAGAIMANA DI
PUSKESMAS?
CURIGA gangguan pendengaran bila :

Usia 12 bulan belum dapat mengoceh


(babbling) atau meniru bunyi
Usia 18 bulan tidak dapat menyebut 1 kata
yang mempunyai arti
Usia 24 bulan perbendaharaan kata < 10
kata
Usia 30 bulan belum dapat merangkai 2 kata
Cara mudah deteksi gangguan pendengaran
Bunyi pss – pss : frekwensi tinggi
Bunyi uh – uh : frekwensi rendah
Suara menggesek dengan sendok pada tepi cangkir ( frekwensi 4000 Hz)
Suara mengetuk dasar cangkir dengan sendok ( frekwensi 900 Hz )
Suara remasan kertas (frekwensi 6000 Hz)
Suara bel (frekwensi puncak 2000 Hz)
OTOACOUSTIC EMISSION (OAE)

Pem. OAE : memeriksa fungsi koklea, terutama fungsi sel rambut luar. Koklea yang
normal mampu menghasilkan suara berintensitas rendah yang disebut OAE

[i]. Campbell KCM, Mullin-Derrick G. Otoacoustic emissions. (cited 09 Des 2006) Didapat dari:
URL:http://www.emedicine.com/specialties.htm.
AUDITORY BRAINSTEM RESPONSE ( ABR )

menilai fungsi saraf pendengaran + batang otak dalam memberikan respon terhadap
stimulus akustik (click atau tone burst )

obyektif , tidak invasif untuk pem retrokoklea.

Hasil ABR beberapa gelombang defleksi positif (gel. I sampai V).

Dapat memberi informasi gangguan konduksi saraf auditorik, tumor N. VIII (neuroma
akustik).

Kombinasi ABR + OAE dapat mendeteksi neuropati auditorik (kelainan akson saraf
auditorik dengan gambaran OAE normal dan ABR abnormal). Diperlukan latihan untuk
menginterpretasikan gelombang ABR

ABR tidak parktis untuk skrining Automated ABR


AUTOMATED AUDITORY BRAINSTEM RESPONSE (AABR)
Sensitivitas dan Spesifisitas

Sensitivitas OAE bervariasi antara 80% - 98% tergantung pada tipe teknologi
alat maupun derajat tuli.

Sensitivitas ABR adalah 84%

Uji dua tahap (OAE dan ABR) mempunyai sensitivitas 95% dan spesifisitas
98,5%,
IMPAIRED NORMAL

FAIL True False positive


positive

PASS False True negative


negative

Specificity
OAE Sensitivity
82 – 87 %
80 - 98%

Sensitivity Specificity
AABR
99.96 % 98.7 %
Alur Skrining Pendengaran Bayi
Di Indonesia tahun 2006

Bayi baru lahir


(usia >24 jam & sblm keluar RS)
Pass REFER
OAE
3 bulan
Evaluasi otoskopi
Timpanometri
FAKTOR DPOAE
- RISIKO + Pass
AABR
REFER

Audiologic assessment
ABR click + tone burst 500 Hz
dan atau ASSR

TIDAK PERLU Pemantauan speech development Habilitasi


TINDAK LANJUT Pemantauan audiologi usia < 6 bulan
tiap 6 bulan selama 3 tahun
TINDAK LANJUT SETELAH SKRINING PENDENGARAN
Umumnya skrining pendengaran bayi 2 tahap.

Tahap I : masih di RS dengan OAE.

Tahap II :
Lulus : usia 1 bulan pem OAE ulangan + timpanometri + AABR.
Tidak lulus rujuk pem. audiologi lengkap:

BERA klinik + Behavioral Observation Audiometry (BOA)

dipastikan ambang pendengaran.

Diagnostik selesai saat bayi berusia 3 bulan.


Tuli mendadak (tuli sensorineural)
PENDAHULUAN
•Tuli terjadi secara tiba tiba
•Berlangsung dalam periode
72jam
•Gangguan pendengaran >30dB
(sekurang-kurangnya pada 3
frekuensi berurutan)
•Penyebab tidak diketahui, lebih
dari 90% kasus idiopatik dan
berhubungan dengan
vaskuler,infeksi virus,
kerusakan membrane
intrakoklea, kelainan imun
Epidemiologi

•Prevalensi tuli mendadak 5-


30 tiap 100.000
orang pertahun.
•Distribusi laki-laki dan
perempuan hampir sama
• puncak usia 50-60 tahun.
•Pada bayi sering
diakibatkan krn infeksi
etiologi

ISKEMIA
KOKLEA

INFEKSI
VIRUS

FAKTOR
IMUN
FAKTOR
VASKULAR
Faktor predisposisi

• Gangguan metabolic : hipertensi, DM


• Penyakit lain/infeksi virus
• Obat-obatan yang beracun bagi pendengaran
• Keturunan
• Usia lanjut
• Pukulan di kepala (trauma)
• Malformasi telinga bagian dalam
• Mendengarkan suara keras atau ledakan
• Penyakit autoimun telinga bagian dalam
• Tumor
• Pertumbuhan abnormal di telinga (otosklerosis)
• Penyakit Ménière (suatu kondisi yang ditandai dengan fluktuasi pendengaran,
pusing, telinga pengap,
atau dering di telinga)
Manifestasi klinis

- hilangnya pendengaran pada satu sisi telinga saat bangun tidur Sebagian besar kasus
bersifat unilateral, hanya 1-2% kasus bilateral. Kejadian hilangnya pendengaran dapat
bersifat tiba-tiba, berangsur-angsur hilang secara stabil atau terjadi secara cepat dan
progresif. Kehilangan pendengaran bisa bersifat fluktuatif, tetapi sebagian besar
bersifat stabil.
- Tuli mendadak ini sering disertai dengan keluhan sensasi penuh pada telinga dengan
atau tanpa tinitus; terkadang didahului oleh timbulnya tinitus.
- Selain itu, pada 28-57% pasien dapat ditemukan gangguan vestibular, seperti vertigo
atau disequilibrium.
- Pada pemeriksaan klinis tdk terdapat kelainan telinga
diagnosis

Tergantung pada beberapa factor :


1. Kecepatan pemberian obat
2. Respon 2minggu pengobatan pertama
3. Derajat tuli saraf
4. Faktor predisposisi
Pemeriksaan pendengaran
TATALAKSANA
-Bila onset kurang dari 2 minggu, pasien dirawat

1.Terapi utama: metilprednisolon 1 mg/ kg berat badan, tapering


off

2.Bila tidak membaik setelah 2 minggu: injeksi steroid intratimpani


-Tuli permanen  ABD

Evaluasi fungsi pendengaran setiap minggu selama 1 bulan. Hasil perbaikan


pendengaran adalah :
a. Sangat baik : >30dB pada 5 frekuensi
b. Sembuh <30dB pada frekuensi 250,500,1000,2000 Hz dan di <25dB pada frekuensi
4000 Hz
c. Baik : rata2 perbaikan 10-30dB pada 5 frekuensi
d. Tidak ada perbaikan : <10dB pada 5 frekuensi.
prognosis

Tergantung pada beberapa


factor :
1. Kecepatan pemberian obat
2.Respon 2minggu pengobatan
pertama
3.Derajat tuli saraf
4.Faktor predisposisi
Gangguan Penghidu
Kelainan penghidu
hiposmia: daya penghidu berkurang;
anosmia : daya penghidu hilang;
Parosmia: sensasi penghidu berubah
Kakosmia/panthosmia: halusinasi bau.
Presbiosmia: daya hidu berkurang pada lansia.
etiologi
Defek kondukif gangguan Defek sensorineural gangguan
penciuman: penciuman:
- proses infeksi / inflamasi pada - proses infeksi / inflamasi di N
hidung (rinitis) olfaktorius

- tumor/massa di kavum nasi - defek kongenital yang


menyebabkan kelhilangan struktur
- abnormalitas developmental saraf (Kallman syndrome)
(ensefalokel)
- trauma kepala
- pasien post laringektomi dan
- gangguan endokrin
trakeotomi
- proses penuaan (degenerasi)
- merokok
Diagnosis
Anamnesis: Pemeriksaan fisik lengkap pada
telinga, saluran napas bagian atas,
- lama keluhan kepala, dan leher.
- apakah dirasakan terus-menerus - massa di kavum nasi
atau hilang timbul anterior/posterior
- unilateral atau bilateral - KGB leher
- riwayat trauma, Pemeriksaan penunjang lain:
- masalah medis lainnya dan obat- - Imaging: CT scan / MRI
obatan yang diminum.
- Lab: pemeriksaan glukosa darah
Pemeriksaan sensorik penciuman
- Tes Odor stik   ––  Tes Odor stix menggunakan sebuah pena ajaib mirip
spidol yang menghasilkan bau-bauan. Pena ini dipegang dalam jarak
sekitar 3-6 inci dari hidung pasien untuk memeriksa persepsi bau oleh
pasien secara kasar.
- Tes alkohol 12 inci  ––  Satu lagi tes yang memeriksa persepsi kasar
terhadap bau, menggunakan paket alkohol isopropil yang baru saja
dibuka dan dipegang pada jarak sekitar 12 inci dari hidung pasien.
- Stratch and sniff card (Kartu gesek dan cium)
tatalaksana
Gangguan hantaran bau: Gangguan sensorineural:
(1) pengelolaan alergi; - tidak ada terapi definitif.
(2) terapi antibiotik; - mungkin terjadi penyembuhan
spontan
(3) terapi glukokortikoid sistemik
dan topikal; dan - pemberian vitamin dan
neurotropik
(4) operasi untuk polip nasal,
deviasi septum nasal, dan sinusitis
hiperplastik kronik.
Komplikasi: Prognosis tergantung etiologi.

Tidak ada komplikasi berarti. - Difungsi akibat sumbatan


biasanya pulih setelah sumbatan
- pasien tidak selera makan karena dihilangkan.
tidak ada bau.
- sebagian kecil pasien ISPA tidak
- pasien terancam bahaya jika kembali fungsi penghidunya
tidak bisa menghidu bau gas. setelah infeksi sembuh, mungkin
karena kerusakan pada epitelium
olfaktori.
- penyembuhan fungsi penghidu
setelah trauma biasanya lebih
buruk
Anatomi
Alat
Keseimbangan
Pemeriksaan Keseimbangan
• Uji Romberg
• Stepping test (Uji berjalan)
• Pemeriksaan Fungsi Serebelum --> ex : Post Pointing Test
Gangguan Keseimbangan

Ve r ti g o
Definisi
• Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau
berputar atau seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak
atau berputar yang biasanya disertai dengan mual dan
kehilangan keseimbangan.
• Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau sampai
beberapa jam bahkan hari.
• Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi
bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama
sekali.
Etiologi
• Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, saraf
yang menghubungkan telinga dengan otak atau di dalam otak.
• Juga bisa berhubungan dengan kelainan penglihatan atau
perubahan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba.
• Penyebab umum vertigo :
• Keadaaan lingkungan --> mabuk darat, mabuk laut, dll.
• Obat-obatan (ex : gentamisin dan alkohol).
• Kelainan sirkulasi --> Transient ischemic attac pada arteri
vebral dan arteri basiler.
• Kelainan telinga
• Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga bagian dalam
-> benign paroxymal posisional vertigo
• infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
• Herpes zoster
• Labirintitis ->infeksi labirint dalam telinga
• Peradangan saraf vestibuler
• Penyakit meniere
• Kelainan Neurologis
• Sklerosis Multiple
• Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirint, persarafannya, atau
keduanya
• Tumor otak ataupun tumor yang menekan saraf vestibularis
Klasifikasi dan Manifestasi Klinis

• Vertigo Vestibular
• Perifer
• terjadi jika terdapat gangguan di saluran kanalis semisirkularis, di telinga bagian
tengah yang bertugas mengontrol keseimbangan.
• diikuti gejala-gejala seperti:
1. pandangan gelap
2. rasa lelah dan stamina menurun
3. jantung berdebar
4. hilang keseimbangan
5. tidak mampu berkonsentrasi
6. perasaan seperti mabuk
7. otot terasa sakit
8. mual dan muntah-muntah
9. memori dan daya pikir menurun
10. sensitif pada cahaya terang dan suara
11. berkeringat
• Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal antara
lain :
• penyakit-penyakit seperti Benign Parozysmal Positional Vertigo atau BPPV(gangguan
keseimbangan karena ada perubahan posisi kepala),
• meniere’s disease (gangguan keseimbangan yang sering kali menyebabkan hilang
pendengaran),
• vestibular neuritis (peradangan pada sel-sel saraf keseimbangan),
• labyrinthitis (radang di bagian dalam pendengaran)
• Sentral
• terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak, khususnya di bagian saraf
keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum (otak kecil).
• Gejala vertigo sentral biasanya terjadi secara bertahap, dimana penderita akan
merasakan :
1. penglihatan ganda
2. sukar menelan
3. kelumpuhan otot-otot wajah
4. sakit kepala yang parah
5. kesadaran terganggu
6. tidak mampu berkata-kata
7. hilangnya koordinasi
8. mual dan muntah-muntah
9. tubuh terasa lemah
• Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo sentral antara lain :
• stroke,
• multiple sclerosis (gangguan tulang belakang dan otak),
• tumor,
• trauma di bagian kepala,
• migren,
• infeksi,
• kondisi peradangan,
• neurodegenerative illnesses (penyakit akibat kemunduran fungsi saraf) yang
menimbulkan dampak pada otak kecil.
• Vertigo Non Vestibular
• Vertigo sistemik --> keluhan vertigo yang disebabkan oleh penyakit tertentu,
misalnya diabetes mellitus, hipertensi dan jantung.
• Vertigo neurologik --> gangguan vertigo yang disebabkan oleh gangguan
saraf.
• Vertigo ophtalmologis --> keluhan vertigo yang disebabkan oleh gangguan
mata atau berkurangnya daya penglihatan.
• Vertigo otolaringologis --> disebabkan oleh berkurangnya fungsi alat
pendengaran.
• Vertigo yang disebabkan oleh stres atau tekanan emosional disebut vertigo
psikogenik.
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Keseimbangan (romberg, stepping, dan post-pointing
test.
• Manuver Nylen Barang atau Manuver Hallpike.
• Test kalori.
• Elektronistagmografi.
• Posturografi
Penatalaksanaan

• Vertigo Posisional Benigna


• Latihan posisi
• Obat-obatan : miklisin, betahistin, atau fenergen --> terapi simptomatis
• Neurotis vestibular
• farmakologi : terapi spesifik dengan antibiotik atau terapi simptomatis
• Penyakit meniere
• belum ditemukan obat khusus.
• terapi medik yang bertujuan untuk :
• meringankan serangan vertigo.
• mengusahakan agar serangan tidak kambuh.
• terapi bedah (indikasi : serangan sering terjadi, tidak dapat diredakan dengan obat atau terapi konservatif)
• Presbiastaksis (Disekuilibrum pada usia lanjut)
• rasa tidak stabil dan gangguan keseimbangan --> supresan vestibular
dengan dosis rendah (ex : dramamine, diazepam, prometazine).
• latihan vestibuler dan latihan gerak
• tongkat
• Syndrome Vertigo Fisiologis
• dapat diberi obat anti-vertigo
• Stroke (pada daerah yang didarahi ole arteri vertebrobasiler)
• seperti TIA atau RIND
• gejala klinis hilang dalam kurun waktu 24 jam

Anda mungkin juga menyukai