Anda di halaman 1dari 49

CBD

Rhinitis Alergi
Oleh :
Vincentius Kevin 1915136

Pembimbing :
dr. Hiro S. Mangape, Sp.THT-KL

SMF/BAGIAN ILMU THT-KL


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
RUMAH SAKIT IMMANUEL
BANDUNG
2020
Presentasi
Kasus
Identitas Pasien

Nama Tempat tinggal


Tn. K Cimahi

Usia Pekerjaan
23 tahun Mahasiswa

Jenis kelamin Agama Status Pernikahan


Laki-laki Katolik Belum menikah
Presentasi Kasus
● Keluhan utama : Hidung meler (rhinorrhea)
● Anamnesis
Tn. K usia 23 tahun datang ke poliklinik THT dengan keluhan utama hidung meler sejak 4 tahun lalu. Pasien
mengatakan sekret yang keluar dari hidung berwarna bening, tidak berbau, dan banyak. Keluhan didapatkan
memberat selama 1 bulan terakhir (5 hari dalam 1 minggu), dirasakan terus menerus sepanjang hari terutama saat
pagi dan malam hari, sehingga kualitas tidur menjadi terganggu namun tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.
Keluhan juga dirasakan memberat bila pasien sedang menyapu atau membersihkan rumah.
Keluhan disertai dengan hidung tersumbat dan bersin-bersin yang bisa mencapai 10 – 20 kali per hari
dalam seminggu terakhir. Rasa gatal pada hidung dan mata juga dikeluhkan oleh pasien. Keluhan tidak disertai
dengan batuk, nyeri tenggorok, nyeri kepala dan penurunan fungsi pendengaran.
Tidak ada orang di sekitar pasien yang mengalami hal yang sama saat ini. Belakangan ini pasien sedang
cukup lelah karena sedang banyak tugas kuliah dan kegiatan organisasi. Pasien juga mengaku belakangan ini sering
merasa kedinginan karena sudah 1 bulan musim hujan.
● Anamnesis tambahan
○ Riwayat pengobatan : Sempat beli obat warung namun keluhan hanya membaik sementara
○ Riwayat penyakit dahulu : -
○ Riwayat penyakit keluarga : Ibu menderita asma
○ Riwayat kebiasaan : -
○ Riwayat alergi : Mengaku alergi dingin dan debu
Presentasi Kasus...
Pemeriksaan Fisik ○ Toraks : Bentuk dan pergerakan simetris.
● Kesadaran : Compos mentis ■ Cor : Bunyi jantung I dan II normal,
● Keadaan umum : Sakit ringan murmur (-)
● BB/TB : 65 kg/165 cm ■ Pulmo : VBS +/+, Ronkhi -/-,
● Tanda vital : wheezing -/-
○ Respirasi : 20 x/menit ○ Abdomen : Datar, lembut, bising usus
○ Nadi : 88 x/menit normal.
○ TD : 120/80 mmHg ○ Extremitas : Akral hangat, sianosis (-)
○ Suhu : 36,6 0C ● Status Lokalis THT (Selanjutnya)
● Status Generalis
○ Kepala
■ Mata : Konjungtiva anemis -/- ,
sklera ikterik -/-, allergic shiner +/+
○ Leher
■ Tidak terdapat pembesaran KGB,
kelenjar tiroid dalam batas normal,
trakea letak sentral
Presentasi Kasus...
Status Lokalis Telinga
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Kel. Kongenital - -
Trauma - -
Radang - -
Daun Telinga
Kel. Metabolik - -
Nyeri tarik - -
Nyeri tekan - -
Cukup lapang (N) Cukup lapang Cukup lapang
Sempit - -
Dinding Liang Telinga Hiperemi - -
Edema - -
Massa - -
Bau - -
Warna - -
Sekret/Serumen
Jumlah - -
Jenis - -
Presentasi Kasus...
 Status Lokalis Telinga
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Warna Putih Putih
Utuh Refleks cahaya + +
Membran Timpani intak + +
Jumlah perforasi - -
Perforasi
Jenis - -
Tanda radang - -
Fistel - -
Mastoid Sikatrik - -
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Schwabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Garpu tala
Weber Tidak dilakukan
Kesimpulan -
Audiometri Tidak dilakukan 
Status Lokalis Hidung

Presentasi
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Rinoskopi Vestibulum Vibrise + +
anterior Radang - -
Kavum nasi Cukup lapang (N)
Sempit
N
+
N
+ Kasus...
Lapang - -
Sekret Jenis Serosa Serosa
Jumlah Cukup banyak Cukup banyak Status Lokalis Hidung
Bau Tidak berbau Tidak berbau Pemeriksaan Kelainan
Konka inferior Ukuran Hipertrofi Hipertrofi Deformitas -
Warna Livide Livide Kelainan congenital -
Permukaan Licin Licin Hidung luar Trauma -
Edema + + Radang -
Konka media Ukuran Hipertrofi Hipertrofi Massa -
Warna Livide Livide Rhinoskopi Post nasal drip -
posterior
Permukaan Licin Licin Pendarahan -
Edema + +
Septum Cukup lurus/deviasi Cukup lurus
Permukaan licin licin
Warna Merah muda Merah muda
Massa - -
Status Lokalis Faring
Pemeriksaan Kelainan
Palatum mole +
Arkus faring
Simetris/tidak
Warna
Simetris
Merah muda
Presentasi
Edema
Bercak/eksudat
-
- Kasus...
Dinding Faring Warna Merah muda
Permukaan -
Tonsil Ukuran T1 - T1
Warna Merah muda
Permukaan Licin
Detritus -
Eksudat -
Peritonsil Warna Merah muda
Edema -
Abses -
Karies/radiks -
Gigi
Kesan -
Warna Merah muda
Bentuk Normal
Lidah
Deviasi -
Massa -
Resume
● Anamnesis
○ Rhinorrhea sejak 4 tahun lalu.
○ Sekret bersifat serosa non purulen dan banyak.
○ Keluhan memberat dalam 1 bulan terakhir (5 hari dalam 1 minggu) → Persisten.
○ Keluhan terutama dirasakan saat pagi dan malam hari, memberat saat menyapu atau membersihkan
rumah.
○ Kualitas tidur terganggu, aktivitas sehari-hari masih seperti biasa → Derajat sedang-berat.
○ Keluhan disertai kongesti nasal, bersin-bersin (sneezing) 10 – 20 kali/hari dalam 1 minggu terakhir,
dan gatal (icthing) pada hidung serta mata.
○ Keluhan tidak disertai adanya batuk, odinofagia, sefalgia, dan penurunan fungsi pendengaran.
○ RPK : Ibu menderita asma
○ Riwayat alergi : mengaku alergi debu dan dingin
● Pemeriksaan Fisik
○ Allergic shiner +/+
○ Status lokalis THT (Status lokalis hidung : rinoskopi anterior) :
■ Kavum nasi sempit +/+
■ Sekret serosa, cukup banyak, dan tidak berbau pada kedua kavum nasi
■ Konka media hipertofi dan livide +/+
■ Konka inferior hipertofi dan livide +/+
Diagnosis Banding
● Suspect Rhinitis Alergi Persisten Derajat Sedang-Berat
● Suspect Rhinitis Vasomotor
● Suspect Rhinosinusitis Kronik

Pemeriksaan Penunjang
● Hematologi rutin
● Skin prick test
● IgE total dan spesifik

Diagnosis Kerja
● Rhinitis Alergi Persisten Derajat Sedang-Berat
Penatalaksanaan Kasus
● Nonfarmakologi :
○ Hindari alergen spesifik
○ Jaga kebugaran jasmani
○ Makan makanan dengan gizi seimbang
○ Menggunakan masker bila sedang menyapu atau membersihkan rumah
● Farmakologi :
○ Kotrikosteroid intra nasal → Beclomethasone 2 x 1 spray pada lubang hidung kanan dan kiri
○ Antikolinergik intranasal → Ipratropium bromida 2 x 1 spray pada lubang hidung kanan dan kiri
○ Antihistamin H-1 generasi 2 → Desloratadine 5 mg 1x1 PO
○ Evaluasi dalam 3 hari

Prognosis
● Quo ad Vitam : ad Bonam
● Quo ad Functionam : ad Bonam
● Quo ad Sanationam : dubia ad Bonam
Anatomi
dan
Fisiologi
Cavitas Nasi
● Merupakan ruangan besar
berisi udara
● Berbentuk seperti piramid
● Dibatasi oleh tulang-
tulang (terletak di bawah
fossa cranii anterior)
● Bagian depan ditutupi oleh
tulang rawan
Cavitas Nasi...
Regio cavitas nasi :
● Vestibulum nasi → ruang kecil yang
dilapisi epitel kulit dan terdapat
vibrissae
● Regio respiratorius → bagian
terbesar cavitas nasi, kaya akan
vaskularisasi, dan dilapisi oleh epitel
respirasi (silindris selapis)
● Regio olfaktorius → berada di apeks
cavitas nasi, dilapisi oleh epitel
olfaktorius dan terdapat reseptor
olfaktori.
Cavitas Nasi...
● Conchae membagi cavitas nasi
menjadi 4 jalan udara :
○ Meatus nasalis inferior
○ Meatus nasalis media
○ Meatus nasalis superior
○ Resesus spheno-ethmoidalis
Batas Cavitas Nasi
● Atap (apeks) : relatif sempit, tersusun dari depan ke belakang oleh os
frontale, os. Ethmoidale (lamina cribosa), dan os sphenoidal
● Batas medial : septum nasi bagian tengah dibentuk oleh os ethmoidale
dan os vomer
● Batas lateral : concha nasalis superior, concha nasalis media, dan concha
nasalis inferior
● Dasar : sebagian besar oleh os maxilla dan sebagian kecil oleh os
palatinum
● Anterior : Apertura piriformis
● Posterior : Choana
Batas Cavitas Nasi...
Batas Cavitas Nasi...
Batas Cavitas Nasi...
Vaskularisasi Cavitas Nasi
● Vaskularisasi dinding medial
dan lateral cavitas nasi :
○ A. Ethmoidalis anterior
○ A. Ethmoidalis
posterior
○ A. Sphenopalatina
○ A. Palatina major
○ Ramus septi nasi a.
Labialis superior
● Terdapat anastomosis 5
arteri yang meperdarahi
septum nasi yaitu
Kiesselbach area yang
terletak di anterior septum
nasi.
Drainase Vena Cavitas Nasi
● Drainase vena cavitas nasi secara umum
mengikuti arteriae.
○ Vena yang berjalan bersama rami
arteriae yang berasal dari a.
Maxillaris akan bermuara ke dalam
plexus venosus pterygoideus di
dalam fossa infratemporalis.
○ Vena dari daerah anterior cavitas
nasi bergabung dengan vena
fascialis
Persarafan Cavitas Nasi
• Sensorik penciuman  N.
olfaktorius (N.I)
• Sensorik umum  n. nasociliaris
(cabang N.V1) & n. nasopalatinus
(cabang N.V2)
• Autonom
o simpatis: plexus cervicalis
superior  untuk
vasokontriksi
o parasimpatis: serabut post
ganglioner dari N.VII 
untuk kontrol sekresi
kelenjar mucus
Sinus Paranasalis
● Sinus Maxillaris
● Sinus Frontalis
● Sinus sphenoidalis
● Cellulae Ethmoidales
Sistem Drainase Sinus
Sphenoidalis
Reccesus
Sphenoethmoidalis
Cellulae
Ethmoidales
Posterior
Cellulae Meatus Nasi
Ethmoidales Superior
Anterior et Media

Sinus
Frontalis Hiatus Meatus Nasi
Semilunaris Media
Sinus
Maxillaris

Ductus Meatus Nasi


Nasolacrimalis Inferior
Fisiologi Cavitas Nasi
● Fungsi respirasi
○ Penyaring udara → vibrissae pada vestibulum nasi, silia, dan mucus
○ Penghangat udara → mukosa nasal akan menjaga suhu dalam cavum nasi berkisar antara 31-37o C
○ Humidifikasi → Menaikkan kelembapan relatif udara hingga 95% sebelum mencapai nasopharynx
● Fungsi penghidu
○ Mendeteksi odoran yang memenuhi syarat berikut
■ Volatil  bercampur dengan udara yang terhisap bersama saat inspirasi
■ Sedikit larut air  dapat menembus lapisan mucus untuk mencapai reseptor
■ Sedikit larut dalam lipid  tidak ditolak oleh unsur lipid dari membran silia
● Fungsi fonetik
○ Nasal aerodynamic berperan dalam modifikasi suara nada tinggi & konsonan
● Refleks nasal
○ Iritasi mukosa hidung menyebabkan refleks bersin dan nafas berhenti
○ Odoran tertentu akan menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung, dan pankreas
Fisiologi Penghidu
1. Odoran + protein reseptor olfaktori
2. Aktivasi protein G dan adenilat siklase
3. ATP → cAMP
4. Na+ channel terbuka → ion natrium masuk ke
dalam sel reseptor olfaktori → depolarisasi →
potensial aksi merambat sepanjang akson sel
(nervus olfaktorius)
5. Bersinaps dengan mitral cell & tuft cell di
bulbus olfaktorius. Axon bulbus olfaktorius
membentuk traktus olfaktorius
6. Sebagian menuju area olfaktori primer di
korteks serebral : permukaan medial dan
inferior lobus temporal  sadar akan bau
7. Sebagian menuju sistem limbik dan
hipotalamus → respon emosi dan ingatan
terhadap suatu bau
8. Dari area olfaktori primer → korteks
orbitofrontal : membedakan bau
Fisiologi Sinus Paranasalis
● Fungsi ● Mukus
○ Menghasilkan dan membuang mukus ○ Merupakan hasil sekresi sel goblet dan
○ Mengatur tekanan intranasal kelenjar di tunika propria
○ Resonansi suara ○ Fungsi
○ Memanaskan dan melembabkan udara ■ Pertahanan tubuh
inspirasi ● IgA
○ Shock absorben kepala untuk melindungi ● IgG
organ sensori ● Lisosim → bakteri gram
○ Suhu rongga hidung positif
○ Pertumbuhan dan bentuk muka ● laktoferin
○ Mempertahankan keseimbangan kepala ● faktor imun nonspesifik mis
● Silia neutrofil, eosinofil, dan
○ Mendorong mukus kearah hidung dengan makrofag
cepat dan efektif ● Mucociliary blanket
○ Pengembaliannya lambat ○ Silia + mukus → menyelimuti sinus dan
○ Mucociliary clearance orang dewasa→ 10 nasal
menit
Rhinitis
Alergi
DEFINISI
Rhinitis alergi merupakan penyakit inflamasi yang disebabkan oleh
reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya telah tersensitasi
dengan allergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator
kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan allergen spesifik
tersebut.

WHO ARIA 2001 : Kelainan pada hidung dengan gejala bersin-


bersin, rhinorrhea, rasa gatal, dan hidung tersumbat setelah mukosa
hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE
Epidemiologi
● Rhinitis alergi merupakan bentuk rhinitis kronik yang paling sering,
mencakup 10 - 20% populasi dunia.
● Prevalensi rhinitis alergi terus meningkat seiring berjalannya waktu.
● Insidensi tertinggi terdapat pada anak-anak dan dewasa muda dengan rerata
pada usia 8-11 tahun, sekitar 80% kasus rhinitis alergi berkembang mulai
dari usia 20 tahun.
● Insidensi rhinitis alergi pada anak-anak 40% dan menurun sejalan dengan
usia sehingga pada usia tua rhinitis alergi jarang ditemukan.
Etiologi Faktor Risiko
● Merupakan hasil interaksi kompleks antara ● Riwayat Atopi
predisposisi genetik dan lingkungan ● Lingkungan dengan kelembaban yang
● Allergen : Inhalan, ingestan, injektan, dan tinggi merupakan faktor risiko untuk
kontaktan
tumbuhnya jamur, sehingga dapat
timbul gejala alergi
● Terpaparnya debu tungau biasanya
pada karpet atau sprai tempat tidur
Klasifikasi Rhinitis Secara Umum
Klasifikasi Rhinitis Alergi
Hipersensitivitas Tipe I
Patogenesis dan Patofisiologi
Patogenesis dan
Patofisiologi...
● Allergen inhalan melewati epitel mukosa
nasal dan ditangkap oleh sel dendritik.
● Sekresi IL-4, IL-5, dan IL-13 oleh sel
dendritik → aktivasi respon TH2
● Stimulasi sel B menjadi sel plasma
penghasil IgE oleh IL-4
● IgE berikata dengan reseptornya pada sel
mast dan basofil
● Paparan ulang allergen → allergen
berikatan dengan IgE pada sel mast dan
basofil → degranulasi dan dikeluarkannya
mediator-mediator (histamin, leukotrin,
prostaglandin, dll) → vasodilatasi,
peningkatan permeabilitas, dan sekresi
mukus pada cavitas nasi.
Diagnosis
● Anamnesis
○ Gejala khas : serangan bersin berulang
○ Gejala lain : rhinorrhea encer dan banyak,
kongesti nasal, rasa gatal pada hidung dan
mata, kadang-kadang dapat disertai
lakrimasi.
● Pemeriksaan fisik
○ Allergic shiner
○ Terlihat gerakan pasien menggosok-gosok
hidung dengan punggung tangan karena
gatal (allergic salute) → lama kelamaan
timbul garis melintang di dorsum nasi 1/3
bawah (allergic crease)
○ Mulut sering terbuka dengan lengkung
langit-langit yang tinggi → gangguan
pertumbuhan gigi geligi (facies adenoid)
Diagnosis...
Diagnosis...
● Pemeriksaan fisik (lanjutan)
○ Pemeriksaan rinoskopi
■ Mukosa edema, basah, berwarna pucat atau kebiruan (livide), disertai adanya sekret encer, tipis
dan banyak. Jika kental dan purulen biasanya berhubungan dengan sinusitis.
■ Pada rhinitis alergi kronis atau penyakit granulomatous  deviasi atau perforasi septum.
■ Pada rongga hidung dapat ditemukan massa seperti polip, atau dapat juga ditemukan
pembesaran konka inferior yang dapat berupa edema atau hipertropik.
○ Pemeriksaan faring
■ dinding posterior faring tampak granuler dan edema (cobblestone appearance), serta dinding
lateral faring menebal
■ Lidah tampak seperti gambaran peta (geographic tongue)
○ Pada kulit kemungkinan terdapat dermatitis atopi
Pemeriksaan Penunjang
● Hitung eosinofil darah tepi  normal/meningkat
● Pemeriksaan IgE total  seringkali normal
● Pemeriksaan IgE spesifik dengan RAST (Radio Immuno Sorbent Test) atau ELISA
(Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay Test)
● Pemeriksaan sitologi hidung dari sekret hidung atau kerokan mukosa
○ Eosinofil  kemungkinan alergi inhalan bila ditemukan dalam jumlah banyak
○ Basofil  kemungkinan alergi makanan bila ditemukan > 5 sel/LPB
○ PMN  infeksi bakteri
● Alergen penyebab dapat dicari dengan uji :
○ Uji cukit kulit (skin prick test)
○ Intracutaneous Provocative Dilutional Food Test (IPDFT)  untuk alergi
makanan/ingestan
Pentalaksanaan
1. Hindari alergen penyebab dan eliminasi  terapi paling ideal
2. Medikamentosa
3. Operatif  bila konka inferior hipertrofi berat dan tidak berhasil dikecilkan dengan
cara kauterisasi memakai AgNO3 25% atau triklor asetat
○ Konkotomi parsial
○ Konkoplasti atau multiple outfractured
○ Inferior turbinoplasty
4. Imunoterapi  dilakukan pada alergi inhalan dengan gejala berat dan sudah
berlangsung lama, serta dengan pengobatan cara lain tidak memberikan hasil yang
memuaskan
○ Tujuan : Pembentukan IgG blocking antibody dan penurunan IgE
○ Metode : intradermal dan sublingual
Penatalaksanaan...
Penatalaksanaan...
Algoritma penatalaksanaan
rhinitis alergi menurut
WHO Initiative ARIA 2001
(dewasa)
Penatalaksanaan...

ARIA Guidelines for Allergic Rhinitis 2019 (usia > 12 tahun)


Penatalaksanaan...
Penatalaksanaan...
● Preparat antikolinergik topikal (ipratropium
bromida) dapat diberikan untuk mengatasi
rinorrhea karena aktivitas inhibisi reseptor
kolinergik pada permukaan sel efektor.
● Antihistamin H-1 generasi 2 lebih dipilih
daripada generasi 1 karena :
○ Bersifat lipofobik  sulit menembus
sawar darah otak
○ Bersifat selektif mengikat reseptor H-1
perifer
○ Tidak mempunyai efek antikolinergik,
antiadrenergik, dan efek SSP minimal
(nonsedatif)
Komplikasi Prognosis
● Polip hidung Prognosis umumnya bonam, namun
● Otitis media efusi yang sering quo ad sanationam dubia ad bonam
residif terutama pada anak-anak bila alergen penyebab dapat dihindari.
● Rhinitis medikamentosa → bila
penggunaan dekongestan intra
nasal > 10 hari
● Rhinosinusitis kronik
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai