Anda di halaman 1dari 18

KIMIA KLINIK

PEMERIKSAAN DIABETES

D W I AY N I N A H D A A Z I Z A H ( 1 8 3 1 4 5 2 0 111 8 )
RISQI AMALIA ( 1 8 3 1 4 5 2 0 111 2 )
DEWI INDRIANI ( 1 8 3 1 4 5 2 0 11 2 4 )
Z A K I YA H A Z H I M A H ( 1 8 3 1 4 5 2 0 11 2 2 )
LUXVIA JEUBUN ( 1 8 3 1 4 5 2 0 111 4 )
G R A C E L L A K A R M E L I A N S O ( 1 8 3 1 4 5 2 0 111 6 )
COVID 19
• Coronavirus disease 2019 atau • Coronavirus tidak tahan terhadap suhu
disingkat Covid-19 adalah nama panas dan secara efektif dapat mati oleh
penyakit yang berasal dari desinfektan mengandung pelarut lipid
coronavirus jenis betacoronavirus tipe bersuhu 56°C dengan durasi 30 menit,
terbaru. Coronavirus merupakan klorin, alkohol, eter, asam perioksiasetat,
rumpun virus yang dapat • Coronavirus adalah virus RNA dengan
menyebabkan berbagai gejala ukuran partikel 120-160 nm. Virus ini
gangguan kesehatan seperti radang utamanya menginfeksi hewan, termasuk
paru-paru, demam, dan kesulitan di antaranya adalah kelelawar dan unta.
bernapa. • Penyakit Corona virus 19 (COVID ‐19)
yang disebabkan oleh SARS‐COV‐2
• Penamaan coronavirus diambil dari
terjadi melalui droplet dengan
corona dalam bahasa Latin yang menyerang saluran pernafasan melalui
berarti mahkota, sebentuk mangkuk reseptor ACE2, menyebabkan
mirip mahkota seperti yang tampak pneumonia berat yaitu Acute
pada membran virus. Respiratory Distress Syndrome.
PEMERIKSAAN COVID 19
JENIS SPESIMEN

Jenis spesimen yang digunakan dalam pemeriksaan ini yaitu


Spesimen saluran napas atas: swab nasofaringeal, swab
orofaringeal dan spesimen saluran napas bawah: sputum (jika
sputum terproduksi), aspirasi endotrakeal, ataupun
bronkoaleolar lavage (BAL) pada pasien dengan tingkat
keparahan penyakir respiratori yang berat
MUTU LABORATORIUM

Pra analitik
1) Pengambilan spesimen :
 Swab nasofaring : Pastikan tidak ada obstruksi (hambatan pada lubang hidung). kemudian
masukkan secara perlahan swab ke dalam hidung, pastikan posisi swab pada septum bawah
hidung, secara perlahan-lahan ke bagian nasofaring. Lalu Swab kemudian dilakukan gerak
memutar secara perlahan. Dengan swab yg sama, lakukan tindakan yang sama pada lubang
hidung yang lain, sehingga diperoleh spesimen swab nasopharyng dari ke dua lubang hidun.
 Swab oro-faring : Lakukan swab pada lokasi yang diduga terdapat koplik spot/bercak koplik
(biasanya belakang faring) dan hindarkan menyentuh bagian lidah
 Sputum : Pasien berkumur terlebih dahulu dengan air, kemudian pasien diminta
mengeluarkan dahaknya dengan cara batuk yang dalam. Lalu sputum ditampung pada wadah
steril yang anti bocor. Tidak disarankan pengambilan sampel sputum dengan cara induksi
karena dapat menimbulkan risiko infeksi tambahan bagi petugas kesehatan Kemudian
masukkan sesegera mungkin ke dalam cryotube yang berisi VTM 2. Setelah itu, Putuskan
tangkai plastik di daerah mulut cryotube agar cryotube dapat ditutup dengan rapat. Pastikan
label kode spesimen sesuai dengan kode yang ada di formulir/Kuesioner. Cryotube
kemudian dililit parafilm dan masukkan ke dalam Plastik Klip. Jika ada lebih dari 1 pasien,
maka Plastik Klip dibedakan/terpisah. Untuk menghindari kontaminasi silang.
LANJUTAN...

Pra analitik
 Sampel serum berpasangan diperlukan untuk konfirmasi, dengan serum awal
dikumpulkan di minggu pertama penyakit dan serum yang kedua idealnya
dikumpulkan 2-3 minggu kemudian. Jika hanya serum tunggal yang dapat
dikumpulkan, ini harus diambil setidaknya 14 hari setelah onset gejala untuk
penentuan kemungkinan kasus. Anak-anak dan dewasa: dibutuhkan darah whole
blood (3-5 mL) dan disentrifus untuk mendapatkan serum sebanyak 1,5-3 mL.
Sedangkan untuk bayi: Minimal 1 ml whole blood diperlukan untuk pemeriksaan
pasien bayi. Jika memungkinkan, mengumpulkan 1 ml serum.
LANJUTAN…

Pra analitik
2) Penyimpanan Sampel :
Disimpan dalam suhu 2-8℃ dan segera dikirimkan ke
laboratorium rujukan (dengan menggunakan ice pack). ­
Disimpan pada freezer ≤ -70⁰C, maka spesimen harus
dikirimkan menggunakan dry ice.
3) Waktu pengambilan spesimen:
PDP Hari ke-1 dan hari ke-2 serta bila ada perburukan
ODP Hari ke-1 dan hari ke-2 serta bila ada perburukan
OTG Hari ke-1 dan hari ke-14 serta bila ada perburukan
MUTU LABORATORIUM
ANALITIK

• Pemeriksaan diagnosis kasus infeksi mers-cov dilakukan


dengan metode PCR dan dikonfirmasi dengan teknik
sekuensing.
MUTU LABORATORIUM

PASCA ANALITIK
1) Hasil deteksi antibodi: reaktif
Pelaporan:
 Anti SARS-CoV-2 IgM Reaktif, Anti SARS-CoV-2 IgG Non Reaktif,
atau
 Anti SARS-CoV-2 IgM Non Reaktif, Anti SARS-CoV-2 IgG Reaktif,
atau Anti SARS-CoV-2 IgM dan IgG Reaktif
 Hasil rapid test antibody reaktif (kualitatif) tidak dapat digunakan untuk
penentuan terapi dan monitoring karena dapat bertahan berbulan-bulan
2) Hasil deteksi antibodi: non reaktif
Pelaporan:
 Anti SARS-CoV-2 IgM dan IgG Non Reaktif
SOAP
SUBJEKTIF
Perjalanan penyakit dimulai dengan masa inkubasi yang lamanya sekitar 3-14 hari
(median 5 hari). Pada masa ini leukosit dan limfosit masih normal atau sedikit menurun
dan pasien tidak bergejala. Pada fase berikutnya (gejala awal), virus menyebar melalui
aliran darah, diduga terutama pada jaringan yang mengekspresi ACE2 seperti paru-paru,
saluran cerna dan jantung. Gejala pada fase ini umumnya ringan. Serangan kedua terjadi
empat hingga tujuh hari setelah timbul gejala awal. Pada saat ini pasien masih demam
dan mulai sesak, lesi di paru memburuk, limfosit menurun. Penanda inflamasi mulai
meningkat dan mulai terjadi hiperkoagulasi. Jika tidak teratasi, fase selanjutnya
inflamasi makin tak terkontrol, terjadi badai sitokin yang mengakibatkan ARDS, sepsis,
dan komplikasi lainnya
SOAP
OBJEKTIF
Sebagian besar pasien yang terinfeksi SARS-CoV-2 menunjukkan
gejala-gejala pada sistem pernapasan seperti demam, batuk, bersin, dan sesak
napas. Berdasarkan data 55.924 kasus, gejala tersering adalah demam, batuk
kering, dan fatigue. Gejala lain yang dapat ditemukan adalah batuk produktif,
sesak napas, sakit tenggorokan, nyeri kepala, mialgia/artralgia, menggigil,
mual/muntah, kongesti nasal, diare, nyeri abdomen, hemoptisis, dan kongesti
konjungtiva. Lebih dari 40% demam pada pasien COVID-19 memiliki suhu
puncak antara 38,1-39°C, sementara 34% mengalami demam suhu lebih dari
39°C.
SOAP
ASESMENT
Terapi non-farmakologi :
• Melakukan proteksi dasar, yang terdiri dari cuci tangan secara rutin dengan alkohol
atau sabun dan air, menjaga jarak dengan seseorang yang memiliki gejala batuk atau
bersin, melakukan etika batuk atau bersin, dan berobat ketika memiliki keluhan yang
sesuai kategori suspek. Rekomendasi jarak yang harus dijaga adalah satu meter.122
Pasien rawat inap dengan kecurigaan COVID-19 juga harus diberi jarak minimal
satu meter dari pasien lainnya, diberikan masker bedah, diajarkan etika batuk/bersin,
dan diajarkan cuci tangan.
• Hindari menyentuh wajah terutama bagian wajah, hidung atau mulut dengan
permukaan tangan. Ketika tangan terkontaminasi dengan virus, menyentuh wajah
dapat menjadi portal masuk. Terakhir, pastikan menggunakan tisu satu kali pakai
ketika bersin atau batuk untuk menghindari penyebaran droplet.
LANJUTAN…
ASESMENT
Terapi farmakologi :
• Gejala ringan, berusia >70 tahun dengan faktor risiko dan bergejala demam, batuk,
sesak napas, serta rontgen menunjukkan pneumonia: LPV/r 200 mg/50 mg, 2 x 2
tablet per hari; atau Darunavir/ritonavir (DRV/r) 800 mg/100 mg, 1 x 1 tablet per hari;
atau Darunavir/cobicistat 800 mg/150 mg, 1 x 1 tablet per hari; DAN klorokuin fosfat
2 x 500 mg/hari atau hidroksiklorokuin (HCQ) 2 x 200 mg/hari. Terapi diberikan
selama 5-20 hari berdasarkan perubahan klinis.
• Pada kasus membutuhkan terapi oksigen atau perburuk secara cepat, terapi poin 2
dihentikan dan diganti remdesivir (RDV) 200 mg (hari 1) dilanjutkan 100 mg (hari 2-
10) dan klorokuin 2 x 500 mg/hari atau HCQ 200 mg, 2 kali perhari. Obat selama 5-
20 hari, berdasarkan perubahan klinis. Jika nilai Brescia COVID respiratory severity
scale (BCRSS) ≥2, berikan deksametason 20 mg/hari selama 5 hari dilanjutkan 10
mg/hari selama 5 hari dan/atau tocilizumab.
• atau tocilizumab. Rekomendasi dosis tocilizumab adalah 8 mg/kgBB pada ≥ 30 kg
dan 12 mg/kgBB pada < 30 kg. Dapat diberikan sebanyak 3 kali dengan jarak 8 jam
bila dengan satu dosis dianggap tidak ada perbaikan.
SOAP
PLANING
• Beberapa pertimbangan indikasi rawat di rumah antara lain: pasien dapat dimonitor atau ada
keluarga yang dapat merawat;
• Selama di rumah, pasien harus ditempatkan di ruangan yang memiliki jendela yang dapat
dibuka dan terpisah dengan ruangan lainnya. Anggota keluarga disarankan tinggal di
ruangan yang berbeda. Bila tidak memungkinkan, jaga jarak setidaknya satu meter. Penjaga
rawat (caregiver) sebaiknya satu orang saja dan harus dalam keadaan sehat. Pasien tidak
boleh dijenguk selama perawatan rumah.
• Pasien sebaiknya memakai masker bedah dan diganti setiap hari, menerapkan etika batuk,
melakukan cuci tangan dengan langkah yang benar, dan menggunakan tisu sekali pakai saat
batuk/bersin. Penjaga rawat menggunakan masker bedah bila berada dalam satu ruangan
dengan pasien dan menggunakan sarung tangan medis bila harus berkontak dengan sekret,
urin, dan feses pasien. Pasien harus disediakan alat makan tersendiri yang setiap pakai
dicuci dengan sabun dan air mengalir. Lingkungan pasien seperti kamar dan kamar mandi
dapat dibersihkan dengan sabun dan detergen biasa, kemudian dilakukan desinfeksi dengan
sodium hipoklorit 0,1% pada acara besar (social distancing).
NILAI RUJUKAN NORMAL

• Nilai rujukan yang digunakam yaitu 3,13


• Jika terjadi penurunan nilai total limfosit
(ALC/Absolut Limfocyte Count) sampai <100/mmk
merupakan indikasi kearah infeksi virus.
IMPLIKASI KLINIK

• Gangguan ginjal akut (29%), jejas kardiak (23%), disfungsi hati (29%),
dan pneumotoraks (2%). syok sepsis, koagulasi intravaskular diseminata
(KID), rabdomiolisis, hingga pneumomediastinum di pankreas tinggi dan
lebih dominan di sel eksokrin dibandingkan endokrin. Hal ini juga
diperkuat data kejadian pankreatitis yang telah dibuktikan secara
laboratorium dan radiologis. Bila ini memang berhubungan, maka perlu
perhatian khusus agar tidak berujung pada pankreatitis kronis yang dapat
memicu inflamasi sistemik dan kejadian ARDS yang lebih berat. Namun,
peneliti belum dapat membuktikan secara langsung apakah SARS-CoV-2
penyebab kerusakan pankreas karena belum ada studi yang menemukan
asam nukleat virus di pankreas.
ISTILAH

• Envelope spike virus


• Virion baru
• Proses fusi membran
• Sel pejamu
• Clathrin-dependent
• Clathrin-independent endocytosis
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai