Anda di halaman 1dari 9

KONSEP DASAR PENYAKIT SLE (LUPUS ERITEMATOSUS

SISTEMIK) DAN ASUHAN KEPERAWATAN


Dosen : Septian Mugi Rahayu, Ners., M.Kep.


YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2018

Kelompok 8 (Delapan)
Bayu Nugraha P ( 2016.C.08a.0739 )
Mariyana Sutrisni ( 2016.C.08a.0753 )
Saslirais ( 2016.C.08a.0766 )
Definisi

Lupus Eritematosus Sistemik (SLE) adalah penyakit
reumatik autoimun yang ditandai adanya inflamasi
tersebar luas, yang mempengaruhi setiap organ atau
sistem dalam tubuh. Penyakit ini berhubungan dengan
deposisi autoantibodi dan kompleks imun sehingga
mengakibatkan kerusakan jaringan

Penyebab

SLE mungkin timbul akibat interaksi antara gen kerentanan
dan lingkungan. Interaksi ini menyebabkan respon imun
abnormal disertai hiperreaktivitas limfosit T dan B yang tidak
terkendali oleh proses imunoregulatorik yang lazim. Faktor
lingkungan yang menyebabkan timbulnya SLE umumnya
tidak diketahui, kecuali sinar UV-B (dan kadangkadang UV-
A). Faktor lain yang diduga berperan antara lain adalah
memakan wijen (alfalfa sprout) dan zat kimia, seperti hidrazin
dan pewarna rambut. Sekarang sedang dilakukan penelitian
untuk mencari virus atau retrovirus sebagai penginduksi
tetapi hasilnya belum dapat disimpulkan.
Patofisiologi Lupus Eritematosus
Sistemik (SLE)

SLE merepresentasikan gejala klinis yang unik dan berbeda dari
penyakit lainnya. SLE memiliki spektrum gejala yang luas dan mencakup
banyak sistem organ. Walaupun gejalanya tidak dapat dikenali secara
spesifik, namun yang paling sering terjadi pada SLE adalah diproduksinya
autoantibodi secara abnormal dan berlebihan serta terjadinya pembentukan
7 imun kompleks. Produksi autoantibodi yang berlebihan merupakan akibat
dari terjadinya hiperaktivitas pada limfosit B.
Hiperaktivitas sel B ini dapat dipicu oleh hilangnya immune self
tolerance, tingginya kadar zat zat yang bersifat antigenik baik yang
bersumber dari lingkungan ataupun self antigen yang dipresentasikan oleh
sel B ke sel B lain melalui spesifik antigen presenting cell, tejadinya
perubahan sel T helper tipe 1 menjadi sel T helper tipe 2 yang mendorong
sel B untuk memproduksi antibodi, serta terjadinya kerusakan pada
supresor sel B.
Ada tiga pilar pengobatan menurut rekomendasi tersebut
yang seyogyanya dilakukan secara bersamaan dan
berkesinambungan agar tujuan pengobatan tercapai. Tiga
pilar tersebut ialah: 
1. Edukasi dan Konseling
2. Program rehabilitasi Secara garis besar
3. Program medikamentosa Pasien dengan SLE
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
SLE adalah


1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan peningkatan
aktivitas penyakit, kerusakan jaringan, keterbatasan mobolitas
atau tingkat toleransi yang rendah.
2. Keletihan berhubungan dengan peningkatan aktivitas penyakit,
rasa nyeri, tidur/aktivitas yang tidak memadai, nutrisi yang tidak
memadai dan depresi/stres emosional.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
rentang gerak, kelemahan otot, rasa nyeri pada saat bergerak,
keterbatasan daya tahan fisik, kurangnya atau tidak tepatnya
pemakaian alat-alat ambulasi
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dan
ketergantungan fisik serta psikologis yang diakibatkan oleh
penyakit kronik.

Anda mungkin juga menyukai