Anda di halaman 1dari 34

Berkurangny

a Daerah Perubahan
Perubahan Musim Panas Dampak
Krisis Air Hijau Tata Guna
Iklim yang Lebih Industri
(Water (Decreasing Lahan
(Changing Lama (Longer (Industrial
Shortages) Reduced (Change of
Climate) Summers) Impact)
water Land Use)
infiltration)

Masalah
Isu-isu lingkungan hidup
1) polusi udara dan perubahan iklim;
2) penggundulan hutan/Deforestation;
3) kepunahan spesies atau Species extinction;
4) penurunan kualitas tanah; dan
5) over populasi penduduk.

Pengurangan bencana
banjir dapat dilakukan dengan meningkatkan
infiltrasi air tanah, salah satunya dengan menggunakan
beton tembus

Kabupaten Bekasi
Keseimbangan hubungan antara lingkungan yang
dibangun dan lingkungan alam
Lingkungan yang dibangun memiliki dampak penting pada kesehatan fisik dan
ekonomi dan kesejahteraan individu, komunitas dan organisasi. Kesadaran akan
potensial dampak lingkungan untuk menghindari efek samping dan sebagai mitigasi
dampak melalui penggunaan material yang ramah lingkungan.

Ruang terbuka hijau (RTH) yang dapat menjadi


kawasan serapan air

Hampir 85 persen curah hujan yang turun


dikonversi menjadi aliran permukaan.

pembangunan yang masif hanya 15 persen air


hujan yang tertahan di tanah dan meresap di
dalamnya
Bangunan kedap air umumnya banyak dibuat sebagai lapis penutup tanah terutama

Jalan
jalan, banyak jalan yang tadinya merupakan jalan aspal menjadi beton terutama
jalan lingkungan menggunakan beton yang kedap air. Jalan sebagai bagian sistem
transportasi nasional mempunyai peranan penting (UU RI No. 38/2004).

Jalan umum menurut fungsinya dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan kolektor,
jalan lokal, dan jalan lingkungan.

Jalan Lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan


lingkungan.

Perencanaan teknis jalan harus dilakukan secara optimal dengan memperhatikan


aspek lingkungan hidup (PP No. 34/2006).

Jalan lingkungan dengan kontruksi jalan ramah lingkungan merupakan jalan dengan
beban ringan dan beban sedang, perparkiran, sidewalk (trotoar) dan taman dalam
kota.
Upaya mitigasi banjir
Aspal tembus atau (pervious), beton tembus, paving blok, dan paving
plastic (plastic grid pavers), memungkinkan air hujan untuk merembes
melalui permukaan ke bawah ke lapisan dasar tanah dan kerikil.

Selain mengurangi limpasan dari hujan, trotoar permeabel dapat


membantu menyaring polutan yang berkontribusi terhadap
pencemaran air.

Trotoar permeabel juga dapat mengurangi kebutuhan akan garam jalan


dan mengurangi biaya konstruksi untuk pembangunan perumahan dan
komersial dengan mengurangi kebutuhan untuk beberapa fitur
drainase konvensional (EPA, 2018).

Desain dan pemasangan yang tepat, trotoar aspal berpori dapat


memberikan solusi hemat biaya untuk manajemen banjir dengan cara
yang ramah lingkungan (Dylla & Hansen, 2015).

American Institute of Architects (AIA) tahun 2007 di Konvensi Nasional


dan Eksposisi Desain, menyatakan beton tembus akan menjadi salah
satu aplikasi yang berbasis semen untuk pembangunan berkelanjutan
didukung Portland Cement Association (PCA) bagaimana teknologi
inovatif ini mengurangi banjir (stormwater), sekaligus menyediakan
landasan yang kuat untuk trotoar, jalan raya, dan hardscape lainnya
dan dapat menghemat biaya (Morrison, 2018).
Beton tembus
biasanya memiliki nilai slum mendekati nol,
menggunakan bahan yang terdiri dari semen portland,
agregat kasar, sedikit atau tidak ada agregat halus,
bahan tambah, dan air.
Kombinasi bahan-bahan ini akan menghasilkan bahan
yang mengeras dengan pori-pori yang terhubung, mulai
dari 0,08 hingga 0,32 inci (2-8 mm), yang
memungkinkan air untuk melewatinya dengan mudah.
Ruang yang kosong dapat berkisar dari 15 hingga 35%,
dengan kekuatan tekan 400 hingga 4000 psi (2.8 hingga
28 Mpa).

Tingkat drainase perkerasan beton tembus akan


bervariasi dengan ukuran agregat dan kepadatan
campuran, tetapi umumnya akan jatuh pada kisaran 2
hingga 18 gal./min / ft2 (81 hingga 730 L/min/m2).
Beton tembus secara luas diakui sebagai bahan
bangunan berkelanjutan, karena mengurangi limpasan
banjir, meningkatkan kualitas limpasan, dapat mengisi
ulang pasokan air tanah, dan dapat mengurangi
dampak dari efek pemanasan di perkotaan (ACI
Committee 522, 2013)
Lanjutan
Beton Tembus adalah jenis beton khusus dengan proporsi pori-pori berukuran besar yang besar, biasanya 2-
8 mm.

Porositas khas beton tembus berkisar antara 15 sampai 30% dan adanya sistem pori-pori besar yang saling
berhubungan memungkinkan air mengalir dengan mudah melalui beton tembus air (ACI 2006).

Campuran beton tembus air harus memenuhi persyaratan spesifikasi untuk perkerasan beton permeabel.

Campuran beton tipikal tembus air terdiri dari 180–355 kg/m3 bahan pengikat, 1420–1600 kg/m3 agregat
kasar dan rasio air terhadap semen berkisar antara 0,27 hingga 0,43.

Kekuatan tekan 28 hari yang khas berkisar antara 5,6 sampai 21,0 MPa, dengan rasio kekosongan berkisar
antara 14 sampai 31%, dan koefisien permeabilitas bervariasi dari 0,25 sampai 6,1 mm/s (Schaefer et al.
2006).

Pengaruh rasio air-ke-semen, rasio agregat-semen, ukuran agregat, dan jenis bahan pengikat pada kekuatan
beton tembus air (Tennis et al.2004; Malhotra 1976; Meininger 1988; Otani et al 2005).

Permeabilitasnya adalah 15 mm / s untuk beton tembus air yang memiliki kuat tekan 10 MPa.

Penyusutan pengeringan beton tembus lebih rendah dibandingkan beton struktural (Aoki dan
Sriravindrarajah 2008; Sriravindrarajah et al. 2010; Aoki et al. 2012).
Penggunaan beton tembus
sebagai bahan perkerasan dalam aplikasi jalan volume rendah (lahan parkir, jalan perumahan, zona
pejalan kaki atau trotoar) dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi penting karena aspek
lingkungannya yang positif.

Beton tembus adalah salah satu bahan berkelanjutan yang paling menjanjikan saat ini.

Proporsi campurannya dengan semen, agregat kasar, air dan campuran, sementara tidak mengandung
atau sedikit agregat halus.

Membandingkan perkerasan beton konvensional, sistem beton tembus dirancang untuk meningkatkan
jumlah rongga yang saling berhubungan sehingga memungkinkan air untuk meresap melalui material.

Beton tembus saat ini sedang dalam penelitian dan pengembangan yang serius di banyak negara
karena minatnya yang meningkat terhadap propertinya (Kováč & Sičáková, 2018).
Peningkatan penggunaan beton tembus dalam industri perkerasan karena manfaatnya yang beraneka ragam, ada ruang lingkup luas untuk penelitian
lebih lanjut untuk memahami materi dengan lebih baik, yang akan menjadikannya sebagai bahan jalan berkelanjutan yang menjanjikan di masa
depan (Chandrappa & Biligiri, 2016) termasuk meningkatkan kredit untuk sistem penilaian bangunan hijau LEED (Swe, Jongvivatsakul, & Pansuk,
2016).
Beton tembus mengandung sedikit atau tidak ada agregat halus (pasir) dan jumlah air yang dikontrol secara hati-hati dan bahan semen. Lapisan pasta yang mengikat partikel agregat bersama-sama
untuk menciptakan sistem yang sangat permeabel, void atau rongga yang saling berhubungan yang akan meningkatkan drainase air yang cepat (ACI Commitee 522, 2010; Obla, 2010; Tennis, Leming,
& Akers, 2004). Biasanya, antara 15 dan 25 persen rongga yang dapat dicapai dalam beton keras, dan laju aliran air melalui beton tembus umumnya dalam kisaran 2 hingga 18 gal/min/ft 2 (81 hingga
730 L/min/m2), atau 192 hingga 1.724 inci/jam (488 hingga 4.379 cm/jam). (Mulyono & Anisah, 2019)
Mutu Beton untuk Jalan dengan Lapis Perkerasan Beton
• Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur penting dalam pengembangan
kehidupan berbangsa dan bernegara, dalam pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa, wilayah
negara, dan fungsi masyarakat serta dalam memajukan kesejahteraan umum sebagaimana dimaksud
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Undang Undang
RI No.38 Tahun 2004).
• Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan
tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air,
kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel ( Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 34
Tahun 2006 Tentang Jalan).
• Jalan lingkungan merupakan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan
dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah. Jalan lingkungan terbagi menjadi
(1) jalan lingkungan primer yang menghubungkan antarpusat kegiatan di dalam kawasan perdesaan dan jalan di dalam
lingkungan kawasan perdesaan,
(2) Jalan lingkungan sekunder yang menghubungkan antarpersil dalam kawasan perkotaan.
Laju Infiltrasi dengan Lapis Perkerasan Beton
• Permeabilitas atau infiltrasi test pada beton tembus dinyatakan dalam
milimeter/detik. Uji permeabilitas sesuai dengan (ASTM C1701 / C1701M-
17a, 2017). Pada penelitian yang telah dilakukan untuk menguji laju infiltrasi,
maka beton tembus di bungkus dengan plastik dan diperkuat dengan lak-ban
(duck type) sepanjang sisinya. (Mulyono & Anisah, 2019)
• Proporsi campuran percobaan menggunakan Portland Cement Composite (PCC) dari 350
kg/m3, 400 kg/m3, sampai 450 kg/m3, variasi faktor air semen dari 0,27; 0,30 dan 0,34 serta
agregat gabungan 6% pasir alam dan 94% agregat kasar dengan jenis alami dan pecahan (rasio
agregat-semen sebesar 4,25. Bahan tambah menggunakan 15% abu terbang dan 0,2%
superplastisizer menunjukan laju infiltrasi beton tembus rata-rata pada rentang (11,62 – 23,76)
mm/menit. Semakin besar ukuran agregat laju infiltrasi semakin besar. Semakin kecil FAS laju
infiltrasi meningkat. Semakin tinggi laju infiltrasi maka cadangan air tanah semakin besar.
• Hasil penelitian tentang “Material Berkelanjutan Untuk Lapis Perkerasan pada Jalan
Lingkungan Menggunakan Beton Tembus (Pervious Concrete)” (Mulyono & Anisah, 2019)
menyatakan bahwa beton tembus dapat digunakan sebagai material ramah lingkungan. Sifat
mekanik beton tembus dengan variasi FAS 0,27 dan variasi ukuran butir pada taraf nyata
α=0,05 dengan uji-T menunjukan perbedaan antara agregat dengan jenis agregat alami dan
pecahan, kecuali untuk beton tembus dengan FAS 0,27 yang menggunakan butir agregat lolos
saringan 19 mm dan tertahan 12,5 mm tidak berbeda antara agregat alami dan pecahan.
PEMBUATAN BETON TEMBUS

Penyele
Mix Penaka Penca Penuan Pemad Perawa
saian
Design ran mpuran gan atan tan
Air
Mix Design Example
Agregat Alam
Persiapan peralatan dan tempat pengecoran
[SNI 2847:2013;Ps.5.7]
5.7.1 Persiapan sebelum pengecoran beton harus meliputi hal
berikut:
(a) Semua peralatan untuk pencampuran dan pengangkutan beton harus
bersih;
(b) Semua sampah atau kotoran harus dibersihkan dari cetakan yang akan
diisi beton;
(c) Cetakan harus dilapisi dengan benar;
(d) Bagian dinding bata pengisi yang akan bersentuhan dengan beton harus
dibasahi secara cukup;
(e) Tulangan harus benar-benar bersih dari lapisan yang berbahaya;
(f) Air harus dikeringkan dari tempat pengecoran sebelum beton dicor
kecuali bila tremie digunakan atau kecuali bila sebaliknya diizinkan oleh
petugas bangunan;
(g) Semua material halus (laitance) dan material lunak lainnya harus
dibersihkan dari permukaan beton sebelum beton tambahan dicor
terhadap beton yang mengeras.
Penakaran campuran

Penakaran bahan-bahan penyusun beton yang dihasilkan dari


hasil rancangan harus mengikuti ketentuan yang tertuang Tata
Cara Pengadukan dan Pengecoran Beton (SNI 03-3976-1995)
dan Standard Made By Volumetric Batching and Continuous
Mixing (ASTM C685 / C685M - 11, 2011) serta Standard
Specification for Ready-Mixed Concrete (ASTM C94 / C94M -
14b, 2014) sebagai berikut:
• Beton yang mempunyai kekuatan tekan (f’c) lebih besar atau sama dengan 20
Mpa proporsi penakarannya harus didasarkan atas penakaran berat.
• Beton yang mempunyai kekuatan tekan (f’c) lebih kecil dari 20 Mpa proporsi
penakarannya boleh menggunakan teknik penakaran volume.
• Tekniknya harus didasarkan atas penakaran berat yang dikonversikan kedalam
penakaran volume untuk setiap campuran bahan penyusunnya.
Skala Kecil
Pengujian Slum dan
Berat Isi
Pengadukan/pencampuran
(SNI 2847:2013 Pasal 5.8)

5.8.1 Semua bahan beton harus dicampur (a) Pencampuran harus dilakukan dalam alat pencampur adukan
sampai menghasilkan distribusi bahan dengan jenis yang telah disetujui;
yang seragam dan harus dituangkan (b) Alat pencampur harus diputar dengan kecepatan yang
direkomendasikanoleh pabrik pembuatnya;
seluruhnya sebelum alat pencampur (c) Pencampuran harus dilakukan secara terus-menerus selama
diisi kembali. sekurang-kurangnya 1½ menit setelah semua bahan berada
dalam wadah pencampur, kecuali bila dapat diperlihatkan
5.8.2 Beton siap pakai (ready-mixed) bahwa waktu yang lebih singkat dapat memenuhi
harus dicampur dan diantarkan persyaratan uji keseragaman campuran ASTM C94M;
(d) Penanganan, pengadukan, dan pencampuran bahan harus
sesuai dengan persyaratan ASTM memenuhi ketentuan yang sesuai dari ASTM C94M;
C94M atau ASTM C685M. (e) Catatan rinci harus disimpan untuk mengidentifikasi:
(1) jumlah adukan yang dihasilkan;
5.8.3 Beton yang dicampur di lapangan (2)
(3)
proporsi bahan yang digunakan;
perkiraan lokasi pengecoran akhir pada struktur;
(job-mixed) harus dicampur sesuai (4) waktu dan tanggal pencampuran dan pengecoran.
dengan (a) sampai (e):
JENIS mesin PENGADUK
• Drum yang tetap (Non-tilting drum) atau biasanya
disebut dengan mesin pengaduk yang berputar
vertical atau pan drum mixer,
• reversing drum atau mesin pengaduk yang
berputar horizontal, dan
• tilting drum, yaitu mesin pengaduk beton yang
berputar miring
Pengantaran (Conveying)
/pengangkutan

5.9.1 Beton harus diantarkan dari alat


pencampur ke tempat pengecoran akhir
dengan metoda yang mencegah
pemisahan (segregasi) atau tercecernya
bahan.

5.9.2 Peralatan pengantar harus mampu


mengantarkan beton ke tempat
pengecoran tanpa pemisahan bahan dan
tanpa sela yang dapat mengakibatkan
hilangnya plastisitas campuran.
Pengecoran
[SNI 2847:2013 Pasal 5.10]
5.10.1 Beton harus dicor sedekat mungkin pada posisi akhirnya untuk menghindari terjadinya segregasi akibat
penanganan kembali atau segregasi akibat pengaliran.
5.10.2 Pengecoran beton harus dilakukan dengan kecepatan sedemikian hingga beton selama pengecoran
tersebut, tetap dalam keadaan plastis dan dengan mudah dapat mengisi ruang di antara tulangan.
5.10.3 Beton yang telah mengeras sebagian atau telah terkontaminasi oleh bahan lain tidak boleh dicor pada
struktur.
5.10.4 Beton yang ditambah air lagi atau beton yang telah dicampur ulang setelah pengikatan awal tidak boleh
digunakan kecuali bila disetujui oleh insinyur profesional bersertifikat.
5.10.5 Setelah dimulainya pengecoran, maka pengecoran tersebut harus dilakukan secara menerus hingga mengisi
secara penuh panel atau penampang sampai batasnya, atau sambungan yang ditetapkan sebagaimana yang
diizinkan atau dilarang oleh 6.4. [Ketentuan joint konstruksi]
5.10.6 Permukaan atas cetakan vertikal secara umum harus datar.
5.10.7 Jika diperlukan siar pelaksanaan, maka sambungan harus dibuat sesuai dengan 6.4.
5.10.8 Semua beton harus dipadatkan secara menyeluruh dengan menggunakan peralatan yang sesuai selama
pengecoran dan harus diupayakan mengisi sekeliling tulangan dan seluruh celah dan masuk ke semua sudut
cetakan
Choosing the Best Method of Concrete
Placement
Considerations when choosing concrete placement:
• Type of job
• Physical size
• Total amount of concrete to be placed
• Placement schedule
• Elevation
Perawatan
[SNI 2847:2013 Pasal 5.11]
5.11.1 Beton (selain beton kekuatan awal tinggi) harus dirawat pada suhu di atas 10 oC dan dalam kondisi lembab untuk
sekurang-kurangnya selama 7 hari setelah pengecoran, kecuali jika dirawat sesuai dengan 5.11.3. [Perawatan
dipercepat]
5.11.2 Beton kekuatan awal tinggi harus dirawat pada suhu di atas 10 oC dan dalam kondisi lembab untuk sekurang-
kurangnya selama 3 hari pertama kecuali jika dirawat sesuai dengan 5.11.3.
5.11.3.1 Perawatan dengan uap bertekanan tinggi, penguapan pada tekanan atmosfir, panas dan lembab,
atau proses lainnya yang dapat diterima, dapat dilakukan untuk mempercepat peningkatan
kekuatan dan mengurangi waktu perawatan.
5.11.3.2 Percepatan waktu perawatan harus memberikan kekuatan tekan beton pada tahap pembebanan
yang ditinjau sekurang-kurangnya sama dengan kekuatan rencana perlu pada tahap pembebanan
tersebut.
5.11.3.3 Proses perawatan harus sedemikian hingga beton yang dihasilkan mempunyai tingkat keawetan
paling tidak sama dengan yang dihasilkan oleh metoda perawatan pada 5.11.1 atau 5.11.2.
5.11.3.4 Bila diperlukan oleh insinyur profesional bersertifikat, maka dapat dilakukan penambahan uji
kekuatan tekan beton sesuai dengan 5.6.4 untuk menjamin bahwa proses perawatan yang
dilakukan telah memenuhi persyaratan.
Persyaratan cuaca panas
[SNI 2847:2013 Pasal 5.11]

Pada pengecoran dalam keadaan cuaca panas,


perhatian harus lebih diberikan pada bahan dasar,
cara produksi, penanganan, pengecoran,
perlindungan, dan perawatan untuk mencegah
terjadinya temperatur beton atau penguapan air
yang berlebihan yang dapat memberi pengaruh
negatif pada mutu beton yang dihasilkan atau
pada kemampuan layan komponen struktur atau
struktur
Curing and
Protection
Hasil
Penelitian
(Mulyono & Anisah, 2019)
Benda Uji
Uji Kuat Tekan
Uji Tarik Belah
Hasil Pengujian
Uji Infiltrasi
Pervious Concrete on Internet
• https://www.youtube.com/watch?v=tDblkXphYlw&t=29s
• https://www.youtube.com/watch?v=2wm4H65EDbE
• https://www.youtube.com/watch?v=VQ75vl7fdKY
• https://www.youtube.com/watch?v=y0m0yrG0ghE
• https://www.youtube.com/watch?v=7LHPzybDWtc
• https://www.youtube.com/watch?v=5rsODZXPyCY
• https://www.youtube.com/watch?v=tDblkXphYlw&t=17s
• https://www.youtube.com/watch?v=ZagF6LfquIQ
• And others
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai