Anda di halaman 1dari 11

Pathogenesis & Gejala

Klinis Herpes Zoster

Tasya S (190100128)
Tutorial 1 Blok DMS
Semester 4
 Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh
infeksi virus varisela- zoster yang menyerang kulit dan
mukosa
 infeksi ini merupakan reaktivasi varicella zoster virus
(VZV) laten dari saraf tepi dan saraf pusat yang terjadi
setelah infeksi primer.

Definisi  Varicella zoster virus merupakan patogen utama terhadap


dua infeksi klinis utama pada manusia yaitu varicella atau
chickenpox (cacar air) dan herpes zoster (cacar ular).
 Varicella merupakan infeksi primer yang terjadi pada
individu yang terpapar dengan varicella zoster virus.

 Sinonim : Dampa, cacar ular, shingles


 Herpes zoster termasuk penyakit yang angka kejadiannya kecil,
diperkirakan 10-12 % populasi akan terinfeksi herpes zoster
selama hidupnya.
 Di Indonesia menurut, prevalensi herpes zoster kurang dari 1%.
 Herpes zoster biasanya muncul pada orang berkulit putih (35%
lebih tinggi dibandingkan orang kulit gelap) dan insiden
meningkat 3 sampai 7 kali lebih tinggi pada orang lanjut usia.
 Pada pasien immunocompromised memiliki risiko 20 kali lebih
tinggi dibandingkan pasien immunocompetent.
 Beberapa studi melaporkan insiden pada wanita lebih tinggi
dibandingkan laki-laki
 Reaktivasi virus dapat terjadi karena trauma lokal, radioterapi,
keganasan HIV/AIDS
PATOGENESI
S • Selama infeksi primer varicella-zoster virus (VZV) virus menginfeksi
ganglia sensoris.
• VZV tetap dalam fase laten dalam ganglia untuk kehidupan
• Saat fungsi kekebalan tubuh berkurang, VZV aktif kembali dalam
ganglia sensoris, turun melalui saraf sensorik, dan direplikasi di kulit.
 Jadi herpes zoster hanya dapat muncul pada seseorang yang telah mengalami cacar
air sebelumnya.
 Setelah episode cacar air telah sembuh, varicella zoster akan bersifat laten di dalam
badan sel saraf kemudia varicella menyebar secara sentripetal ke sensori fiber dan
sensori ganglia.
 Virus tesebut dorman dan tanpa menimbulkan gejala.
 Virus dapat menyebar dari satu atau lebih ganglion mengikuti dermatum saraf (daerah
pada kulit yang disarafi oleh satu spinal nerve) yang menimbulkan tanda dan gejala
pada kulit berupa cluster atau gerombolan benjolan yang kecil yang kemudian
menjadi blister.
 Blister-blister tersebut akan terisi cairan limfa dan kemudian pecah lalu menjadi
krusta dan menghilang
 Postherpatic neuralgia terkadang terjadi dikarenakan kerusakan pada saraf. Sistem
imun akan mengeliminasi sebagian besar virus sehingga seseorang dapat dikatakan
sembuh.
 Meskipun tanda dan gejala telah tidak ada, namun virus akan tetap bersifat laten pada
ganglion saraf (ganglion dorsal root maupun ganglion gasseri) pada dasar tengkorak.
 Apabila sistem imun menurun virus akan mengalami multiplikasi dan menyebar
sepanjang ganglion menyebabkan nekrosis di neuron yang ditandai oleh neulagia
 Gejala awal herpes zoster yang tidak spesifik meliputi sakit kepala, demam,
dan malaise.
 Diikuti oleh sensasi nyeri terbakar, gatal, hyperesthesia (sensasia nyeri lebih
terasa lebih besar) atau paresthesia (sensasi kulit abnormal seperti
kesemutan )pada dermatum (area kulit neuron sensorik) yang terkena.
 Sensasi yang sering dirasakan pada dermatum dapat berupa rasa tersengat,
tertusuk, nyeri, mati rasa, maupun rasa seperti tertimpa beban berat.
MANIFESTAS  Masa tunasnya 7-12 hari.
I KLINIS  Masa aktif penyakit ini berupa lesi – lesi baru yang tetap timbul berlangsung
kira-kira seminggu.
 Masa resolusi berlangsung kira-kira 1-2 minggu.
 Gejala klinis terbagi menjadi tiga stadium
Stadium prodromal
 Biasanya berupa rasa sakit dan parestesi pada dermatom yang terkena
disertai dengan panas, malaise dan nyeri kepala.

Stadium erupsi
 Mula-mula timbul papul atau plakat berbentuk urtika
Gejala klinis  Setelah 1-2 hari akan timbul gerombolan vesikel diatas kulit yang
eritematus, sedangkan kulit diantara gerombolan tetap normal,
 usia lesi dalam satu gerombolan lain adalah sama
 Lokasi lesi sesuai dermatom, biasanya akan tampak seperti ikat pinggang
atau berupa garis yang terletak unilateral dan biasanya tidak melewati garis
tengah dari tubuh.
 Lesi yang muncul bilateral biasanya terjadi pada kasus
immunocompromised
 Selanjutnya, lesi berubah menjadi vesikel yang membentuk blister kecil
yang dipenuhi oleh eksudat serous, pada fase ini gejala berupa demam dan
malaise masih berlanjut.
Gejala klinis Stadium krustasi
• Lesi berubah menjadi lebih gelap karena terisi darah,menjadi krusta setelah 7-
10 hari, dan lepas dalam waktu 1-2 minggu.
• Biasanya krusta akan lepas dengan sendirinya dan penampakan kulit kembali
normal.
• Namun pada beberapa kasus, setelah proses blisterring yang lama, akan
meninggalkan bekas berupa scar dan perubahan warna kulit menjadi lebih
gelap pada dermatum yang terkena
• Sering terjadi neuralgi pasca herpetica terutama pada orang tua yang dapat
berlangsung berbulan-bulan parestesi yang bersifat sementara.
.
Herpes zoster torakalis.
Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster
yang mengenai
pleksus torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit
 Handoko RP. Penyakit Virus. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
Ke-4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005;
110-2.
DAFTAR  http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/downl
SUMBER oad/1594/pdf
 https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/1bb46cfb6de3d4e0
0ff82039c9c6e452.pdf

Anda mungkin juga menyukai