,APT FITOMEDISI
N
PENDAHULUAN
FITOMEDISIN
Standarisasi
Persyaratan
mutu : buku Farmakope Indonesia, Ekstra
Farmakope Indonesia, atau Materia Medika Indonesia.
Standarisasi
Standarisasi adalah seluruh informasi dan kontrol
yang diperlukan untuk menghasilkan produk
secara konsisten (McCutcheon, 2002).
Standarisasi juga dapat didefinisikan sebagai
serangkaian parameter prosedur dan cara
pengukuran yang hasilnya merupakan unsur-unsur
terkait paradigma mutu kefarmasian, mutu dalam
artian memenuhi syarat standar (kimia, biologi,
farmasi) (Depkes, 2007).
Standarisasi Obtra
Standarisasi dapat dilakukan melalui penerapan
teknologi yang tervalidasi pada proses
menyeluruh yang meliputi :
penyediaan bibit (pre- farm),
budidaya tanaman obat (on-farm),
Panen (off-farm)
ekstraksi,
formulasi,
Uji pre klinik
uji klinik
Produksi ”Good Manufacturing Practice”.
Parameter Standar Mutu Simplisia
kadar abu,
kadar zat terekstraksi air,
kadar zat terekstraksi etanol,
bahan organik asing,
cemaran mikroba
termasuk bakteri patogen,
cemaran jamur/kapang,
Cemaran aflatoksin,
cemaran residu pestisida,
cemaran logam berat,
kadar air,
kadar zat aktif/zat identitas.
Syarat baku simplisia
Kadar air: tidak lebih dari 10%
Angka lempeng total: tidak lebih dari 10
Angka kapang dan khamir: tidak lebih dari 10
Mikroba patogen: Negatif
Aflatoksin: tidak lebih dari 30 bagian per juta
Sari Jamu:
Diperbolehkan mengandung etanol tidak lebih dari
1% v/v (20oC)
Kadar metanol: tidak lebih dari 0,1% dari kadar
etanol
Parameter standar mutu ekstrak selain hal di atas
juga mencakup konsistensi ekstrak
sedangkan parameter untuk sediaan termasuk di
antaranya waktu hancur, kadar bahan tambahan
(pengawet, pewarna, pemanis, bahan kimia obat),
kadar etanol, dan stabilitas
Tahapan Pengembangan Obtra
Indonesia
Seleksi
Uji preklinik
Standarisasi sederhana, penentuan identitas dan
pembuatan sediaan terstandar
Uji klinik
Seleksi
Jenis obat tradisional/obat herbal yang
diprioritaskan untuk diteliti dan dikembangkan
adalah
Diharapkan berkhasiat untuk penyakit yang
menduduki urutan atas dalam angka
kejadiannya (berdasarkan pola penyakit)
Berdasarkan pengalaman berkhasiat untuk
penyakit tertentu
Merupakan alternatif jarang untuk penyakit
tertentu seperti AIDS dan kanker.
Uji Preklinik
Uji preklinik dilakukan secara in vitro dan in vivo pada
hewan coba untuk melihat toksisitas dan efek
farmakodinamiknya.
Uji toksisitas : uji toksisitas akut, subkronik, kronik,
dan uji toksisitas khusus yang meliputi uji
teratogenisitas, mutagenisitas, dan karsinogenisitas.
Uji farmakodinamik : untuk meneliti efek
farmakodinamik dan menelusuri mekanisme kerja
dalam menimbulkan efek dari obat tradisional tersebut.
Standarisasi sederhana, penentuan identitas dan
pembuatan sediaan terstandar
Padatahap ini dilakukan standarisasi simplisia,
penentuan identitas, dan menentukan bentuk sediaan
yang sesuai.
Uji Klinik
Uji klinik pada manusia hanya dapat dilakukan apabila obat
tradisional/obat herbal tersebut telah terbukti aman dan berkhasiat
pada uji preklinik
Dibagi menjadi 4 fase :
Fase I : dilakukan pada sukarelawan sehat, untuk menguji
keamanan dan tolerabilitas obat tradisional
Fase II awal: dilakukan pada pasien dalam jumlah terbatas, tanpa
pembanding
Fase II akhir: dilakukan pada pasien jumlah terbatas, dengan
pembanding
Fase III : uji klinik definitif
Fase IV : pasca pemasaran,untuk mengamati efek samping yang
jarang atau yang lambat timbulnya
Kendala Uji Klinik
Besarnya biaya yang dibutuhkan untuk melakukan uji
klinik
Uji klinik hanya dapat dilakukan bila obat tradisional telah
terbukti berkhasiat dan aman pada uji preklinik
Perlunya standardisasi bahan yang diuji
Sulitnya menentukan dosis yang tepat karena penentuan
dosis berdasarkan dosis empiris, selain itu kandungan
kimia tanaman tergantung pada banyak faktor.
Kekuatiran produsen akan hasil yang negatif terutama bagi
produk yang telah laku di pasaran
FITOMEDISIN
ULKUS PEPTIKUM
Mahdalena Sy. Pakaya,S.Farm.,M.Si.,Apt
TERMINOLOGI
Ulkus Peptikum (UP) atau peptic ulcer,
terdiri dari :
Ulkus lambung / tukak lambung
Ulkus duodenum / tukak duodenum
Secara anatomis : kerusakan atau
hilangnya jaringan mukosa, submukosa,
sampai kelapisan otot dari SCBA
Secara klinis : Secara klinis, hilangnya
epitel superfisial atau lapisan lebih
dalam dgn diameter > 5 mm yang dapat
diamati secara endoskopis atau
radiologis
PATOFISIOLOGI
Tukaklambung adalah luka terbuka yang
berkembang di lapisan dalam mukosa dari saluran
pencernaan, bagian awal dari usus kecil
(duodenum), kerongkongan, dan perut.
ETIOLOGI
Infeksi Helicobacter pylori
NSAID (penghambatan prostaglandin)
Peningkatan HCl dan pepsin
Stres atau marah
Minum alkohol dan merokok berlebihan
GEJALA
Nyeri
Perih, rasa seperti terbakar
Mual
Muntah
Konstipasi
Perdarahan
Klasifikasi Ulkus Peptikum
Berdasarkan waktu timbulnya :
Akut
Kronis
Berdasarkan letak ulkus
Esofagus
Gaster
Duodenum
Jejunum
45
Suku : Zingiberaceae
Nama Daerah Halia, bahing, sipode, lahia, alia, jae, sipodeh,
jahi, lai, jae, alia, lea , melito, leya, marman.
Bagian yang digunakan Rimpang
Kandungan kimia Minyak astiri (bisabolene, cineol,
phellandrene, citral, borneol, citronellol, geranial, linalool,
limonene, zingiberol, zingiberene, camphene), oleoresin
(gingerol, shogaol), fenol (gingerol, zingeron), enzim
proteolitik (zingibain), vit B6, vit C, Kalsium, magnesium,
fosfor, kalium, asam linoleat, gingerol (gol alkohol pada
oleoresin), mengandung minyak astiri 1-3% diantaranya
bisabolen, zingiberen dan zingiberol.
Deskripsi tanaman/simplisia :
Batang tegak.
Daun kerap kali jelas 2 baris dengan pelepah yang
memeluk batang dan lidah diantara batas pelepah
dan helaian daun.
Bunga zygomorph berkelamin 2.
Kelopak berbentuk tabung, dengan ujung bertaju,
kerap kali terbelah serupa pelepah.
Rimpang agak pipih, bagian ujung bercabang,
cabang pendek pipih, bentuk bulat telur terbalik,
pada setiap ujung cabang terdapat parut melekuk ke
dalam.
Potongan bagian luar berwarna coklat kekuningan,
beralur memanjang, kadang ada serat bebas.
Ekologi :
Tanaman ini dapat tumbuh di daerah tropis dan sub
tropis. Jahe biasa hidup di tanah dengan ke-tinggian
200-600 meter di atas permukaan laut dan curah
hujan rata-rata 2500-4000 mm/tahun (Harris, 1990).
Yang dimaksud dengan jahe di Indonesia ada-lah
batang yang tumbuh di dalam tanah atau sering
disebut rhizome
Uji Praklinik :
Ekstrak jahe invitro menghambat pertumbuhan Helicobacter
pylori.
Terapi dengan ekstrak jahe terstandar mereduksi jumlah H.
pylori dibanding kontrol dan secara bermakna (P<0,05)
mengurangi inflamasi mukosa dan submukosa baik yang
akut maupun kronik, cryptitis, juga degenerasi epitel dan
erosi yang diinduksi oleh H. pylori.
Hasil menunjukkan bahwa ekstrak jahe berguna untuk
mengurangi inflamasi karena H. pylori dan sebagai
kemopreventif untuk Ca gaster.
Telah dilakukan uji efek jahe secara in vitro
terhadap H. pylori. Fraksi ekstrak metanol jahe
mengandung 6-,8-,10-gingerol dan 6-shogaol,
yang diuji terhadap 19 strains H. pylori, termasuk
strain 5 CagA+.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
ekstrak jahe yang mengandung gingerol
menghambat pertumbuhan H. pylori strain CagA+
in vitro dan dapat berefek kemopreventif.
Data keamanan : LD50 6-gingerol dan 6-shogaol
adalah 250-680 mg/kg BB. LD50 ekstrak air pada
mencit adalah 33,5 g/kg BB. Pemberian pada
wanita hamil tidak menunjukkan efek teratogenik.
Indikasi: Gastritis/ulkus peptik karena infeksi H
pylori.
Posologi : 3 x 1 kapsul (500 mg ekstrak)
Kapulaga (Elletteria cardamomum)
Suku : Zingiberaceae
Nama Daerah : Kapulaga sebrang, kapol, palago,
karkolaka
Bagian yang digunakan : Biji
Kandungan Kimia : Komponen utama minyak
cardamom yaitu α-pinene, β-pinene, sabinene, myrcene,
α-phellandrene, limonene, 1,8-cineole, g-terpinene, p-
cymene, terpinolene, linalool, linalyl acetate, terpinen-
4-oil, α-terpineol, α-terpineol acetate,citronellol, nerol,
geraniol, methyl eugenol and trans-nerolidol.
Deskripsi tanaman/simplisia:
Tumbuhan membentuk rumpun seperti
tumbuhan jahe, dapat mencapai 2-3 meter,
berbatang basah, berpelepah daun yang
membalut batang, letak berseling-seling.
Bunga tandan keluar dari rimpang.
Buah berbentuk bulat telur, berbulu, dan
berwarna kuning kelabu. Buah berkumpul
dalam tandan kecil dan pendek. Bila masak,
buah akan pecah dan membelah berdasarkan
ruang-ruangnya. Di dalamnya terdapat biji
yang berbentuk bulat telur memanjang. Buah
yang sudah kering menjadi keriput, bergaris-
garis, berisi 4-7 butir biji kecil coklat
kemerah-merahan. Rasanya agak pedas seperti
jahe, dengan bau sedap.
Ekologi : Kapulaga tumbuh baik di daerah
beriklim tropis, gersang/semi gersang, dan di
daerah beriklim segar. Curah hujan optimal 2500 –
4000 mm per tahun. Kapulaga merupakan tanaman
yang membutuhkan tanaman pelindung.
Tumbuh optimal pada ketinggian 300 – 500 meter
dpl.
Uji Praklinik :
Penelitian terhadap efek inhibisi E. cardamomum dan
Amomum subulatum terhadap ulkus gaster pada tikus,
mendapatkan bahwa pemberian minyak atsiri E.
cardamomum dan Amomum subulatum masing-masing
50 mg/kg BB dapat menghambat pembentukan ulkus
gaster yang diinduksi etanol secara bermakna yaitu
sebesar 60,96% untuk Amomum subulatum (P < 0,001)
dan 76,36% untuk E. cardamomum (P < 0,001).
Pada ulkus gaster yang diinduksi aspirin, efek
gastroprotektif terbaik ditemukan pada fraksi PS
(ekstrak metanol yang larut dalam petroleum eter
Soluble), yang menghambat lesi hampir 100%
pada 12,5 mg/kg BB. Pada eksperimen ini, ekstrak
PS dosis > 12,5mg/kg BB dibuktikan lebih aktif
daripada ranitidin 50mg/kg BB.
Ekstrak metanol, fraksi minyak esensial, petroleum
eter, dan etil asetat menghambat secara bermakna lesi
gaster yang diinduksi etanol, tetapi tidak pada yang
diinduksi aspirin dan ligasi pilorus.
Fraksi etil asetat meningkatkan produksi mukus pada
ligasi pilorus. Hasil menunjukkan efek proteksi
langsung fraksi etil asetat pada mukosa gaster.
Penurunan motilitas gaster oleh minyak esensial dan
fraksi petroleum eter menunjukkan efek gastroprotektif.
Indikasi : Gastritis
Kontraindikasi : Kehamilan, laktasi dan anak < 18
tahun
Peringatan: Penggunaan maksimum 10 hari kemudian
istirahat 5 hari sebelum menggunakan obat ini lagi.
Efek samping : Alergi (dermatitis kontak),
meningkatkan risiko perdarahan, hipotensi, dapat
memicu kolik pada pasien dengan gangguan empedu.
Interaksi:
Dengan obat depresan SSP, dapat menimbulkan kantuk atau sedasi.
Meningkatkan efek obat lain yang dimetabolisme oleh sitokrom
P450.
Dapat berefek aditif dengan obat antikolinergik dan menimbulkan
mulut kering, urinasi berkurang, atau penglihatan kabur.
Meningkatkan risiko perdarahan dengan obat seperti aspirin,
antikoagulan seperti warfarin, heparin, antiplatelet seperti
clopidogrel, dan NSAID, juga herbal seperti Ginkgo biloba, A.
sativum, dan Saw palmetto.
Posologi : 3 x 1 kapsul (500 mg serbuk)/hari.
Kunyit (Curcuma domestica
(Vahl)/Curcuma longa (L))
Suku : Zingiberaceae
Nama daerah : Rimpang kunyit, koneng, kunir, konyet, kunir bentis, temu
koneng, temu kuning, guraci, alawahu
Bagian yang digunakan : Rimpang
Kandungan kimia :
zat warna kurkuminoid yang merupakan suatu senyawa diarilheptanoid 3-4%
yang terdiri dari Curcumin, dihidrokurkumin, desmetoksikurkumin dan
bisdesmetoksikurkumin.
Minyak atsiri 2-5% yang terdiri dari seskuiterpen dan turunan fenilpropana
turmeron (aril-turmeron, alpha turmeron dan beta turmeron), kurlon kurkumol,
atlanton, bisabolen, seskuifellandren, zingiberin, aril kurkumen, humulen.
Arabinosa, fruktosa, glukosa, pati, tanin dan dammar
Mineral yaitu magnesium besi, mangan, kalsium, natrium, kalium, timbal,
seng, kobalt, aluminium dan bismuth (Sudarsono et.al, 1996).
Uji Praklinik :
Efek C. domestica terhadap ulkus peptikum dilakukan
dengan menghambat reseptor H2 (H2R) tikus
(pylorus-ligated). Didapat hasil C. domestica
melindungi mukosa gaster sama efektif seperti
ranitidine.
Penelitian lain mendapatkan bahwa ekstrak etanol per
oral menghambat asam lambung, sekresi gaster dan
pembentukan ulkus yang setara dengan efek
ranitidine.
Pemberian ekstrak etanol menurunkan indeks ulkus
dan keasaman lambung.
Pemberian ekstrak C. domestica mengurangi intensitas
ulkus yang diinduksi indomethacin atau reserpin.
Pemberian ekstrak C. domestica mengurangi
keparahan lesi yang diinduksi oleh berbagai
necrotizing agents. Pemberian ekstrak C. domestica
menurunkan gastric mucosal non-protein sulfhydryl
yang diinduksi oleh etanol 80%.
Uji Klinik :
Uji klinik fase II pada 25 pasien yang didiagnosis
ulkus peptikum dengan endoskopi, diberi serbuk C.
domestica 5 x 600 mg/hari. Ulkus menyembuh pada
48% pasien setelah 4 minggu dan 72% setelah 12
minggu. Tidak ada efek samping yang terjadi.
Studi membandingkan efek C. domestica dengan
antasid mendapatkan pengurangan besar ulkus 51.9%
pada kelompok C. domestica dibanding 34,8% pada
kelompok antasid.
Uji klinik lain menunjukkan bahwa pemberian serbuk C. domestica 4 x 500
mg/hari selama 7 hari, menunjukkan respon bermakna, menyembuhkan ulkus
dan menurunkan nyeri abdom
Studi tanpa kontrol pada 25 pasien ulkus peptikum yang diberi C. domestica
5 x 600 mg/hari selama 12 minggu, memberi hasil ulkus menghilang pada 19
pasien.
Studi RCT multisenter dilakukan pada 106 pasien dengan dispepsia (nyeri
abdomen, nyeri epigastrik, flatulens atau bersendawa), diterapi dengan 2 g C.
domestica selama 7 hari (n=38). Sebagai kontrol diberikan kombinasi herbal
cascara, nux vomica dan jahe (n=30) atau plasebo (n=38). Pada akhir studi
87% kelompok C. domestica, 83% kelompok campuran ekstrak herbal dan
53% kelompok plasebo memperlihatkan perbaikan menonjol. Kelompok C.
domestica secara klinis berbeda bermakna dibandin plasebo (p=0.003).
Indikasi:Gastritis, ulkus peptikum (Grade C)
Posologi: 3 x 1 kapsul (500 mg ekstrak)/hari
Foeniculi vulgaris Fructus (buah adas)
Simplisia:
Ketumbar (Coriandrum
Daun Salam (Eugenia Kunyit (Curcuma longa) sativum) mengandung
polyantha) mengandung mengandung kurkumin flavonoid untuk menurunkan
saponin, tanin, vit. C untuk untuk menghambat LDL
hipolipidemia pembentukan plak
TERIMA KASIH
FITOMEDISIN CANCER
Seiring dengan pembentukan sel yang baru tersebut, sel yang mati
merupakan proses regulasi yang normal pada sejumlah sel dan
jaringan.
Pengendalian terhadap sel-sel yang mati ini
disebut dengan kematian sel yang terprogram atau
apoptosis