OLEH HASLINDA MAYASARI PENGERTIAN • Coronary Artery Bypass Grafting merupakan salah satu penanganan intervensi dari PJK dengan cara membuat saluran baru melewati arteri koroner yang mengalami penyempitan atau penyumbatan (Feriyawati,2005). • Coronary Artery Bypass Grafting adalah operasi pintas koroner yang dilakukan untuk membuat saluran baru melewati bagian arteri koroner yang mengalami penyempitan atau penyumbatan (Medical Surgical Nursing vol 1, 2000) • Coronary Artery Bypass Grafting atau Operasi CABG adalah teknik yang menggunakan pembuluh darah dari bagian tubuh yang lain untuk memintas (melakukan bypass) arteri yang menghalangi pemasokan darah ke jantung. Operasi CABG sangat ideal untuk pasien dengan penyempitan di beberapa cabang arteri koroner (Kulick & Shiel, 2007). • Rekomendasi untuk melakukan CABG didasarkan atas beratnya keluhan angina dalam aktifitas sehari-hari. Respon terhadap intervensi non bedah PCI atau stent dan obat-obatan serta harapan hidup pasca operasi yang didasarkan atas fungsi jantung secara umum sebelum operasi (Woods, et all. 2000). Tujuan (Smeltzer & Bare, 2008) : • Meningkatkan sirkulasi darah ke arteri koroner • Mencegah terjadinya iskemia yang luas • Meningkatkan kualitas hidup • Meningkatkan toleransi aktifitas • Memperpanjang masa hidup Indikasi CABG menurut American Heart Association (AHA) (Ignatavisius &Workman, 2006) 1. Stenosis Left Mean Coronary Artery yang signifikan 2. Angina yang tidak dapat di kontrol dengan terapi medis 3. Angina yang tidak stabil 4. Iskemik yang mengancam dan tidak respon terhadap terapi non bedah yang maksimal 5. Gagal pompa ventrikel yang progresif dengan stenosis koroner yang mengancam daerah miokardium 6. Sumbatan yang tidak dapat ditangani dengan PTCA dan trombolitik 7. Sumbatan/stenosis LAD dan LCx pada bagian proksimal > 70 % 8. Satu atau dua vessel disease tanpa stenosis LAD proksimal yang signifikan 9. Pasien dengan komplikasi kegagalan PTCA 10.Pasien dengan sumbatan 3 pembuluh darah arteri (three vessel disease) dengan angina stabil atau tidak stabil dan pada pasien dengan 2 sumbatan pembuluh darah dengan angina stabil atau tidak stabil dan pada pasien dengan 2 sumbatan pembuluh darah dengan angina stabil atau tidak stabil dan lesi proksimal LAD yang berat 11.Pasien dengan stenosis (penyempitan lumen > 70%) pada 3 arteri yaitu arteri koronaria komunis sinistra, bagian proksimal dari arteri desenden anterior sinistra KONTRAINDIKASI
Kontra Indikasi (Pierce A. et al, 2006)
1. Sumbatan pada arteri < 70% sebab jika sumbatan pada arteri koroner kurang dari 70% maka aliran darah tersebut masih cukup banyak sehingga mencegah aliran darah yang adekuat pada pintasan. Akibatnya, akan terjadi bekuan pada graft sehingga hasil operasi akan menjadi sia-sia. 2. Tidak ada gejala angina. 3. Struktur arteri koroner yang tidak memungkinkan untuk disambung. 4. Fungsi ventrikel kiri jelek ( kurang dari 30 % ) KOMPLIKASI CABG (Black & Hawks, 2009; Smeltzer & Bare, 2008) • Nyeri pasca operasi • Penurunan curah jantung Disebabkan adanya perubahan pada Tindakan yang harus frekuensi jantung, isi sekuncup atau dilakukan yaitu keduanya. Bradikardia atau takikardi pada paska operasi dapat memberikan kenyamanan menurunkan curah jantung. Aritmia maksimal, menghilangkan sering terjadi 24 jam – 36 jam paska operasi. Takikardi menjadi berbahaya faktor-faktor peningkatan karena mempengaruhi curah jantung persepsi nyeri seperti dengan menurunkan waktu pengisian diastolik ventrikel, perfusi arteri ansietas, kelelahan koroner dan meningkatkan kebutuhan dengan memberikan oksigen miokard. Bila penyebab dasar dapat diidentifikasikan maka dapat penghilang nyeri. diperbaiki. SAMBUNGAN KOMPLIKASI : • Perubahan cairan • Perubahan tekanan darah Setelah operasi Coronary Bypass Grafting (CABG) volume cairan tubuh Setelah bedah jantung total meningkat sebagai akibat dari ditemukan adanya hemodilusi. Peningkatan vasopressin, dan perfusi non perfusi ginjal yang hipertensi atau mengaktifkan mekanisme renin- angiotensin-aldosterone (RAA). hipotensi.Intervensi Ketidakseimbangan elektrolit pasca keperawatan diarahkan pada operasi paling umum adalah kadar kalsium abnormal. Hipokalemia dapat antisipasi perubahan dan diakibatkan oleh hemodilusi, diuretik dan efek-efek aldosteron yang melakukan intervensi untuk menyebabkan sekresi kalium ke dalam mencegah atau untuk urine pada tubulus distal ginjal saat natrium diserap. Hiperkalemia dapat memperbaiki dengan segala terjadi sebagai akibat jumlah besar tekanan darah pada rentang larutan kardioplegia atau gagal ginjal akut normotensi. KOMPLIKASI : • Perdarahan pasca operasi (European Society of • Infeksi luka pasca operasi Cardiology, 2008) Ada 2 jenis perdarahan, yaitu: Dapat terjadi pada kaki atau a. Perdarahan arteri Meskipun jarang, namun hal ini insisi sternotomi median atau merupakan kedaruratan yang mengancam hidup yang biasanya diakibatkan oleh ruptur atau pada sisi pemasangan selang kebocoran jalur jahitan pada satu dari 3 sisi: dada. Perawatan untuk Anastomosis proksimal graft vena ke aorta, anastomosis distal graft vena ke arteri koroner atau mencegah infeksi yaitu dengan kanulasi sisi ke aorta dimana darah yang mengandung O2 dikembalikan ke pasien selama mempertahankan insisi bersih bypass. dan kering dan mengganti b. Perdarahan vena Hal ini lebih umum terjadi dan balutan dengan teknik aseptik. disebabkan oleh masalah pembedahan atau Infeksi juga dapat didukung dari koagulopati, kesalahan hemostasis dari satu atau lebih pembuluh darah mengakibatkan pendarahan. keadaan pasien dengan nutrisi Tindakan ditujukan pada penurunan jumlah tidak adekuat dan immobilisasi perdarahan dan memperbaiki penyebab dasar. Pada operasi “off pump”, operator menggunakan alat untuk menstabilkan jantung. Off Pump CABG :operasi bedah jantung ini tidak memakai mesin jantung paru atau CPB. Dengan teknik ini jantung tetap berdetak normal dan paru-paru berfungsi seperti biasa.(Swierzewski, 2011). Pada operasi “on pump”, maka ahli bedah membuat kanul ke dalam jantung dan menginstruksikan kepada petugas perfusionist untuk memulai cardiopulmonary bypass (CPB). On pump CABG: Operasi ini dilakukan dengan memakai mesin pintas jantung paru atau CPB. Dengan teknik ini jantung tidak berdenyut, dengan menggunakan obat yang disebut cardioplegik. Sementara itu, peredaran darah dan pertukaran gas diambil alih oleh mesin pintas jantung paru.(Smeltzer&Bare, 2008) Perawatan pasca bedah
Perawatan di ICU Perawatan setelah dari ICU
Setelah klien keluar dari ICU maka pemantauan • Monitoring Hemodinamik. terhadap fungsi semua organ terus dilanjutkan. • EKG Biasanya pindah dari ICU adalah pada hari • Sistem pernapasan pertama pasca bedah dengan hemodinamik stabil. • Sistem neurologis Hari ke 6-10 pemerikasaan atas indikasi, misalnya • Sistem ginjal thrombosit. Biasanya diberikan analgetik karena • Gula darah rasa sakit daerah dada waktu batuk akan mengganggu pernapasan klien • Laboratorium Perawatan luka dapat dilakukan dengan teknik • WSD tertutup atau terbuka. Bila ada tanda-tanda • Foto thoraks infeksi seperti kemerahan dan bengkak pada luka apalagi dengan tanda-tanda panas, leukositosis, • Fisioterapi. maka luka harus dibuka jahitannya sehingga nanah yang ada bisa bebas keluar Conduits LIMA / RIMA Conduits SVG Conduits Radial Tatalaksana pre op: