Anda di halaman 1dari 40

Cara Pelunasan/Pembayaran PPh

1. Melalui Pemotongan dan Pemungutan Pihak Lain


2. Bayar sendiri

a. Selama tahun berjalan


b. Pada akhir tahun apabila terdapat kekurangan bayar

*Bold = Yang dibahas


Minggu
05
Page 2
Pajak Penghasilan ( PPh)
Dasar hukum
UU no 36 tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas UU Nomor 7
Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan (PPh)

Pengertian Pajak Penghasilan (PPh).

Pajak penghasilan adalah


* Pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak, berkenaan dengan
penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.”

* Menurut Standar Akuntansi Keuangan nomor 46 adalah[2] “pajak


yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan pajak ini
dikenakan atas penghasilan kena pajak perusahaan”
PERPAJAKAN
SUBYEK PAJAK
Subjek Pajak Penghasilan (PPh) adalah ( Pasal 2 ayat 1 )
1. Orang pribadi
2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan
yang berhak
3. Badan, dan
4. Bentuk usaha tetap (BUT)
Subjek Pajak akan Dikenai PPh Apabila Menerima atau Memperoleh
Penghasilan.
Subjek Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan melebihi
Penghasilan Tidak Kena Pajak disebut Wajib Pajak

PERPAJAKAN
SUBYEK PAJAK DIBEDAKAN MENJADI:
a. Subjek Pajak Dalam Negeri terdiri dari : ( Pasal 2 ayat 3 )
1. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi
yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga)
dari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi
yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai
niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.

2. Badan yang didirikan atau yang bertempat kedudukan di Indonesia,


kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria :
a. Pembentukannya berdasarkan ketentuan perundang-undangan
b. Pembiayaannya bersumber dari APBN atau APBD
c. Penerimaannya dimasukkan dalam Anggaran Pemerintah Pusat
atau Pemerintah Daerah
d. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional
negara

3. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan


yang berhak.
PERPAJAKAN
SUBYEK PAJAK DIBEDAKAN MENJADI:
b. Subjek Pajak Luar Negeri terdiri dari : ( Pasal 2 ayat 4 )

1. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, Orang


pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (Seratus
delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan,
dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui BUT di Indonesia.

2. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, Orang


pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus
delapan puluh tiga) hari, dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan
yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia,
yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia
tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui
BUT di Indonesia. (Hanya menaruh duit, seperti deposito)

PERPAJAKAN
6

Bentuk Usaha Tetap merupakan subjek pajak yang perlakuan


perpajakannya dipersamakan dengan subjek pajak badan

Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh


orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan
dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia
yang dapat berupa:
a.Tempat kedudukan manajemen
b.Cabang perusahaan
c.Kantor perwakilan
d.Gedung kantor
e.Pabrik
f.Bengkel
g.gudang
02/24/2021
7

h. Ruang untuk promosi dan penjualan


i.Pertambangan dan penggalian sumber alam
j.Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi
k. perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan atau kehutanan
l. Proyek konstruksi, instalasi atau proyek perakitan
m. Pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau orang lain
sepanjang dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan
n. Orang atau badan yang bertindak selaki agen yang kedudukannya bebas
o. Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan atau tidak
bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau
menanggung risiko di Indonesiap.
p. komputer, agen elektronik atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa
atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan
kegiatan usaha melalui internet

02/24/2021
Perbedaan penting antara Wajib Pajak Dalam Negeri dan Wajib Pajak
Luar Negeri
Terletak dalam pemenuhan kewajiban perpajaknnya, antara lain

(1) Wajib Pajak Dalam Negeri dikenakan pajak atas penghasilan baik
yang diterima atau diperoleh dari Indonesia dan dari luar Indonesia,
sedangkan Wajib Pajak Luar Negeri dikenakan pajak hanya atas
penghasilan yang berasal dari sumber penghasilan di Indonesia.
(2) Wajib Pajak Dalam Negeri dikenakan pajak berdasarkan penghasilan
neto dengan tarif umum, sedangkan Wajib Pajak Luar Negeri
dikenakan pajak berdasarkan penghasilan bruto dengan tarif pajak
sepadan.
(3) Wajib Pajak dalam negeri wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan
Tahunan sebagai sarana untuk menetapkan pajak yang terutang
dalam suatu tahun pajak, sedangkan Wajib Pajak Luar Negeri tidak
wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan, karena
kewajiban pajaknya dipenuhi melalui pemotongan pajak yang bersifat
final.

PERPAJAKAN
Tidak Termasuk Subjek Pajak ( pasal 3 )
1. Kantor perwakilan negara asing.
2. Pejabat - pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-
pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan
kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-
sama mereka, dengan syarat bukan WNI dan di Indonesia tidak
menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau
pekerjaannya tersebut, serta negara yang bersangkutan memberikan
perlakuan timbal balik.
3. Organisasi - organisasi Internasional dengan syarat :
a. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut
b. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada
pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota.
4. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional sebagiamana
dimaksud pada angka 3, dengan syarat bukan WNI dan tidak
menjalankan usaha, kegiatan atau atau pekerjaan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia

PERPAJAKAN
Objek Pajak PPh
( Pasal 4) atau Taxable Income

Yang menjadi objek/yang akan dikenakan pajak adalah


Penghasilan

Penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang


diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP), baik yang berasal
dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai
untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak
yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

PERPAJAKAN
PENGHASILAN YANG TERMASUK OBYEK PAJAK
(pasal 4 ayat 1)

1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa


yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan,
honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan
dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang
Pajak Penghasilan.
2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan
3. Laba usaha.
4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
termasuk:
a) Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan,
dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal.
b) Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham,
sekutu atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan dan atau
badan lainhya
c) Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, pengambilalihan usaha.atau reorganisasi dengan nama
dan dalam bentuk apapun
PERPAJAKAN
PENGHASILAN YANG TERMASUK OBYEK PAJAK
a) Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam
garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan
pendidikan atau badan sosial termasuk yayasan, koperasi , atau orang
pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan peraturan Menkeu sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan
antara pihak-pihak yang bersangkutan
e) Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh
hak penambangan, tanda turut sertadalam pembiayan atau
permodalan dalam perusahaan pertambangan
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan
sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak
6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang.
7. Deviden dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deviden
dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa
hasil saha koperasi.
8. Royalti atau imbalan atas pengguanan hak
PERPAJAKAN
PENGHASILAN YANG TERMASUK OBYEK PAJAK
9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.
11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan
jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
12. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.
13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
14. Premi asuransi.
15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari WP yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak.
17. Penghasilan dari usaha berbasis syariah
18. Imbalan bunga sebagaiman dimaksud dalam UU
yang mengatur mengenai KUP
19. Surplus Bank Indonesia

PERPAJAKAN
Penghasilan yang OBJEK PAJAK tapi diatur di pasal 4 ayat (2) UU no 36
tahun 2008 dimana PPh ini merupakan PPh yang bersifat final yaitu
atas:
1. Penghasilan bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara,
bunga simpanan yang dibayarkan koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi
2. Penghasilan berupa hadiah undian
3. Penghasilan dari tranaksi saham dan transaksi sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal
pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura
4. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan, usaha jasa
konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan atau bangunan
5. Deviden yang diterima/diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri
6. Transaksi penjualan saham pendiri, Transaksi penjualan bukan saham pendiri (saham biasa)
7. Jasa Konstruksi
8. Persewaan atas tanah dan/atau bangunan
9. UMKM omzet tidak melebihi 4,8M per tahun
10.Penghasilan tertentu lainnya
Tidak Termasuk Objek Pajak
( Pasal 4 ayat 3 ) atau Non Taxable Income
1. (a) Bantuan sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat
atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan
para penerima zakat yang berhak. Atau sumbangan keagamaan yang sifatnya
wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang diterima oleh
lembaga keagamaan yang dibentuk dan disyahkan oleh pemerintahdan
diterima oleh penerima sumbangan yang berhak yang ketentuannya diatur
dengan PP
(b) Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan, atau badan pendidikan atau
badan sosial, termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan peraturan Menteri Keuangan sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak
yang bersangkutan.
2. Warisan.
3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham
atau sebagai pengganti penyertaan modal.
4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari Wajib
Pajak atau Pemerintah kecuali yang diberikan oleh bukan WP , WP yang
dikenakan pajak secara final atau WP yang menggunakan perhitungan Norma
penghitungan penghasilan khusus (deemed profit)
PERPAJAKAN
5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi
jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.
6. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan
terbatas sebagai WP Dalam Negeri, koperasi, BUMN atau BUMD dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia dengan syarat:
a. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan.
b. Bagi perseroan terbatas, BUMN dan BUMD yang menerima dividen,
kepemilikan saham pada badan yang memberikan deviden paling
rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor
dan harus mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan saham tsb.
7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi
kerja maupun pegawai.
8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam
bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan

PERPAJAKAN
9 Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan
firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi
kolektif.
10. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa
bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha
atau kegiatan di Indonesia dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
(a) Merupakan perusahaan mikro,kecil, menengah atau yang menjalankan
kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan, dan
(b) Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.
11. Beasiswa yang memenuhi persyarat tertentu yang ketentuannya diatur lebih
lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
12. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh Badan atau Lembaga Nirlaba yang
bergerak dalam bidang pendidikan dan atau bidang penelitian & pengembangan
yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya yang ditanamkan
kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan atau
penelitian dan pengembangan dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun
sejak diperolehnya sisa lebih tersebut yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
13. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial kepada wajib pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
PERPAJAKAN
Beban Menurut Perpajakan

Besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP) bagi wajib pajak dalam


negeri dan BUT ditentukan berdasarkan Penghasilan Neto
dikurangi dengan Biaya-Biaya.

Dalam UU PPh terdapat 2 macam biaya, yaitu : [1]


(1) Biaya-biaya yang boleh diperhitungkan sebagai pengurang
penghasilan bruto (deductible costs / expense) sebagaimana
disebutkan di pasal 6 UU PPh No. 36 Tahun 2008.
(2) Biaya-biaya yang tidak boleh diperhitungkan sebagai
pengurang penghasilan bruto (non deductible costs
/expenses) sebagaimana disebutkan di pasal 9 UU PPh No.
36 Tahun 2008

PERPAJAKAN
Berbeda dengan akuntansi komersial, untuk tujuan perpajakan
(karena pertimbangan penerimaan, mengurangi penghasilan dan
pengaruh sosial ekonomi) tidak semua biaya dapat dikurangkan.
Untuk menghitung Penghasilan Kena Pajak, pada dasarnya
kriteria biaya yang dapat dikurangkan dari Penghasilan Kena
Pajak, antara lain adalah :

(1) Operating expenditure dibebankan pada tahun pengeluaran


sedangkan Capital expenditure dibebankan melalui penyusutan dan
amortisasi.
(2) Terdapat hubungan langsung dengan usaha atau kegiatan (match and
link, attributable).
(3) Tidak terkait dengan bukan Objek Pajak atau penghasilan yang
dikenakan pajak final.
(4) Pengeluaran kas (cash expenditure) bukan natura dan kenikmatan
(benefit in kind), dan
(5) Dalam batas kewajaran dan sesuai dengan adat pedagang yang
baik (sound business practices).

PERPAJAKAN
Biaya yang Diperbolehkan sebagai Pengurang Penghasilan
(Deductible Expenses)
Menurut Pasal 6 ayat 1 UU PPh No. 36 Tahun 2008 dinyatakan bahwa : “ Besarnya
Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap,
ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi Biaya untuk mendapatkan untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan termasuk:

1. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan
usaha, antara lain:
a. Biaya pembelian bahan
b. Biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium,
bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang,
c. Bunga, sewa, dan royalti,
d. Biaya perjalanan,
e. Biaya pengolahan limbah,
f. Premi asuransi,
g. Biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan
h. Biaya administrasi dan
i. Pajak kecuali pajak penghasilan
2. Penyusutan atau pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun;

PERPAJAKAN
3. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan;
4. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan
digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan;
5. Kerugian dari selisih kurs mata uang asing;
6. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di
Indonesia;
7. Biaya bea siswa, magang, dan pelatihan;
8. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat :
(1) telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba-rugi komersial;
(2) Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak
dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak,
(3) telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan
Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutsng negara
atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang /
pembebasanutang antara kreditur dan debituryang bersangkutan
atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus atau
adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan
untuk jumlah tertentu
(4) Syarat pada angka (3) tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak
tertagihdebitur kecil

PERPAJAKAN
9. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional
yang ketentuannya diatur dengan peraturan pemerintah
10. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang
dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah
11. Biaya pembangunan infrastruktur ssial yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Pemerintah
12. Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Pemerintah
13. Sumbangan dalam rangka pembinaan olah raga yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah

PERPAJAKAN
Biaya Yang Tidak Boleh Sebagai Pengurang Penghasilan
(Non Deductible Expenses )
Menurut pasal 9 ayat 1 UU PPh No. 17 Tahun 2000 dinyatakan bahwa :
“Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib
Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan :

1. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti


dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi
kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
2. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi
pemegang saham, sekutu atau anggota;
3. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali:
a. Cadangan Piutang Tak Tertagih untuk Usaha Bank dan Badan Usaha lain
yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan
pembiayaan konsumen dan perusahaan anjak piutang

PERPAJAKAN
b. Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang
dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
c. Cadangan Penjaminan untuk lembaga Penjamin Simpanan
d. Cadangan Biaya Reklamasi untuk usaha pertambangan
e. Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan
f. Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri
untuk usaha pengolahan limbah industri
4. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang
pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung
sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak ybs;
5. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan
makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau
imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
PERPAJAKAN
6. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang
saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai
imbalan sehubungan dgn pekerjaan yg dilakukan;
7. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b,
kecuali sumbangan sebagaimana pasal 6 huruf is/d huruf m serta zakat
yang diterima oleh Badan Amil Zakat atau lembaga amil zakat yang
dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah atau sumbangan keagamaan
yang sifatnya wajib bagi wajib pemeluk agama yang diakui di Indonesia
yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan
oleh Pemerintah yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah
8. Pajak penghasilan;
9. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi
Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya;
10.Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;
11.Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi
pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan
perundang-undangan di bidang perpajakan
PERPAJAKAN
Catatan:
Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1
(satu) tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan sekaligus
melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi

PERPAJAKAN
Pengecualian Dengan Membolehkan Imbalan Dalam
Bentuk Natura atau Kenikmatan Dicatat Sebagai
Pengurang Penghasilan Dalam Kasus - Kasus berikut :

1. Biaya karyawan berupa imbalan dalam bentuk kenikmatan

2. Premi pensiun/THT, asuransi kecelakaan, kematian, dan


kesehatan yang ditanggung pemberi kerja untuk pegawainya.

3. Imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan yang diberikan


oleh Wajib Pajak yang berusaha di daerah tertentu (terpencil)
sesuai Keputusan Direktur Jenderal Pajak kepada karyawannya,
boleh sebagai pengurang penghasilan.

PERPAJAKAN
4. Imbalan dalam bentuk natura/kenikmatan yang merupakan keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan
sebagai sarana keselamatan kerja atau karena sifat pekerjaan tersebut mengharuskannya sesuai
ketentuan Departemen Tenaga Kerja atau Pemerintah Daerah setempat termasuk pakaian dan
peralatan untuk keselamatan kerja bagi pegawai pemadam kebakaran, proyek, pakaian seragam pabrik,
pakaian seragam petugas keamanan (Satpam/Hansip), antar jemput karyawan serta penginapan untuk
awak kapal/pesawat dan yang sejenisnya.

5. Imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan berupa penyediaan makanan atau minuman oleh pemberi
kerja di tempat kerja bagi seluruh pegawai secara bersama-sama termasuk dewan direksi dan dewan
komisaris yang diberikan di tempat kerja

PERPAJAKAN
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) :

Bagi wajib pajak orang pribadi dalam rangka menghitung Pajak


Penghasilan (PPh) terhutang maka, Penghasilan Neto (penghasilan
Bruto dikurang Biaya-biaya) akan dikurangi lagi dengan Penghasilan
Tidak Kena Pajak.

Sesuai UU No.17 Tahun 2000 , Tentang Pajak penghasilan ; Pasal 7 :


per tahun a.l : (berlaku sampai dengan 2004)
1. Untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi Rp.2.880.000
2. Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin Rp.1.440.000
3. Tambahan bagi Wajib Pajak yang isterinya menerima atau
memperoleh yang digabung dengan penghasilan suami
Rp.2.880.000
4. Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah semenda dalam
garis keturunan lurus serta anak angkat, maksimum 3 orang masing-
masing Rp.1.440.000

PERPAJAKAN
Sedangkan PTKP yang berlaku mulai tanggal
1 Januari 2005 – 31 Desember 2005 adalah
1. Untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi Rp.12.000.000
2. Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin Rp.1.200.000
3. Tambahan bagi Wajib Pajak yang isterinya menerima atau memperoleh yang digabung dengan
penghasilan suami Rp.12.000.000
4. Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah semenda dalam garis keturunan lurus serta anak
angkat, maksimum 3 orang masing-masing Rp.1.200.000

PERPAJAKAN
31

PTKP yang berlaku mulai tanggal 1 Januari 2006 -


31 Desember 2008 adalah

1. Untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi Rp.13.200.000


2. Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin Rp.1.200.000
3. Tambahan bagi Wajib Pajak yang isterinya menerima atau
memperoleh yang digabung dengan penghasilan suami
Rp.13.200.000
4. Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah semenda
dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, maksimum
3 orang masing-masing Rp.1.200.000

02/24/2021
32

PTKP yang berlaku mulai tanggal 1 Januari


2009 – 31 Desember 2012
1. Untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi Rp.15.840.000
2. Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin Rp.1.320.000
3. Tambahan bagi Wajib Pajak yang isterinya menerima atau
memperoleh yang digabung dengan penghasilan suami
Rp.15.840.000
4. Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah semenda
dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, maksimum
3 orang masing-masing Rp.1.320.000

02/24/2021
PTKP yang berlaku mulai tanggal 1 Januari 2013 –
31 Desember 2014

1. Untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi Rp.24.300.000


2. Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin Rp.2.025.000
3. Tambahan bagi Wajib Pajak yang isterinya menerima atau
memperoleh penghasilan yang digabung dengan penghasilan
suami Rp.24.300.000
4. Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah semenda
dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, maksimum
3 orang masing-masing Rp.2.025.000

PERPAJAKAN
PTKP yang berlaku mulai tanggal 1 Januari 2015 –
31 Desember 2015

1. Untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi Rp.36.000.000


2. Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin Rp.3.000.000
3. Tambahan bagi Wajib Pajak yang isterinya menerima atau
memperoleh yang digabung dengan penghasilan suami
Rp.36.000.000
4. Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah semenda
dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, maksimum
3 orang masing-masing Rp.3.000.000

PERPAJAKAN
PTKP yang berlaku mulai tanggal 1 Januari 2016

1. Untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi Rp.54.000.000


2. Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin Rp.4.500.000
3. Tambahan bagi Wajib Pajak yang isterinya menerima atau
memperoleh yang digabung dengan penghasilan suami
Rp.54.000.000
4. Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah semenda
dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, maksimum
3 orang masing-masing Rp.4.500.000

PERPAJAKAN
36

Tarif PPh

1. Tarif Umum
Tarif yang mengikuti tarif pasal 17 UU PPh. Terdiri dari

a. Tarif Orang Pribadi

UU No. 36 tahun 2008 (Berlaku 1 Januari 2009 -….


0 – 50 juta = 5%
>50 – 250 juta = 15%
>250 juta – 500 juta = 25%
> 500 juta = 30%

02/24/2021
37
b. Tarif Badan

UU No. 36 Tahun 2008:


Untuk tahun 2009 = 28%
Untuk tahun 2010 = 25% -sampai 2019

 Sesuai Perppu 1 Tahun 2020 pemerintah telah menurunkan


tarif PPh Badan dari sebelumnya 25 persen menjadi:
* 22 % untuk tahun-tahun pajak 2020 dan 2021
* dan menjadi 20 % mulai tahun pajak 2022.

2. Tarif Khusus
Tarif yang mengikuti tarif pajak yang ditetapkan dengan PP.
Misalnya : tarif PPh atas Royalti 15%, tarif PPh atas sewa tanah dan
bangunan 10%

02/24/2021
Tentukan status orang pribadi di bawah ini, apakah merupakan SPDN atau SPLN, atau
bukan SP !
1. Rifky seorang WNI yang tinggal di Batam, bekerja di Singapura pulang pergi
setiap hari, 14 jam di Singapura, 10 jam di Indonesia.
2. Mr. Lee memiliki paspor China mendapat kontrak kerja sebagai pegawai di RS
Pertamina untuk 5 bulan
3. Mr. Daendles seorang warga negara Belanda, duta khusus UNICEF yang tinggal
di Jakarta bertahun-tahun.
4. Mr. Frederick pindah dari Amerika Serikat ke Indonesia dan menikahi gadis Bali
dan berniat tinggal dan buka usaha di Denpasar, tapi belum bekerja.
5. Ucok meninggal dunia mempunyai harta berupa UD. Jaya Abadi dan terbengkalai
karena sengketa waris.
6. Mr. Buschier seorang warga negara Perancis mendapat dividen dari Sing Tel, Inc.
Singapura
7. Mohammed Sahir, konsultan perminyakan dari Kuwait membuat cabang di
Jakarta
8. Siti Nur, penyanyi warga negara Malaysia mendapat kontrak manggung di RCTI
tiap hari minggu selama 4 bulan.
PERPAJAKAN
Hitunglah berapa PTKP nya:
1. Andi bekerja di PT Kirana, sudah menikah dan mempunyai 2 anak. Pada tanggal 7
Maret 2016 lahirlah anak ketiga. Berapakah PTKP untuk tahun pajak 2016?
2. Bambang bekerja di Pertamina, belum menikah, dan mempunyai ibu yang menjadi
tanggungannya. Ibunya meninggal bulan Oktober 2015. Berapakah PTKPnya
untuk tahun pajak 2016?
3. Erik bekerja di PT Barito, sudah menikah dan mempunyai 3 anak. Tanggal 1
Februari 2016, Erik bercerai dengan istrinya. Berapakah PTKPnya untuk tahun
pajak 2016?
4. Jeffry sudah bekerja, sudah menikah, mempunyai 4 anak, dan menanggung biaya
hidup ibunya yang tinggal bersamanya. Berapakah PTKPnya untuk tahun pajak
2016?
5. Kalim sudah bekerja, sudah menikah, mempunyai 1 anak kandung dan 1 anak
angkat, serta mempunyai bapak yang tinggal bersamanya. Bapaknya tiap bulan
masih menerima uang pensiun. Berapakah PTKPnya untuk tahun pajak 2016?

PERPAJAKAN
40

Terima kasih

02/24/2021

Anda mungkin juga menyukai