Anda di halaman 1dari 20

Menulis untuk Media

Storytelling: Bercerita
Storytelling - Pemahaman
Storytelling = bercerita – bentuk tulisan bertutur atau naratif
Menulis naratif menggunakan pendekatan menulis fiksi sering
disebut creative nonfiction.
Creative nonfiction adalah narratif, selalu bertutur cerita yang
bagus (tells a good story), memanfaatkan kelebihan piranti fiksi
seperti character, plot, dan dialogue
Mengapa harus storytelling? – Berhubungan dengan tujuan
menulis:
1. Memberi pembaca tahu (knowing)
2. Membuat pembaca percaya – berubah attitude
3. Menggerakka pembaca – berubah behavior (perilaku)
Unsur Fiksi untuk Storytelling

1. Cerita
2. Struktur
3. Adegan dan plot
4. Karakter
5. Teknik bercerita
Enam Kriteris Penulisan Cerita

Purpose Mengapa cerita ini ditulis? (Why)


Fokus Apa titik focus dari cerita ini? (What)
Style Bagaimana cerita ini ditulis? (How)
Sumber Informasi apa dan pendapat siapa yang dimasukkan dalam cerita ini?
Audiens Untuk siapa cerita ini ditulis dan apa peran?
Sains
Cerita
Cerita adalah penyampaian naratif serangkaian atau urutan adegan yang
kronologis.
Cerita disajikan menarik, menghibur, atau menginformasikan pembaca.
Cerita membangkitkan emosi pembaca, mendorong mereka peduli (bisa
berempati atau sekedar bersimpati) mengenai apa yang terjadi pada
karakter (subyek) dalam cerita itu.
Cerita ada karakter (subyek) yang berpindah dari sebuah konflik ke sebuah
penyelesaian
Cerita tidak pernah sama pada permulaan dan akhiran, harus ada
perubahan
Perubahan yang menyusun cerita bisa menjadi lebih baik atau lebih buruk
Cerita
Kadang penulis pemula sulit membedakan sebuah cerita dan sebuah peristiwa.
Cerita adalah urut-urutan fragmen kejadian atau peristiwa itu.
Pikirkan ingin menulis cerita mengenai apa?
Kebanyakan cerita adalah mengenai konflik (berbagai jenis konflik). Ketika meliput
pekalah menangkap konflik. Jika melihat konflik berarti Anda mendapatkan cerita.
Aristotle melihat ada enam konflik yang mendasar yaitu: Man against Man, Man
against Nature, Man against himself, Man against society, Man against the God, Man
against machine.
Konflik bisa dilihat juga sebagai: karakter yang memiliki tujuan (atau kehendak)
harus menghadapi hambatan.
Cerita bisa dilihat sebagai model conflict-development-resolution, sebuah struktur
tiga langkah
Struktur
Bagaimana menyusun (menstruktur) cerita
Kadang menentukan struktur sering di dalam penulisan nonfiksi
menggunakan pendekatan fiksi disebut framing atau memberi bingkai
atau membingkai cerita.
Setelah mendapatkan cerita dan sudah memutuskan apa ceritanya,
tetap penulis harus memutuskan bagaimana men-struktur atau mem-
frame atau cara menceritakan cerita itu.
Ada banyak cara menyusun bagian-bagian dari penulisan naratif (antar
lain adegan, karakter, plot, konteks) untuk menceritakan cerita. Pastikan
(dengan bertanya) cara yang mana lebih pas menceritakan cerita ini
Contoh Struktur
Seven-element story structure (Scott Meridith): “Character in a context with a
conflict tries to solve it, but fails until the conflict reaches a climax when character
succeeds or fails which resolve the conflict.” (Karakter di dalam konteks sebuah
konflik mencoba mengatasinya tetapi gagal sampai konflik itu mencapai klimaks
yaitu ketika si karakter berhasil atau gagal mengatasi konflik itu). Jadi ada
karakter, konteks, konflik, usaha menyelesaikan konflik (bisa gagal atau berhasil),
klimaks, dan konflik terselesaikan
Kronologis. Bercerita secara kronologis, memulai di awal dan mengakhiri di
belakang (beginning at the beginning and ending at the end). Satu bentuk
tradisional cara bercerita. Triknya adalah “pastikan kerumitan atau konfliknya
jelas sejak awal dan cerita yang belum terungkap akan menimbulkan minat
pembaca”
Contoh Struktur
In medias res. Bercerita secara naratif dimulai dari tengah cerita. Biasanya dimulai
pada titik balik yang kritis dalam penyajian naratif, kemudian dilanjutkan ke bagian
awal dan akhirnya masuk bagaimana persoalan (yang diungkapkan di awal tulisan)
diselesaikan. (seperti flash back)
Converging narrative. Struktur “converging narrative” (naratif yang konvergen atau
mengumpul) menyusun adegan-adegan dengan membangun karakter-karakter yang
terlibat dalam peristiwa.
Parallel construction. Struktur paralel menceritakan beberapa peristiwa yang
saling berkaitan secara paralel dengan satu tema tertentu. Kalau struktur “converging
narrative” karakter-karakternya berinteraksi satu dengan lainnya, dalam “parallel
construction” karakternya tidak saling berinteraksi. Cara framing seperti ini
mensyaratkan cerita setiap karakter kuat, tema yang jelas, penulis paham kapan dan
bagaimana berpindah dari satu narasi ke narasi lainnya, dan kapan ia harus kembali
pada cerita pertama yang menjadi inti cerita.
Contoh Struktur
Pass-it-on construction. Contoh film botol CocaCola yang jatuh di
perkampungan bush-people di Afrika dan kemudian dinarasikan riwayat botol
CocaCola itu.
One-Damn-thing-After-Another structure. O-D-T-A-A diperkenalkan oleh
Dennis O’Neil, penulis “The DC Comics Guide to Writing Comics” untuk
cerita fiksi. Untuk penulisan cerita non-fiksi, penutur cerita menyusun sebuah
petualangan dan kejadian buruk satu setelah kejadian buruk lainnya. O-D-T-
A-A tidak mengarahkan akhir cerita yang dramatis, tetapi mengakumulasi
kejadian-kejadian buruk dan detail untuk menciptakan kesan yang lebih
besar. Bagaimana membangun kesan besar dari kejadian-kejadian atau
peristiwa-peristiwa “hebat” atau “menakutkan” atau “luar biasa” yang dialami
karakter satu-per-satu. Struktur ini baik digunakan untuk menuliskan cerita
perjalan pertualangan
Adegan
Adegan (scene) adalah potongan-potongan dari cerita naratif. Tulisan naratif yang
baik tersusun dari adegan-adegan yang tidak hanya untuk mengungkapkan cerita
tetapi juga memberikan konteks dan informasi
Elemen adegan:
1) Deskripsi: Untuk menceritakan adegan, penulis perlu men-set adegan secara fisik
dan emosi
2) Karakter: Adegan selalu melibatkan orang (karakter)
3) Dialog: orang berinteraksi satu dengan lainya dengan berbicara atau dengan diri
sendiri (percakapan dengan diri sendiri di dalam pikiran atau hati)
4) Aksi: Ada kejadian
5) Sudut pandang: Adegan dituturkan berdasarkan sudut pandang tertentu. Sudut
pandang dari karakter, misalnya.
6) Detail yang dipahami dengan baik
Plot

Kalau cerita adalah urut-urutan adegan dari sebuah


peristiwa, plot adalah urut-urutan adegan yang dengan
sengaja disusun atau didramatisir oleh penulis (dengan
teknik narasi dan deskripsi)
Ketika urut-urutan adegan dituliskan dengan lebih efektif
(untuk membangun emosi pembaca) disebut plot.
Jadi untuk bisa membangun plot harus memiliki adegan-
adegan
Teknik Bercerita
Mencicil cerita: Penulis membeberkan ceritanya, memberikan
informasi secukupnya (tidak terlalu banyak sehingga pembaca
kehilangan keingintahuannya) untuk membuat pembaca ingin tahu lebih
lagi apa yang terjadi selanjutnya, sehingga pembaca ingin terus
membaca
Manaruh “uang emas”: Penting bagi penulis mencoba tidak
memberikan unsur cerita yang paling menarik dalam seketika, penulis
memberikan unsur cerita terbaik dengan membiarkan atau mendorong
pembaca mendapatkannya sendiri di dalam narasi cerita. Analoginya:
penulis “menjatuhkan uang emas” di sepanjang narasi dan membiarkan
pembaca mendapatkannya sendiri (tanpa harus ditunjukkan oleh penulis)
Teknik Bercerita
Membangun ketegangan/menggunakan kejutan: Ada banyak cara
memanfaatkan ketegangan. Pembaca tahu sesuatu yang tidak diketahui
karakter, misalnya menciptakan ketegangan bagaimana karakter bereaksi
ketika menghadapi jebakan (yang tidak diketahui karakter tetapi pembaca
tahu ada jebakan). Ketegangan bisa diciptakan di sepanjang cerita. Kejutan
biasanya hanya sekali saja.
Pengalaman umum: Salah satu jalan pembaca menghubungkan dirinya
dengan cerita dan kepada karakter adalah dengan mencari hubungan
dengan kehidupan sehariannya. Mencari sesuatu yang biasa di dalam
karakter atau situasi yang luar biasa bisa membantu pembaca mengikatkan
dirinya pada cerita melalui pengalaman-pengalamannya sendiri
Karakter
Penulis membutuhkan karakter-karakter untuk bercerita melalui mereka
Karakter harus dibangun (karakterisasi)
Karakter adalah sejumlah sifat dan ciri-ciri yang membentuk sosok khayalan yang
alami (dalam tulisan fiksi) atau sosok riil (dalam tulisan non-fiksi). Karakter yang
diingat pembaca adalah karakter yang mulai dengan realitas dasar
Dalam tulisan fiksi, penulis mengambil sifat, kebiasaan atau mungkin penampilan
seseorang yang dikenalnya untuk kemudian menambahkan dan membumbuinya
dengan imajinasinya. Kadang satu karakter sebuah gabungan. Sering karakter
mencerminkan latar belakang atau fantasi penulisnya
Dalam tulisan non-fiksi, penulis harus sungguh-sungguh menggali karakter
subyeknya (Jangan ngarang!)
Karakter harus dibangun terutama untuk menimbulkan simpati atau empati
pembaca atau sebaliknya menimbulkan rasa benci atau tidak suka
Karakter
Rasa simpati (antara lain) itulah yang berusaha dibangkitkan dari pembaca oleh
penulis melalui kemampuannya membentuk karakter
Pembaca yang tidak peduli apa yang terjadi pada karakter dalam cerita bisa
dipastikan akan berhenti membacanya
Untuk memunculkan kemampuan pembaca mengidentifikasi dan bersimpati,
seorang penulis harus menciptakan karakter yang bisa diperhatikan pembaca
Ketika pembaca mengalami rasa sedih, peduli, kagum, rasa kasihan, merestui
karakter dalam tulisannya, berarti penulis berhasil menciptakan karakter yang
menimbulkan simpati
Untuk menciptakan karakter yang menarik simpati, penulis harus merasa bersimpati
dan memahami juga karakter yang dibangunnya dan kondisi manusia secara umum
Karakter yang menimbulkan simpati tidak harus “orang baik” (protagonis), bisa juga
“orang jahat” (antagonis) – keduanya berseberangan
Karakter
Penulis yang terampil menyajikan karakter simpatik yang secara moral pantas
dicela dengan mengilustrasikan faktor-faktor yang membentuk karakter berkembang
ke satu arah tertentu
Penulis harus memberikan karakter dalam tulisannya paling tidak satu sifat yang
dapat diubah
Dalam tulisan fiksi, karakterisasi atau membangun karakter adalah sebuah proses
menciptakan citra seseorang di dalam drama, fiksi atau puisi naratif sedemikian rupa
sehingga pembaca percaya karakter itu sungguh-sungguh ada
Dalam non-fiksi, karakterisasi adalah sebuah proses menggambarkan subyek
tulisan dengan menggali sifat-sifat menonjol sehingga membangun citra yang
membangkitkan emosi pembaca. Karakterisasi (evoluasi sebuah karakter yang
konsisten) menimbulkan plot maupun hasil dari proses itu (berbeda awal dan akhir)
Bagaimana membangun karakter?
Membangun Karakter
Penulis menggunakan berbagai metoda pengembangan karakter
Ia bisa menyampaikan kepada pembaca gambaran seseorang dengan
menguraikan penampilannya, perilakunya, dan mood-nya
Atau penulis bisa membiarkan si karakter “bercerita mengenai dirinya sendiri”
melalui dialog-dialog
Penulis bisa menumbuhkan sifat dasar sebuah karakter dengan menunjukkan apa
yang dilakukan dan bagaimana ia bereaksi
Penulis bisa mengindikasikan pada pembaca bagaimana karakternya bereaksi pada
orang dan situasi di sekelilingnya
Terakhir, penulis bisa melukiskan dampak si karakter pada orang lain di dalam
ceritanya
Go beyond the who. Kembangkan karakter Anda dengan detail, latar belakang,
hubungan-hubungan, dan motivasi. Bantu pembaca melihat, mendengar, dan peduli
pada karakter Anda
QUESTIONS AND ANSWER SESSION
Referensi:
 
“Creative Nonfiction” oleh Philip Gerard tahun 1996

“What is Narrative, Anyway?” oleh Chip Scanlan (


http://www.poynter.org/column.asp?id=52&aid=49550)

Anda mungkin juga menyukai