Anda di halaman 1dari 58

PPOK DENGAN ANCAMAN HENTI

NAFAS

Disusun Oleh:
Muhammad Iqbal 1610070100097
Waisah Ayu Andela 1610070100099

Preseptor:
dr. Ade Ariadi, Sp.An
Pendahuluan
 PPOK merupakan istilah untuk menggambarkan sekumpulan
penyakit kronik paru yang ditandai dengan keterbatasan aliran
udara.

 PPOK berhubungan dengan inflamasi kronik saluran napas


dan parenkim paru akibat pajanan gas atau partikel berbahaya.

 Hambatan aliran udara pada PPOK terjadi karena perubahan


struktur saluran napas yang disebabkan destruksi parenkim
dan fibrosis paru.
Ilustrasi Kasus
Identitas
Nama : Tn. Y
Umur : 68 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Guguak Sarai

Seorang pasien laki laki usia 68 tahun datang ke IGD tanggal 18 januari 2021 pukul 13.45
WIB. Pasien dating dengan keluhan sesak nafas sejak 1 bulan yang lalu dan semakin
memberat sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluhkan batuk
berdahak. Demam tidak ada, mual muntah tidak ada, BAB dan BAK pasien normal.
Kesadaran pasien saat masuk CMC dengan GCS 15. Beberapa jam sebelum masuk UGD
pasien sempat diberi Nebulizer 1 kali dan di Swab antigen dengan hasil non-reaktif di RS
Tentara. Riwayat TB ada sejak 2 tahun yang lalu dan pasien masih pengobatan katagori II,
Riwayat PPOK sejak 4 tahun yang lalu. Riwayat hipertensi tidak ada, riwayat penyakit
jantung tidak ada, riwayat DM tidak ada, riwayat stroke tidak ada. Riwayat penyakit yang
sama pada keluarga disangkal.

Pasien direncanakan untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium, EKG, dan Ro Thorax


Hari I/ 18-01-2021 , 13:45 WIB DI IGD
S - Sesak nafas
- Batuk berdahak
O -Status generalis :
Kes: CMC, GCS E4V5M6
TD : 165/85 mmhg
HR : 111x/i
RR : 30x/I
T : 36,8 C

-Pemeriksaan fisik :
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)
Jantung : Irama reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : Ronkhi (+/+), Wheezing (+/+)
Abdomen : Supel, BU (+)
Ekstremitas: Akral hangat, udem tidak ada, CRT <2 detik

-Laboratorium

Hb (L) 12,9 g/dl Kreatinin 1,06 mg/dL


Eritrosit 4,32 106/mm3 Neutrofil (H)78%
Hematokrit(L) 38,2% LImfosit (L) 12%
Leukosit 7,5 103/mm3 Monosit 8%
Trombosit 299 103/mm3
ALC (L) 900 uL
GDS 98 mg/dL
NLR (H) 6,50
Ureum 24 mg/dL
Hari I/ 18-01-2021 , 13:45 WIB DI IGD
O -EKG :
Irama sinus rhytm, HR 100x/i, PR interval tidak memanjang, QT interval tidak memanjang, T
inverted tidak ada, P pulmonal ada, Q patologis tidak ada, ST elevasi tidak ada, ST depresi tidak
ada,
RVH/LVH tidak ada,
RAH/LAH tidak ada,
RBBB/LBBB tidak ada

-Ro Thorax :
Jantung kesan tidak membesar
Aorta dan mediastinum sup tidak melebar
Trakea ditengah
Kedua hilus suram
Tampak infiltrat di bagian apex paru sebelah kiri dan kanan
Hemidiafragma dan sinus kostofrenikus lancip
Jaringan lunak dinding dada terlihat baik
Pemeriksaan Laboratorium 18 Desember 2020, 13.45 WIB
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Hematologi
Hematologi Lengkap
Hb (L) 12,9 g/dl 14.0-17.4
Eritrosit 4,32 106/mm3 4.5-5.5
Hematokrit (L) 38,2 % 42-52
MCV 88,4 fL 84-96
MCH 29.9 pg/cell 28-34
MCHC 33,8 g/dl 32-36
RDW-CV (H) 14,6 % 11.5-14.5
Leukosit 7.5 103/mm3 5.0-10.0
Trombosit 299 103/mm3 140-400
Pemeriksaan Laboratorium 18 Desember 2020, 13.45 WIB
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Basofil 0% 0-1
Eosinofil 2% 1-3
Neutrofil (H) 78 % 50-70
Limfosit (L) 12 % 20-40
Monosit 8% 2-8
ALC (absolute limfosit count) (L) 900 /uL 1500-4000
NLR (neutrofil limfosit ratio) (H) 6,50 <3,13
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Kimia Klinik
Gula darah 98 mg/dL <200
Ureum 24 mg/dL 20-50
Kreatinin 1.06 mg/dL 0..5-1.5
EKG 18 Januari 2021, 13.45 WIB
Ro Thorax 18 Januari 2021, 13.45 WIB
A TB Paru aktif katagori II

P
Terapi :
• Inj Metilprednisolon 2 x 125 (iv)
• Inj dexametasone 1 amp
• Furosemid tab 1 x 40 mg(Po)
• NAC 3 x 1 (Po)
• Sukralfat syr 3 x cs (Po)
• Curcuma 3 x 1 (Po)
• Drip Aminofilin 8 cc dalam RL 12 jam/kolf
• Inj Ceftriaxone 2 x 1 gram (sr)
• Nairet 2 x 0,2 cc (sc)
• Terpasang nasal kanul O2 4 L/menit

Rencana Lanjutan:
• Pasien dipindahkan ke Bangsal Paru
Hari ke-I / 18 januari 2021 , 19.40 WIB di BANGSAL
S -Subjektif : Pasien mengatakan badan lemas, sesak nafas dan batuk sesekali
O Status generalisata
Tampak sakit sedang
Kesadaran CMC, GCS E4V5M6
TD : 190/ 100 mmhg
HR : 106x/i
RR : 30x/I,
T : 36,6 C
Pemeriksaan fisik
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Jantung : irama reguler, murmur (-), s3 gallop (-)
Paru : vesikuler, rhonki (+/+), wheezing (+/+)
Abdomen : supel, distensi (-), BU (+)
Ekstremitas : akral hangat, oedem tidak ada, CRT<2 detik

A TB paru aktif katagori II


P
Terapi :
• Inj Metilprednisolon 2 x 125 (iv)
• Furosemid 1a (IV) ekstra
• NAC 3 x 1 (Po)
• Sukralfat syr 3 x cs (Po)
• Curcuma 3 x 1 (Po)
• Drip Aminofilin 8 cc dalam RL 12 jam/kolf
• Inj Ceftriaxone 2 x 1 gram (iv)
• Nairet 2 x 0,2 cc (sc)
• Terpasang nasal kanul O2 4 L/menit
Hari ke-II / 19 januari 2021 , 08.00 WIB di BANGSAL
S Subjektif : Pasien mengatakan sesak nafas dan batuk sesekali
O Status Generalisata :
Tampak sakit sedang
Kesadaran CMC, GCS E4V5M6
TD : 180/90 mmhg
HR : 105x/i
RR : 26x/i
T : 36,7 C
Pemeriksaan fisik
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Jantung : irama reguler, murmur (-), s3 gallop (-)
Paru : vesikuler, rhonki (+/+), wheezing (+/+)
Abdomen : supel, distensi (-), Nyeri tekan (-), Nyeri lepas (-), BU (+)
Ekstremitas : akral hangat, oedem tidak ada, CRT<2 detik

A TB paru aktif katagori II


P Terapi :
• Inj Metilprednisolon 2 x 125 (iv)
• Dexamethason 3 x 1
• Furosemid 2 x 1 amp
• Levofloxasin 1 x 500
• NAC 3 x 1 (Po)
• Sukralfat syr 3 x cs (Po)
• Curcuma 3 x 1 (Po)
• Drip Aminofilin 8 cc dalam RL 12 jam/kolf
• Inj Ceftriaxone 2 x 1 gram (iv)
• Nairet 4 x 0,2 cc (sc)
Hari ke-III / 20 januari 2021 , 08.00 WIB di BANGSAL
S Subjektif : Pasien mengatakan sesak nafas dan nyeri dada bagian atas
O Status Generalisata :
Tampak sakit sedang
Kesadaran CMC, GCS E4V5M6
TD : 150/89 mmhg
HR : 128x/i
RR : 24x/I,
T : 37,3 C
Pemeriksaan fisik
Mata : konjungtiva tidak anemis , sklera tidak ikterik
Jantung : irama reguler, murmur (-), s3 gallop (-)
Paru : vesikuler, rhonki (+/+), wheezing (+/+)
Abdomen : supel, distensi (-), Nyeri tekan (-), Nyeri lepas (-), BU (+)
Ekstremitas : akral hangat, oedem tidak ada, CRT<2 detik

A TB paru aktif katagori II


P Terapi :
• IVFD Dextrose 5 %
• Inj Metilprednisolon 2 x 125 (iv)
• Dexamethason 3 x 1
• Furosemid 2 x 1 amp
• Levo inf1 x 500
• NAC 3 x 1 (Po)
• Sukralfat syr 3 x cs (Po)
• Curcuma 3 x 1 (Po)
• Drip Aminofilin 8 cc dalam RL 12 jam/kolf
• Inj Ceftriaxone 2 x 1 gram (iv)
• Nairet 4 x 0,2 cc (sc)
Hari ke-IV / 21 januari 2021 , 08.00 WIB di BANGSAL
S Subjektif : Pasien mengatakan sesak nafas,dan meningkat jika beraktifitas
O Status Generalisata :
Tampak sakit sedang
Kesadaran CMC, GCS E4V5M6
TD : 150/108mmhg
HR : 109x/i
RR : 24x/I,
T : 37,3 C
Pemeriksaan fisik
Mata : konjungtiva tidak anemis , sklera tidak ikterik
Jantung : irama reguler, murmur (-), s3 gallop (-)
Paru : vesikuler, rhonki (+/+), wheezing (+/+)
Abdomen : supel, distensi (-), Nyeri tekan (-), Nyeri lepas (-), BU (+)
Ekstremitas : akral hangat, oedem tidak ada, CRT<2 detik

A PPOK Eksaserbasi Akut


P Terapi :
• IVFD Dextrose 5 %
• Inj Metilprednisolon 2 x 125 (iv)
• Dexamethason 3 x 1
• Furosemid 2 x 1 amp
• Levo inf1 x 500
• NAC 3 x 1 (Po)
• Sukralfat syr 3 x cs (Po)
• Curcuma 3 x 1 (Po)
• Drip Aminofilin 8 cc dalam RL 12 jam/kolf
• Inj Ceftriaxone 2 x 1 gram (iv)
• Nairet 4 x 0,2 cc (sc)
Hari ke-V / 22 januari 2021 , 08.00 WIB di BANGSAL
S Subjektif : Pasien mengatakan sesak nafas dan batuk
O Status Generalisata :
Tampak sakit berat
Kesadaran Delirium, GCS E3V2M5
TD : 158/103 mmhg
HR : 124x/i
RR : 34x/I,
T : 36,5 C
Pemeriksaan fisik
Mata : konjungtiva tidak anemis , sklera tidak ikterik
Jantung : irama reguler, murmur (-), s3 gallop (-)
Paru : vesikuler, rhonki (+/+), wheezing (+/+)
Abdomen : supel, distensi (-), Nyeri tekan (-), Nyeri lepas (-), BU (+)
Ekstremitas : akral hangat, oedem tidak ada, CRT<2 detik

A PPOK Eksaserbasi Akut


P Terapi :
• Dexamethason 1amp (iv) ekstra
• Nairet 0,3 cc (sc) eksstra
• Cek GDR
• Pasien pindah ke ICU
Hasil pemeriksaan saat pasien di pindahkan ke ICU jam 11.30WIB:
S Subjektif : Pasien di pindahkan ke ICU dalam keadaan kesadaran delirium, dengan
keluhan nafas sesak
O Tampak sakit berat
Kesadaran : Delirium
GCS : E1M2Vtube
TD : 94/65 mmHg
HR : 100x/menit
RR : 16x/menit
SPO2 : 92%
MAP : 80
Suhu : 36,6
Pemeriksaan fisik
Mata : konjungtiva tidak anemis , sklera tidak ikterik
Jantung : irama reguler, murmur (-), s3 gallop (-)
Paru : vesikuler, rhonki (+/+), wheezing (+/+)
Abdomen : supel, distensi (-), BU (+)
Ekstremitas : akral hangat, oedem tidak ada, CRT<2 detik

A PPOK dengan henti nafas

P Monitoring TTV, Terpasang Ventilator, Terpasang DC


Follow Up Hari Rawatan Pasien
HARI RAWATAN I ICU / 22-01-2021
S Pasien tampak mulai gelisah
O Status generalis
Tampak sakit berat
Kesadaran : Koma
GCS E1M2Vtube
TD : 97/61 mmHg
HR: 111x/menit
RR : 22x/menit
SPO2 : 95%
T : 35,5 C
Pemeriksaan fisik
Mata : konjungtiva tidak anemis , sklera tidak ikterik
Jantung : murmur (-), s3 gallop (-)
Paru : vesikuler, rhonki (+/+), wheezing (+/+)
Abdomen : supel, distensi (-), BU (+)
Ekstremitas : akral hangat, oedem tidak ada, CRT<2 detik

A PPOK dengan ancaman henti nafas


HARI RAWATAN I ICU / 22-01-2021

P Terpasang monitor mode PC-SIMC


Terpasang ventilator
Terpasang NGT
Terpasang DC 
Monitoring hemodinamik
Monitoring balanced cairan
Suction berkala

IVFD RL 500cc 12 jam/kolf OMZ 2 x 40 mg


Syr miloz 1 mg/jam NAC 4x 200 mg
E4 Levofloxasin 1 x 500 mg Curcuma 3 x1
H2 Dexametason 3 x 10 mg Syr morfin 2 mg/jam
Nairet 4 x 0,2 cc Sukralfat syr 3 x 1 cth
E6 Ceftriaxon 2 x 1 gr Nebu Combiven 2/6 jam
Furosemid 2 x 1 mg Syr Lasix 40 mg/24 jam
Syr Aminopilin 12 mg/jam Diet MC 6 x150 cc
Syr Midazolam 1 mg/jam
HARI RAWATAN I ICU / 22-01-2021

Hasil Laboraturium jam 11.10


KIMIA KLINIK -
Glukosa Darah : 195 mg/dL
Elektrolit Serum (Na-K-Cl)
Natrium : (L) 134,3 mEq/L
Kalium : 4,3 mEq/L
Clorida : (L) 89,3 mEq/L

IMUNOLOGI
Rapid Test Antibodi : Non Reaktif
Anti SARS-CoV-2
HARI RAWATAN I ICU / 22-01-2021

Hasil Laboraturium jam 13.56


- Hb : (L) 11,8 g/Dl -
- Eritrosit : 4.00 10/ mm3
- Hematokrit : (L) 36,7 %
- Leukosit : 7400 mm3
- Trombosit : 228.000 mm3
- Eosinofil : (L) 0 %
- Neutrofil : (H) 88 %
- Limfosit : (L) 3 %
- Monosit : (H) 9 %
- ALC : (L) 222 / Ul
- NLR : (H) 29,33
HARI RAWATAN I ICU / 22-01-2021

Hasil Laboraturium jam 14.09


KIMIA KLINIK -
SGOT : (H) 84 U/L
SGPT : (H) 50 U/L
Albumin : 4,5 g/dL
Kalsium : (L) 8,07 mg/dL
ANALISA GAS DARAH (AGD)
pH : (L) 7,234
PCO2 : (HH) 119,20 mmHg
PO2 : (HH) 206,30 mmHg
Bikarbonat : 50,80 mEq/L
SO2 : 99,2%
Procalcitonin (PCT) : < 0,1 mg/dL
HARI RAWATAN I ICU / 22-01-2021

Hasil Laboraturium jam 20.09


Analisa gas darah (AGD) -
- pH : 7,44
- PCO2 : (H) 62,80 mmHg
- PO2 : 82,3 mmHg
- Bikarbonat : (H) 43,70 mEq/L
- SO2 : 95,8 %
HARI RAWATAN II ICU / 23-01-2021
S Pasien terpasang intubasi dan penurunan kesadaran

O Tampak sakit berat


Kesadaran :
GCS E1M2Vtube
TD : 72/56 mmHg
HR: 105x/menit
RR : 12x/menit
SPO2 : 93%
T : 36,6 C
Pemeriksaan fisik
Paru : Rh (+/+), Wh (+/+)

A PPOK dengan ancaman henti nafas, Jam 15.30 pasien meninggal dunia
HARI RAWATAN II ICU / 23-01-2021

P Terpasang monitor mode PC-SIMC


Terpasang ventilator
Terpasang NGT
Terpasang DC 
Monitoring hemodinamik
Monitoring balanced cairan
Suction berkala

- NAC 4 X 200 mg - Syr lasix 40 mg


- Cucuma 3 x 1 cth - E6 inj Ceftriaxon
- Sukralfat syr 3 x 1 cth - E4 Levofloxacime 1 x 500 mg
- NEBU Combivent 2/6 jam - Dexametaxon 3 x 10 mg
- IVFD RL 500 CC/ 12 jam - Inj OMZ 2 X 40 mg
- Syr Dobutamin - Inj Naret 4 x 0,2 cc
- Syr MILD 1 mg - Diet : MC 6x 150 cc
- Syr Morfin 2 mg
- Syr Aminopilin 12 mg
HARI RAWATAN II ICU / 23-01-2021

Hasil Laboraturium jam 08.16


KIMIA KLINIK -
Ureum : (H) 78 mg/dL
Kreatinin : 1,44 mg/dL
Kalsium : 9,98 mg/dL
ICU tanggal 23-01-2021

Jam Masalah
14.45 - Pasien dilapokan desaturasi  60 % nadi 40 x/i  SA 2 amp

- Pasien tiba-tiba arrest


- Nadi tidak teraba
- Monitor PEA

- Lalu, dilakukan RJP, diberi epinefrin 5 amp (1 jam)

- Pasien nadi tidak teraba


- R kornea (-/-)
- R cahaya (-/-)
- Pupil midriasis Maksimal

- EKG flat

15.45 Pasien dinyatakan meninggal dihadapan keluarga dan paramedis


EKG 23 Januari 2021, jam 14.45 WIB
Tinjauan Pustaka
Diagnosis dan Gambaran Klinis SKA

Anamnesa
• Nyeri dada
• onset, lokasi, kualitas nyeri, penjalaran, faktor yang meningkatkan atau
menurunkan nyeri, waktu terjadinya, dan gejala penyerta.
• Nyeri dada dapat berupa:
• Tipikal
• Atipikal
• Faktor resiko aterosklerosis dan penyakit arteri koroner : merokok, dislipidemia,
hipertensi, diabetes, dan riwayat keluarga penyakit arteri koroner sebelumnya.
Pemeriksaan Penunjang
• EKG
• ST Elevasi pada 2 lead berpasangan
• RBBB/LBBB
• Biomarker Jantung
• Troponin I
• Troponin T
• CK-MB
• Laboratorium
• darah rutin, gula darah sewaktu, status elektrolit, koagulasi darah, tes fungsi
ginjal, dan panel lipid.
Pemeriksaan fisik
• Bunyi jantung S3
- Akibat disfungsi sistolik venrtikel kiri menyebakan overload volume cairan.
• Bising sistolik
- Akibat komplikasi mekanis
• Peningkatan tekanan vena jugularis
- Pada pasien dengan infark ventrikel kanan
• Ronkhi basah
- Dapat terdengar jika tejadi edema paru
• Syok kardiogenik
- Pada pasien dengan infark yang luas
Tatalaksana

Tata laksana awal

M : Morfin sulfat 1-5 mg intravena

O : O2 (SaO2 <90% atau PaO2 < 60 mmHg)

N : Nitrat sublingual

A : Aspilet 160mg dosis awal, dilanjutkan 80mg/hari dosis lanjutan

CO : Clopidogrel Dosis awal 300mg dilanjutkan 75mg/hari


Terapi Reperfusi

PCI
(Percutaneous Coronary Intervention)

Fibrinolitik

CABG Surgery
(Coronary Artery Bypass Graft )
• Percutaneous Coronary Intervention (PCI)
• Primary PCI adalah terapi reperfusi pilihan apabila dapat dilakukan
dalam waktu 120 menit dari onset dan pasien dengan resiko tinggi.
• Tidak disarankan untuk melakukan PCI secara rutin pada arteri yang
telah tersumbat total lebih dari 24 jam pada pasien stabil tanpa gejala
iskemia.
• Coronary Artery Bypass Graft (CABG) Surgery
• CABG lebih dipilih untuk dilakukan pada pasien STEMI dengan gagal
PCI atau oklusi coroner yang sulit untuk dilakukan PCI.
• CABG jarang dilakukan karena keuntungan revaskularisasinya tidak
jelas.
Terapi Reperfusi
• Fibrinolitik
• Fibrinolitik adalah strategi reperfusi yang dapat dilakukan
ketika primary PCI tidak dapat dilakukan.
• Indikasi : Pemberiannya direkomendasikan pada pasien
onset dibawah 12 jam, tidak bisa melakukan primary PCI
dalam 120 menit setelah diagnosis STEMI ditegakkan, dan
tidak terdapat kontraindikasi.
Kontraindikasi Fibrinolitik
Indikasi Kontra Absolute Indikasi Kontra Relatif
1. Pernah mengalami perdarahan intracranial 1. Transcient ischemic attack
sebelumnya. dalam 6 bulan terakir
2. Stroke iskemis dalam 6 bulan terakhir 2. Penggunaan antikoagulan oral
3. Kelainan atau neoplasma SSO atau AVM 3. Kehamilan hingga 1 minggu
(arteriovenous malformation) post partum
4. Trauma/ pembedahan kepala (dalam 1 bulan 4. Hipertensi (>180/110 mmHg)
terakhir) 5. Penyakit hepar lanjut
5. Perdarahan gastrointestinal dalam 1 bulan 6. Endocarditis infektif
terakhir 7. Ulkus peptikum aktif
6. Gangguan perdarahan, menstruasi 8. Pernah mendapat resusitasi
7. Diseksio aorta yang lama
Pembahasan
Seorang pasien laki laki usia 68 tahun datang ke Igd dengan keluhan nyeri dada
sebelah kiri sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dada sebelah kiri menjalar
ke lengan kiri. Nyeri dirasakan seperti tertusuk di bagian tengah dada. Pasien
mengatakan nyeri berkurang dengan istrahat. Nyeri dada disertai dengan keringat
dingin yang banyak. Pasien juga mengeluhkan sesak nafas. Nyeri dada tidak disertai
dengan mual dan muntah. Demam tidak ada, batuk tidak ada, pilek tidak ada. BAB
dan BAK pasien normal. Kesadaran pasien saat masuk CMC dengan GCS 15

Gejala klinis yang ditemui pada pasien adalah nyeri dada sebelah kiri menjalar hingga
ke lengan kiri. Nyeri dirasakan seperti tertusuk dan pasien tidak dapat menunjukkan
lokasi nyeri. Nyeri berkurang dengan istirahat. Gejala nyeri ini disebut dengan angina
tipikal, yaitu khas pada sindrom koroner akut
Semua pasien dengan keluhan nyeri dada yang kepada iskemia harus
menjalani pemeriksaan EKG 12 sadapan sesegera mungkin sesampainya di
ruang gawat darurat. Hasil EKG pada pasien ini menunjukkan adanya ST
elevasi di lead I,AVL, V5 dan V6 yang menandakan lokasi iskemia atau
infark di lateral. Ditemukan pula M shape pada V1 dan V2 yang disebut
dengan RBBB
Pasien juga melakukan pemeriksaan biomarka jantung troponin I. Hasil
yang didapatkan adalah 3,67 ng/ml yaitu adanya peningkatan enzim
troponin I jantung

Troponin adalah protein pada sel otot jantung yang mengatur interaksi
antara aktin dan miosin jantung. Troponin T/I sangat spesifik dan sensitif
untuk mendeteksi cedera kardiomiosit, sehingga peningkatan nilai
biomarker ini digunakan sebagai diagnostik dan prognostik
Diagnosis STEMI ditegakkan jika terdapat keluhan angina pektoris akut ,
elevasi segmen ST yang persisten di dua sadapan yang bersebelahan
disertai peningkatan enzim jantung
Terapi awal pada pasien ini :

a. O2 berupa nasal kanul 3L/menit untuk mempertahankan oksigenasi pada


pasien, karena berkurangnya supply oksigen sementara demand
meningkat.

b. Nitrogliserin (NTG) drip


NTG bekerja dengan cara vasodilatasi pembuluh darah sehingga
meningkatkan aliran darah dan O2 ke otot jantung.
c. Loading aspirin 160 mg

Maintenance diberikan dengan dosis 80 mg. Merupakan anti agregrasi trombosit.


Sehingga mencegah adhesi platelet dan pembentukan thrombus melalui penekanan
sintesis tromboksan A2 dalam trombosit, dan mencegah konstriksi arterial

d. Loading Clopidogrel 300 mg

Maintenance diberikan dengan dosis 75 mg.

CPG berfungsi menghambat ADP dengan cara mengikat reseptor P2Y12 pada
permukaan trombosit sehingga mencegah aktivasi dan agregasi trombosit sehingga
menurunkan kejadian iskemik
• Loading simvastatin 40 mg

Menurunkan kadar kolesterol LDL dalam darah dan meringankan resiko


dari stroke akibat trombo emboli dan meringankan resiko serangan jantung
• Streptokinase 1,5 juta unit
Streptokinase dilarutkan dalam 100 ml larutan salin atau dextrose 5%
dalam waktu kurang dari 1 jam. Bekerja dengan cara mengaktifkan
plasminogen untuk membentuk plasmin, yang mendegradasi fibrin dan
kemudian memecah trombus
• Lovenox 0,6 mg

Berperan sebagai antikoagulan untuk mencegah tromboembolik


Reperfusi pilihan pada pasien ini adalah farmakoterapi fibrinolitik. Pasien
harus dipantau deviasi ST segmen dan aritmia minimal selama 24 jam
pertama.

Post trombolitik pasien dipindahkan ke ICU untuk di monitoring mengenai


komplikasi yang dapat terjadi, hal yang perlu di perhatikan adalah :

Perdahan, alergi, hipotensi, dan aritmia


Pada hari rawatan pertama ICU, terpasang monitor pada pasien untuk
memantau hemodinamik pasien. Setelah terpasang nasal kanul 3L/menit,
pasien mengatakan sesak sudah mulai berkurang. Dipasang DC untuk
memantau balance cairan pasien. Pasien juga diberikan RL 500 cc 12/kolf
untuk menggantikan cairan dan elektrolit pasien yang hilang. GCS E4M5V6
dengan tekanan darah 132/79 mmHg, HR 88 x/menit, RR 16 x/menit, SPO2 :
96%, T 37,5 C
Monitoring pasien selama perawatan ICU dikontrol dengan :

Inj lovenox 2x0,6 cc (antikoagulan dengan dosis maintenance), Aspilet

1x80mg (anti agregarasi trombosit), Clopidogrel 1x75 mg (antiplatelet),

Syrg NTG 10mg/50cc (vasodilator pembuluh darah), Inj. Ranitidine

2x50mg, Tanapress 1x5mg (menurunkan tekanan darah tinggi),


Inj. Ceftriaxon 1x2gr (antibiotik ), Simvastatin 1x40mg (golongan statin

untuk menurunkan kadar kolesterol), Opilac Syr 1x10cc untuk mencegah

konstipasi sehingga pasien tidak mengejan terlalu kuat), Diazepam 1x2mg.

Diet pasien MCDJRG


Pada hari rawatan kedua ICU masih terpasang monitor, DC, nasal kanul
3l/m, dan IVFD RL 500 cc 12jam/kolf. GCS E4M5V6 dengan TD : 122/71
mmHg, HR 77x/menit RR 14 x/menit, SPO2 98%, T 31,6 C

Monitoring pasien perawatan hari kedua di ICU dikontrol dengan Inj


lovenox 2x0,6cc, Inj. Ceftriaxon 1x2gr, Syrg NTG 10mg/50cc, Inj.
Ranitidine 2x50mg, Aspilet 1x80mg, Clopidogrel 1x75 mg, Simvastatin
1x40mg, Opilac Syr 1x10cc, Diazepam 1x2mg, Tanapress 1x5mg, Inj.
Lasix 20mg, Amlodipine 1x5mg, Paracetamol 3x500mg, dan diet
MLDJRG

Pasien dipindahkan ke bangsal jantung pada tanggal 15 desember 2020


pukul 13.05
Kesimpulan

Sindrom koroner akut adalah kumpulan gejala klinis akibat tersumbatnya arteri coroner,
yang menyebabkan matinya sel sel otot jantung pada daerah vaskularisasi arteri coroner
hingga terbentuknya infark miokard akut. Infark miokard adalah kematian sel miokard
akibat iskemia yang lama. Berdasarkan perubahan EKG, infark miokard akut dibagi
menjadi STEMI, NSTEMI,UAP

Diagnosa stemi dapat ditegakkan berdasarkan 2 dari 3 kriteria seperti nyeri angina tipikal,
ST elevasi pada 2 lead yang berpasangan, dan peningkatan enzim jantung.

Tatalaksana yang diberikan pada pasien adalah terapi awal (MONACLO) dan terapi
reperfusi untuk mengembalikan aliran darah koroner yang mengalami sumbatan sehingga
dapat kembali ke keadaan semula.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai