NAFAS
Disusun Oleh:
Muhammad Iqbal 1610070100097
Waisah Ayu Andela 1610070100099
Preseptor:
dr. Ade Ariadi, Sp.An
Pendahuluan
PPOK merupakan istilah untuk menggambarkan sekumpulan
penyakit kronik paru yang ditandai dengan keterbatasan aliran
udara.
Seorang pasien laki laki usia 68 tahun datang ke IGD tanggal 18 januari 2021 pukul 13.45
WIB. Pasien dating dengan keluhan sesak nafas sejak 1 bulan yang lalu dan semakin
memberat sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluhkan batuk
berdahak. Demam tidak ada, mual muntah tidak ada, BAB dan BAK pasien normal.
Kesadaran pasien saat masuk CMC dengan GCS 15. Beberapa jam sebelum masuk UGD
pasien sempat diberi Nebulizer 1 kali dan di Swab antigen dengan hasil non-reaktif di RS
Tentara. Riwayat TB ada sejak 2 tahun yang lalu dan pasien masih pengobatan katagori II,
Riwayat PPOK sejak 4 tahun yang lalu. Riwayat hipertensi tidak ada, riwayat penyakit
jantung tidak ada, riwayat DM tidak ada, riwayat stroke tidak ada. Riwayat penyakit yang
sama pada keluarga disangkal.
-Pemeriksaan fisik :
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)
Jantung : Irama reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : Ronkhi (+/+), Wheezing (+/+)
Abdomen : Supel, BU (+)
Ekstremitas: Akral hangat, udem tidak ada, CRT <2 detik
-Laboratorium
-Ro Thorax :
Jantung kesan tidak membesar
Aorta dan mediastinum sup tidak melebar
Trakea ditengah
Kedua hilus suram
Tampak infiltrat di bagian apex paru sebelah kiri dan kanan
Hemidiafragma dan sinus kostofrenikus lancip
Jaringan lunak dinding dada terlihat baik
Pemeriksaan Laboratorium 18 Desember 2020, 13.45 WIB
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Hematologi
Hematologi Lengkap
Hb (L) 12,9 g/dl 14.0-17.4
Eritrosit 4,32 106/mm3 4.5-5.5
Hematokrit (L) 38,2 % 42-52
MCV 88,4 fL 84-96
MCH 29.9 pg/cell 28-34
MCHC 33,8 g/dl 32-36
RDW-CV (H) 14,6 % 11.5-14.5
Leukosit 7.5 103/mm3 5.0-10.0
Trombosit 299 103/mm3 140-400
Pemeriksaan Laboratorium 18 Desember 2020, 13.45 WIB
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Basofil 0% 0-1
Eosinofil 2% 1-3
Neutrofil (H) 78 % 50-70
Limfosit (L) 12 % 20-40
Monosit 8% 2-8
ALC (absolute limfosit count) (L) 900 /uL 1500-4000
NLR (neutrofil limfosit ratio) (H) 6,50 <3,13
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Kimia Klinik
Gula darah 98 mg/dL <200
Ureum 24 mg/dL 20-50
Kreatinin 1.06 mg/dL 0..5-1.5
EKG 18 Januari 2021, 13.45 WIB
Ro Thorax 18 Januari 2021, 13.45 WIB
A TB Paru aktif katagori II
P
Terapi :
• Inj Metilprednisolon 2 x 125 (iv)
• Inj dexametasone 1 amp
• Furosemid tab 1 x 40 mg(Po)
• NAC 3 x 1 (Po)
• Sukralfat syr 3 x cs (Po)
• Curcuma 3 x 1 (Po)
• Drip Aminofilin 8 cc dalam RL 12 jam/kolf
• Inj Ceftriaxone 2 x 1 gram (sr)
• Nairet 2 x 0,2 cc (sc)
• Terpasang nasal kanul O2 4 L/menit
Rencana Lanjutan:
• Pasien dipindahkan ke Bangsal Paru
Hari ke-I / 18 januari 2021 , 19.40 WIB di BANGSAL
S -Subjektif : Pasien mengatakan badan lemas, sesak nafas dan batuk sesekali
O Status generalisata
Tampak sakit sedang
Kesadaran CMC, GCS E4V5M6
TD : 190/ 100 mmhg
HR : 106x/i
RR : 30x/I,
T : 36,6 C
Pemeriksaan fisik
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Jantung : irama reguler, murmur (-), s3 gallop (-)
Paru : vesikuler, rhonki (+/+), wheezing (+/+)
Abdomen : supel, distensi (-), BU (+)
Ekstremitas : akral hangat, oedem tidak ada, CRT<2 detik
IMUNOLOGI
Rapid Test Antibodi : Non Reaktif
Anti SARS-CoV-2
HARI RAWATAN I ICU / 22-01-2021
A PPOK dengan ancaman henti nafas, Jam 15.30 pasien meninggal dunia
HARI RAWATAN II ICU / 23-01-2021
Jam Masalah
14.45 - Pasien dilapokan desaturasi 60 % nadi 40 x/i SA 2 amp
- EKG flat
Anamnesa
• Nyeri dada
• onset, lokasi, kualitas nyeri, penjalaran, faktor yang meningkatkan atau
menurunkan nyeri, waktu terjadinya, dan gejala penyerta.
• Nyeri dada dapat berupa:
• Tipikal
• Atipikal
• Faktor resiko aterosklerosis dan penyakit arteri koroner : merokok, dislipidemia,
hipertensi, diabetes, dan riwayat keluarga penyakit arteri koroner sebelumnya.
Pemeriksaan Penunjang
• EKG
• ST Elevasi pada 2 lead berpasangan
• RBBB/LBBB
• Biomarker Jantung
• Troponin I
• Troponin T
• CK-MB
• Laboratorium
• darah rutin, gula darah sewaktu, status elektrolit, koagulasi darah, tes fungsi
ginjal, dan panel lipid.
Pemeriksaan fisik
• Bunyi jantung S3
- Akibat disfungsi sistolik venrtikel kiri menyebakan overload volume cairan.
• Bising sistolik
- Akibat komplikasi mekanis
• Peningkatan tekanan vena jugularis
- Pada pasien dengan infark ventrikel kanan
• Ronkhi basah
- Dapat terdengar jika tejadi edema paru
• Syok kardiogenik
- Pada pasien dengan infark yang luas
Tatalaksana
N : Nitrat sublingual
PCI
(Percutaneous Coronary Intervention)
Fibrinolitik
CABG Surgery
(Coronary Artery Bypass Graft )
• Percutaneous Coronary Intervention (PCI)
• Primary PCI adalah terapi reperfusi pilihan apabila dapat dilakukan
dalam waktu 120 menit dari onset dan pasien dengan resiko tinggi.
• Tidak disarankan untuk melakukan PCI secara rutin pada arteri yang
telah tersumbat total lebih dari 24 jam pada pasien stabil tanpa gejala
iskemia.
• Coronary Artery Bypass Graft (CABG) Surgery
• CABG lebih dipilih untuk dilakukan pada pasien STEMI dengan gagal
PCI atau oklusi coroner yang sulit untuk dilakukan PCI.
• CABG jarang dilakukan karena keuntungan revaskularisasinya tidak
jelas.
Terapi Reperfusi
• Fibrinolitik
• Fibrinolitik adalah strategi reperfusi yang dapat dilakukan
ketika primary PCI tidak dapat dilakukan.
• Indikasi : Pemberiannya direkomendasikan pada pasien
onset dibawah 12 jam, tidak bisa melakukan primary PCI
dalam 120 menit setelah diagnosis STEMI ditegakkan, dan
tidak terdapat kontraindikasi.
Kontraindikasi Fibrinolitik
Indikasi Kontra Absolute Indikasi Kontra Relatif
1. Pernah mengalami perdarahan intracranial 1. Transcient ischemic attack
sebelumnya. dalam 6 bulan terakir
2. Stroke iskemis dalam 6 bulan terakhir 2. Penggunaan antikoagulan oral
3. Kelainan atau neoplasma SSO atau AVM 3. Kehamilan hingga 1 minggu
(arteriovenous malformation) post partum
4. Trauma/ pembedahan kepala (dalam 1 bulan 4. Hipertensi (>180/110 mmHg)
terakhir) 5. Penyakit hepar lanjut
5. Perdarahan gastrointestinal dalam 1 bulan 6. Endocarditis infektif
terakhir 7. Ulkus peptikum aktif
6. Gangguan perdarahan, menstruasi 8. Pernah mendapat resusitasi
7. Diseksio aorta yang lama
Pembahasan
Seorang pasien laki laki usia 68 tahun datang ke Igd dengan keluhan nyeri dada
sebelah kiri sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dada sebelah kiri menjalar
ke lengan kiri. Nyeri dirasakan seperti tertusuk di bagian tengah dada. Pasien
mengatakan nyeri berkurang dengan istrahat. Nyeri dada disertai dengan keringat
dingin yang banyak. Pasien juga mengeluhkan sesak nafas. Nyeri dada tidak disertai
dengan mual dan muntah. Demam tidak ada, batuk tidak ada, pilek tidak ada. BAB
dan BAK pasien normal. Kesadaran pasien saat masuk CMC dengan GCS 15
Gejala klinis yang ditemui pada pasien adalah nyeri dada sebelah kiri menjalar hingga
ke lengan kiri. Nyeri dirasakan seperti tertusuk dan pasien tidak dapat menunjukkan
lokasi nyeri. Nyeri berkurang dengan istirahat. Gejala nyeri ini disebut dengan angina
tipikal, yaitu khas pada sindrom koroner akut
Semua pasien dengan keluhan nyeri dada yang kepada iskemia harus
menjalani pemeriksaan EKG 12 sadapan sesegera mungkin sesampainya di
ruang gawat darurat. Hasil EKG pada pasien ini menunjukkan adanya ST
elevasi di lead I,AVL, V5 dan V6 yang menandakan lokasi iskemia atau
infark di lateral. Ditemukan pula M shape pada V1 dan V2 yang disebut
dengan RBBB
Pasien juga melakukan pemeriksaan biomarka jantung troponin I. Hasil
yang didapatkan adalah 3,67 ng/ml yaitu adanya peningkatan enzim
troponin I jantung
Troponin adalah protein pada sel otot jantung yang mengatur interaksi
antara aktin dan miosin jantung. Troponin T/I sangat spesifik dan sensitif
untuk mendeteksi cedera kardiomiosit, sehingga peningkatan nilai
biomarker ini digunakan sebagai diagnostik dan prognostik
Diagnosis STEMI ditegakkan jika terdapat keluhan angina pektoris akut ,
elevasi segmen ST yang persisten di dua sadapan yang bersebelahan
disertai peningkatan enzim jantung
Terapi awal pada pasien ini :
CPG berfungsi menghambat ADP dengan cara mengikat reseptor P2Y12 pada
permukaan trombosit sehingga mencegah aktivasi dan agregasi trombosit sehingga
menurunkan kejadian iskemik
• Loading simvastatin 40 mg
Sindrom koroner akut adalah kumpulan gejala klinis akibat tersumbatnya arteri coroner,
yang menyebabkan matinya sel sel otot jantung pada daerah vaskularisasi arteri coroner
hingga terbentuknya infark miokard akut. Infark miokard adalah kematian sel miokard
akibat iskemia yang lama. Berdasarkan perubahan EKG, infark miokard akut dibagi
menjadi STEMI, NSTEMI,UAP
Diagnosa stemi dapat ditegakkan berdasarkan 2 dari 3 kriteria seperti nyeri angina tipikal,
ST elevasi pada 2 lead yang berpasangan, dan peningkatan enzim jantung.
Tatalaksana yang diberikan pada pasien adalah terapi awal (MONACLO) dan terapi
reperfusi untuk mengembalikan aliran darah koroner yang mengalami sumbatan sehingga
dapat kembali ke keadaan semula.
Terimakasih