Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN PERSEPSI SENSORI


DENGAN KASUS OTITIS

Oleh
Kelompok 3 :
TUTI FAJRIANTI
PUTRI AYANDARI
MUHAMMAD SALIM FAHMI
PENGERTIAN OTITIS
Otitis adalah Infeksi saluran telinga meliputi infeksi saluran
telinga luar (otitis eksternal),saluran tengah (otitis
media),mastoid(mastoiditis) dan telinga bagian dalam (labiringthis).
otitis media,suatu inflamasi telinga tengah berhubungan dengan
efusi telinga tengah,yang merupakan penumpukan cairan di
telingah tengah.atau dalam sebutan sehari-hari di sebut
“congek”(Rahajoe,2012 ).

(Sumber: Halodoc.com)
KLASIFIKASI OTITIS
MEDIA
 Otitis media akut terjadi karena fakto pertahanan tubuh
terganggu
 Otitis media sub akut
 Otitis media kronik terjadi infeksi dengan peforasi
membrane timpani dan secret yang keluar dari telinga yang
terus menerus atau hilang timbul.secret mungkin encer atau
kental,bening berupa nanah.otitis media akut menjadi otitis
media kronik apabila proses infeksi lebih dari 2 bulan.
(Efiaty,2007)
PREVALENSI
Prevalensi tertinggi otitis di dunia terjadi di afrika
barat dan tengah (43,37%),amerika selatan
(4,25%),eropa timur (3,96%),asia timur (3,93%),asia
pesifik (3,75%),dan eropa tengah (3,64%).asia
pasifik (3,75%),dan eropa tengah(3,64%)
Di inggris sebanyak 30% anak-anak mengunjungi
dokter anak setiap tahunnya.diasia
tenggara,Indonesia termasuk keempat Negara
dengan prevalensi gangguan telinga tertinggi
(4,6%).tiga negara lainnya sri langka
(8,8%),Mnyanmar (8,4%) dan india (6,3%).
ETIOLOGI
a.Otitis media akut

Otitis media akut Penyebab utama : bakteri Streptococcus pnemoniae,


Hemophylus bakteri Streptococcus pnemoniae, Hemophylus influenza, dan
Moraxella catarrhalis. Yang memasuki telinga tengah setelah tuba eustasius
mengalami disfungsi akibat obstruksi yang di sebabkan oleh infeksi pernapasan
atas,inflamasi jaringan sekitar (rinosinusitas,hipertrofi adenoid)atau reaksi alergi.

bakteri dapat memasuki tuba eustasius dari sekresi yang terkontaminasi di dalam
nasofaring dan telinga tengah akibat perforasi membrane timpani.gangguan ini paling
sering terjadi pada anak-anak.karena tuba eustachii pada anak-anak relative luas, lurus
dan pendek sehingga radang hidung dan tenggorokan tenggorokan lebih lekas
mencapai telinga tengah.
Factor lain: Perforasi membrane timpani bisa akibat trauma
akibat ledakan, pukulan, dan kesalahan dalam penggunaan
pengorek kuping sampai menyebabkan luka dan pecahnya
membrane timpani (gendang telinga), sehingga bakteri mudah
masuk ke dalam telinga tengah.

b.Otitis kronik
Disebabkan karena infeksi berulang otitis media akut yang
menyebabkan patologi jaringan permanen (ireversibel) dan
perforasi persisten pada membrane timpani.infeksi kronis pada
telinga tengah menyebabkan kerusakan membrane timpani yang
dapat menghancurkan osikel,dan dapat mengenai mastoid.
MANIFESTASI KLINIS
a.Otitis media akut:
Gejala beragam berdasarkan tingkat keparahan infeksi; biasanya
bersifat unilateral pada orang dewasa dan pada anak kecil dan bayi
dapat mual,muntah,diare dan demam,gelisah susah tidur,kejang
dan memegang telinga yang sakit.gendang telinga mengalami
peradangan yang menonjol dan keluar cairan
Nyeri di dalam dan di sekitar telinga (otalgia)
Membrane timpani mengalami eritema dan sering kali menonjol
Kehilangan pendengaran konduktif di sebabkan oleh eksudat di
dalam telinga tengah
Bahkan jika kondisi menjadi subakut (3 minggu sampai 3 bulan)di
sertai dengan rabas purulent,ketulian permanen jarang terjadi
b.Otitis media kronik
Gejala mungkin minimal dengan tingkat ketulian yang bervariasi
dan otarea (rabas),berbau busuk yang persisten atau intermiten.
Pasien mungkin merasakan nyeri jika terdapat mastoditas
akut;ketika mastoiditas terjadi,area pasca auricular menjadi
kenyal;eritema dan edema dapat terjadi
Kolesteatoma(kantung yang berisi kulit yang mengalami
degenerasi dan materi sebasea) mungkin dimanifestasikan
sebagai massa putih di belakang membrane timpani yang terlihat
melaui otoskop.jika tidak diobati,kolesteatoma akan terus tumbuh
menghancurkan struktur tulang temporal ,kemungkinan
menyebabkan kerusakan pada saraf fasial dank anal horizontal
serta hancurnya struktur lain di sekitarnya pemeriksaan auditori
sering kali menunjukkan tuli konduktif atau campuran
PATOFISIOLOGIS
a.Otitis media akut
Bakteri yang umum ditemukan sebagai organisme penyebab
adalah bakteri Streptococcus pnemoniae, Hemophylus influenza, dan
Moraxella catarrhalis.Paling sering terjadi disfungsi tuba eustachii
seperti obstruksi.Yang diakibatkan oleh infeksi saluran pernapasan atas
(ISPA), inflamasi jaringan sekitarnya(eg: sinusitis,hipertropi adenoid),
adenoid), atau reaksi alergi (eg: Bakteri tersebut menyebar ke telinga
tengah steril melewati tuba eustachii sehingga terjadi disfungsi tuba
eustachii.Kita ketahui bahwa tuba eustachii merupakan penghubung
daerah nasofaring di rongga mulut dengan rongga telinga yang
fungsinya adalah menjaga keseimbangan tekanan udara di dalam
telinga,menjaga keseimbangan tekanan udara di dalam telinga.
Karena tuba eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga
tengah juga terganggu, sehingga bakteri menyebar ke dalam telinga tengah juga
terganggu, sehingga bakteri menyebar kedalam telinga tengah dan terjadi infeksi
respon inflamasi yang ditandai pembengkakan dan kemerahan di sekitar tuba
eustachii menyebabkan tuba eustachii semakin tersumbat, lalu sel-sel darah beraksi
melawan bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri Sebagai hasilnya
terbentuklah eksudat purulen (nanah) dalam telinga tengah.
b.Otitis media kronik
Otitis media kronik disebabkan karena episode berulang otitis media akut.
Sering berhubungan dengan perforasi menetap membrane timpani.Infeksi kronik
telinga tengah tak hanya mengakibatkan kerusakan membran timpani tetapi juga
hampir selalu melibatkan mastoid dan juga mengakibatkan pembentukan
kolesteatoma,yang merupakan pertumbuhan kulit ke dalam (epitel skuamosa) dari
lapisan luar membran timpani ke telinga tengah.Kulit dari membran timpani lateral
membentuk kantong luar, yang akan berisi kulit yang yang telah rusak dan bahan
sebaseus. Kantong dapat melekat ke struktur telinga tengah dan.Selain itu akibat
dari kolesteatoma yang tumbuh terus menerus, semakin membesar dapat menekan
jaringan tulang sekitar sehingga menyebabkan destruksi osikulus (tulang-tulang
telinga).
KOMPLIKASI
 Infeksi pada tulang sekitar telinga tengah (mastoiditis atau
petrositis).
Labirinitis (infeksi pada kanalis semisirkuler).
Tuli -Tuli
Peradangan pada selaput otak (meningitis).
 Abses otak.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan dengan atoskop (alat untuk memeriksa liang-liang gendang
telinga dengan jelas)
Melihat ada tidaknya gendang telinga yang menggembung, perubahan warna
gendang telinga menjadi kemerahan / agak kuning dan suram, serta cairan di
liang telinga
Otoskopi pneumatik (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat
gendang telinga yang dilengkapi dengan udara kecil). Untuk menilai respon
gendang telinga terhadap perubahan tekanan udara.dengan tujuan : untuk
melihat berkurangnya atau tidak ada sama sekali gerakan gendang telinga.
Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekuatan membran timpani.
Kultur dan uji sensitifitas dilakukan timpano sintesis (aspirasi jarum dari
dilakukan timpano sintesis (aspirasi jarum dari telinga tengah melalui
membran timpani).
UPAYA PENCEGAHAN
Menghindari asap dan polusi.
Pemberian asi selama 6 bulan
Hindari memasukkan apapun kedalam telinga
Liang telinga dapat bersih dengan sendirinya sehingga tidak
perlu di bersihkan dengan katenbuds.
Bila ada kotoran berbentuk berlebih konsultasikan dengan
dokter spesialis THT
Menjaga kebersihan telinga,Jagalah telinga tetap kering.
Hindari penerbangan saat menderita infeksi telinga
PENATALAKSANAAN
a.Otitis media akut :
Dengan terapi antibiotic spectrum luas sejak dini dan tepat ,otitis
media dapat hilang tanpa menyisahkan sekuela yang serius.jika
terdapat drainase sediakan anti biotik yang sudah diresepkan.
Hasil akhir bergantung pada efektivitax terapi (dosis antibiotic
oral yang diresepkan dan durasi terapi).virulensi bakteria dan
status fisik pasien.
Miringtomi (timpanotomi),jika kasus otitis media ringan
ditangani secara efektif tindakan miringtomi mungkin tidak di
perlukan.Tetapi jika miringtomi di lakukan akan di buat insisi
menuju membrane timpani untuk meredakan gejala dan
mengalirkan cairan seosa atau cairan purulent dari telinga tengah
b.Otitis media kronik :

Pengisapan dan pembersihan telinga yang cermat dapat di lakukan d


bawah panduan mikroskop.
Antibiotic tetes di masukkan atau antibiotic serbuk di gunakan untuk
mengatasi rabas purulent.
Prosedur timpanoplasti (miringplasti dan jenis yang lebih ektensif)
dapat di lakukan untuk mencegah infeksi berulang,mengembalikan
fungsi telinga tengah,menutup perforasi,dan memperbaiki pendengaran.
Osikuloptasi mungkin di lakukan untuk merekontruksi tulang telinga
tengah guna mengembalikan fungsi pendengaran.
Mastoidektomi dapat di lakukan untuk mengeluarkan
kolesteatoma,membuka akses ke struktur yang mengalami penyakit,dan
membuat telinga tetap kering(tidak terinfeksi) dan sehat
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS OTITIS
A.PENGKAJIAN
1.Identitas klien
2.Riwayat Kesehatan
a.riwayat kesehatan dahulu
b.riwayat kesehatan sekarang
c.riwayat kesehatan keluarga
3.pemeriksaan Fisik
a.keadaan umum klien
Kaji adanya nyeri pada telinga
Leher,kaji adanya pembesaran limfe di daerah leher
Dada/thorax
Jantung
Perut/abdomen
Genitourinaria
Ektremitas
Sistem integument
Sistem neurologi
b.data pola kebiasaan sehari-hari
Nutrisi
Eliminasi
Aktivitas sehari-hari dan perawatan diri
c.pemeriksaan diagnostic
d.tes audiometri : AC Menurun
e.x-ray terhadap kondisi patologi
f.tes berbisik
g.tes garpu tala
B.DIAGNOSA
1. D.0077 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis (inflamasi)di tandai dengan peradangan pada telinga.
2. D.0085 Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan
gangguan pendengaran,infeksi telinga di tandai dengan
kerusakan syaraf di telinga
3. D.01119 Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
kurangnya efek pendengaran di tandai dengan sulit memahami
komunikasi .
4. D.0080 Ansietas berhubungan dengan krisis situsional di tandai
dengan merasa khawatir dan cemas atas masalah yang akan di
hadapi penurunan pendengaran dan lain-lain.
5. D.0111 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang
terpapar informasi di tandai dengan perilaku pemeriksaan yang
tidak tepat di tangani
C.INTERVENSI
1.Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi)di tandai dengan
peradangan pada telinga.
Tujuan : kontrol nyeri,
Dengan kriteria hasil :Mampu mengontrol nyeri,Menyatakan rasa nyaman dengan terapi

Intervensi :
a.Observasi :identikasi nyeri secara menyeluruh (karakteristik,lokasi dan frekuensi
nyeri),identifikasi respon nyeri non verbal,dan identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri,monitor efek samping penggunaan analgetik dan terapi komplementer
yang sudang di berikan
b.Terapeutik :berikan teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri seperti teknik
imajinasi terbimbing,dan lain-lain,control lingkungan yang memperberat rasa nyeri,fasilitasi
istirahat tidur. Dan pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri.
c.Edukasi: ajarkan dan jelaskan pada keluarga penyebab,periode dan pemicu nyeri,jelaskan
strategi meredakan nyeri,anjurkan menggunakan analgetik secara tepat dan ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
d.kalaborasi: dengan dokter pemberian analgetik
2.Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan pendengaran di tandai dengan
distorsia sensori(salah tafsir).
Tujuan: persepsi sensori baik
Dengan kriteria hasil :klien akan mengalami peningkatan persepsi sensori pendengaran sampai
pada tingkat fungsional

Intervensi:
a.observasi :periksa status mental,status sensori dan tingkat kenyamanan(misalnya
nyeri,kelelahan),ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran secara tepat.
b.terapeutik :diskusikan tingkat toleransi terhadap beban sensori( misalnya bising),batasi
stimulasi lingkungan (misalnya cahaya ,suara dan aktivitas),jadwalkan aktivitas harian dan
waktu istirahat,sediakan jam dan kalender yang mudah terbaca dan berikan informasi baru
secara perlahan,sedikit demi sedikit,diulang-ulang.
c.edukasi :ajarkan keluarga cara meminimalisi stimulus( misalnya mengatur pencahayaan
ruangan,mengurangi kebisingan dan membatasi kunjungan) dan anjurkan penggunaan alat
bantu sensorik seperti alat bantu dengar.
d.kalaborasi:dengan keluarga dalam meminimalkan prosedur/tindakan,kalaborasikan dengan
dokter pemberian obat yang mempengaruhi persepsi stimulus.
3.Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan pendengaran di
tandai dengan sulit memahami komunikasi
Tujuan : mampu merasakan stimulasi dari suara,raba aroma dan gambar visual
Dengan kriteria hasil :ketajaman pendengaran meningkat, memahami
kalimat/cerita/symbol meningkat dan komunikasi jelas.
Intervensi :

a.observasi :periksa kemampuan pendengaran,identifikasi metode komunikasi yang


disukai pasien (misal: lisan,tulisan,gerakan bibir ,bahasa isyarat.
b.Terapeutik :gunakan bahasa sederhana,gunakan bahasa isyarat jika perlu,verivikasi
apa yang dikatakan dan di tulis pasien,fasilitasi alat bantu pendengaran,pertahankan
kontak mata saat berbicara dengan pasien,hindari kebisingan saat
berkomunikasi,lakukan irigasi telinga jika perlu dan pertahankan kebersihan telinga.
c.edukasi :anjurkan menyampaikan pesan dengan isyarat,dan ajarkan membersihkan
serumen dengan tepat.
d.kalobarasi : dengan dokter dan keluarga tentang cara berkomunikasi dengan
pasien.
4.Ansietas berhubungan dengan krisis situsional di tandai dengan merasa
khawatir dan cemas.
Tujuan: Rasa cemas dapat terkontrol (berkurang/hilang)
Dengan kriteria hasil:klien mampu mengungkapkan dan kekhawatirannya.

Intervensi:
a.observasi :identifikasi saat tingkat ansietas berubah( misalnya
kondisi,waktu dan stressor),monitor tanda-tanda ansietas
b.Terapeutik :ciptakan terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan,temani
pasien untuk mengurangi kecemasan,jika memungkinkan dengarkan dengan
penuh perhatian,motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
dan diskusikan perencanaan yang realistis tentang peristiwa yang akan
datang.
c.edukasi :jelaskan prosedur termasuk sensasi yang mungkin di
alami,informasikan secara factual mengenai diagnosis,pengobatan dan
prognosis,anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien,anjurkan
mengungkapkan perasaan dan persepsi dan latih teknik relaksasi
d.kalaborasi : dengan dokter pemberian obat antiansietas,jika perlu
5.Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi di tandai dengan
perilaku pemeriksaan yang tidak tepat di tangani
Tujuan: Pengetahuan proses penyakit
Dengan kriteria hasil:
1.klien mampu mengikuti program perawatan/pengobatan dan menjalangkan anjuran yang
diberikan.
2.keluarga dan klien mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar

Intervensi:
a.observasi: identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi,periksa telinga
yang memerlukan alat bantu dengar.
b.Terapeutik:sediakan materi dan media alat bantu dengar,jadwalkan pemberian
pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan,dan berikan kesempatan kepada pasien dan
keluarga untuk bertanya.
c.Edukasi:anjurkan membersihkan serumen jika menutupi liang telinga,anjurkan
mensejajarkan bagian ujung alat bantu dengar dengan telinga,anjurkan memutar ujung alat
bantu dengar kedepan dan memasukkan ke bagian saluran telinga dan ajarkan
menyesuaikan volume dengan kebutuhan pasien.
d.Kalaborasi: dengan tenaga kesehatan lain untuk melakukan promosi kesehatan .
DAN
K I AN IH
SE AKAS
E RIM
T

Anda mungkin juga menyukai