Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN JOURNAL READING

THE EFFECT OF DIETARY SUPPLEMENTATION OF CROCETIN


FOR MYOPIA CONTROL INCHILDREN: A RANDOMIZED CLINICAL TRIAL

Disusun Oleh :
Alifiyya Sarah Prameswari
Ireneus Vanessa Martono
Akhmad Raumulfaro
Gabriela Rolanda
Darali Noya Kireina M.
Nadya Tara Audina
 
Dosen Pembimbing :
dr. Maharani, Sp.M(K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
ABSTRAK
• Prevalensi myopia meningkat pada beberapa tahun terakhir.
• Crocetin, sebuah karotenoid alami dilaporkan dapat menurunkan myopia
pada tikus.
• Pada artikel ini, kami mengevaluasi pengaruh crocetin dalam menurunkan
myopia pada anak – anak. Sebuah penelitian klinis multisentral double blind
terkontrol plasebo terandomisasi dilaksanakan dengan melibatkan 69
partisipan berusia 6-12 tahun, dengan nilai SER (Spherical Equivalent
Refractions) sikloplegik di antara -1,5 dan -4,5 dioptri (D).
• Semua partisipan diacak untuk mendapatkan plasebo atau crocetin,
kemudian dievaluasi selama 24 minggu.
• Elongasi AL (Axial Length) dan perubahan SER dievaluasi dalam 24 minggu.
• Persetujuan medis tertulis telah didapatkan dari partisipan dan
orang tua partisipan karena kriteria inklusi penelitian adalah
anak berusia 6-12 tahun. Penelitian ini telah disetujui oleh
dewan peninjau institusional.
• Model mixed effects digunakan untuk analisis menggunakan
kedua mata. 2 partisipan dropped out sehingga total subjek
penelitian berjumlah 67 orang.
• Hasil : Perubahan dalam SER pada kelompok plasebo
-0,41±0,05D (mean±standar deviasi), secara signifikan lebih
miopik dibanding dengan kelompok crocetin, -0,33±0,05
(p=0,049).
• Elongasi AL pada kelompok plasebo ialah 0,21±0,02 mm,
secara signifikan lebih besar dibanding dengan kelompok
crocetin, 0,18±0,02 mm (p=0,046). Dapat disimpulkan bahwa
penambahan suplemen crocetin mungkin dapat menurunkan
progresi myopia pada anak, namun penelitian skala besar
dibutuhkan untuk mengonfirmasi efek ini.
PENDAHULUAN
• Prevalensi myopia meningkat dalam beberapa tahun terakhir dan jumlah penderitanya sangat
banyak pada negara – negara Asia Timur, termasuk Jepang, dimana prevalensi myopia dengan
refraksi -0,5 dioptri (D) atau mencapai ± 40%. Estimasi menunjukkan bahwa prevalensi myopia
dan myopia derajat tinggi akan terus meningkat secara drastis dalam 30 tahun, dengan estimasi
prevalensi myopia dan myopia derajat tinggi mencapai masing – masing 5 milyar dan 1 milyar,
dan 40% kebutaan disebabkan oleh myopia.
• Bersamaan dengan peningkatan prevalensi myopia, diprediksi bahwa prevalensi myopia derajat
tinggi dan penyakit terkait myopia seperti makulopati miopik, ablasio retina, dan glaukoma juga
ikut meningkat. Biaya kesehatan yang dikeluarkan oleh karena peningkatan penyakit terkait
myopia juga akan ikut berkembang sehingga mencari cara penurunan myopia diperlukan.
• Pengaruh aktivitas di luar ruangan, tetes mata atrofin, lensa orthokeratologi, serta pendekatan
lain untuk menurunkan myopia sedang dipelajari. Beberapa penelitian menargetkan
pengembangan solusi untuk menghentikan progresi myopia telah dilakukan dan beberapa waktu
belakangan menunjukkan kemajuan yang signifikan dengan hasil pasti yang menjanjikan. Lebih
jauhnya, kita perlu mengambil lebih banyak tindakan untuk mengeksplorasi hal – hal yang dapat
meningkatkan pencegahan, termasuk di dalamnya faktor makanan dan suplemen.
• Pencahayaan dianggap sebagai salah satu faktor signifikan yang
memengaruhi myopia. Sinar violet merupakan gelombang sinar yang
dapat dilihat dengan mata, memiliki panjang gelombang 360 – 400 nm
memiliki efek supresif pada myopia.
• Dari berbagai jenis gen yang terkait dengan myopia, Egr1 (early growth
response 1) merupakan faktor transkripsional yang dikenal sebagai agen
penurun myopia melalui mekanisme feedback untuk pertumbuhan axial
mata. Pada studi invivo maupun invitro tampak upregulasi Egr1 dapat
dilakukan melalui pemaparan sinar violet.
• Dari 207 senyawa kimia alami dan reagen kimia, crocetin menunjukkan
aktivitas tertinggi terhadap aktivasi Egr1 pada studi in vitro dengan
hubungan dose dependent.
• Crocetin merupakan komponen aktif alami dari kunyit dan Gardenia jasminoides, serta
dimanfaatkan sebagai pengobatan herbal tradisional.
• Crocetin adalah sebuah karotenoid unik yang mengandung karbon rantai pendek dengan
gugus karboksil pada kedua ujung rantai karbon.
• Crocetin menunjukkan efek antioksidan yang kuat sehingga dapat menghambat
kerusakan sel akibat proses oksidasi oleh ROS (Reactive Oxygen Species) turunan dari
xanthine oxidase.
• Studi pada binatang dan manusia, crocetin telah menunjukkan efek farmakologis
beragam dan menunjukkan potensinya dalam menyebuhkan penyakit mata, seperti
degenerasi makula terkait usia, glukoma, makulopati diabetik, penyakit saraf dan
penyakit sirkulatori, termasuk penyakit Alzheimer dan iskemia jantung.
• Dalam penelitian ini, kami melakukan penelitian klinis terkontrol plasebo terandomisasi
oleh pemberian crocetin pada anak-anak.
Bahan dan Metode – Uji Klinis Acak
2.1 Desain Penelitian

Ini adalah percobaan multisenter prospektif acak double-blind placebo-controlled.


Penelitian ini dilakukan sesuai dengan the Declaration of Helsinki, Ethical Guidelines
for Medical and Health Research Involving Human Subjects dan persyaratan
peraturan setempat, serta di bawah persetujuan semua dewan institutional review
boards (IRB) dan komite etika.

Percobaan ini telah disetujui oleh IRB Fakultas Kedokteran Universitas Keio
(persetujuan no. 20180079) dan Medical Corporation Heishinkai OPHAC Hospital
Ethical Review Committee (persetujuan no. 1011PC). Percobaan ini juga didaftarkan
oleh Japic Clinical Trials Information dengan nomor pendaftaran JapicCTI-173777. Uji
coba kontrol acak ini mengikuti pedoman CONSORT.
2.2 Organisasi Penelitian

Peserta direkrut oleh Medical Corporation Heishinkai ToCROM Clinic di Tokyo dan
Rumah Sakit OPHAC di Osaka, Jepang.

2.3 Peserta

Peserta didaftarkan dari November 2017 hingga Februari 2018, percobaan dari November
2017 hingga Juli 2018, dan ditindaklanjuti selama 24 minggu.

Kami berencana untuk merekrut 80 peserta, yaitu, 40 di setiap kelompok,

Pada akhir periode perekrutan yang ditetapkan pada 20 Januari 2017, kami hanya
bisa merekrut 49 peserta.
Perpanjang periode perekrutan selama satu bulan hingga 14 Februari, di mana saat
itu jumlah peserta mencapai 69, yaitu sekitar 86% dari perekrutan awal.
2.3 Peserta

Anak-anak yang memenuhi semua kriteria seleksi berikut dimasukkan dalam penelitian ini:
1) Antara usia 6 dan 12 tahun saat diagnosis awal;
2) miopia dengan spherical equivalent refraction (SER) dari -1,50 D hingga -4,50 D pada
diagnosis awal;
3) astigmatisme 1,50 D atau kurang;
4) tidak memiliki riwayat penyakit mata kecuali kesalahan bias;
5) menggunakan kacamata untuk koreksi miopia;
6) di antaranya setidaknya satu orang tua memiliki miopia;
7) dapat mematuhi instruksi dari penyelidik utama atau sub-penyelidik (selanjutnya disebut
sebagai "penyelidik"), termasuk metode administrasi dari produk investigasi yang ditugaskan
dan jadwal pemeriksaan berkala
8) menggunakan kacamata untuk koreksi miopia yang ditentukan oleh penyidik ​selama periode
evaluasi.

Informed consent diperoleh dari subyek penelitian dan persetujuan


tambahan diperoleh dari wali yang sah seperti orang tua/wali yang sah
dan persetujuan tertulis untuk berpartisipasi dalam penelitian ini diperoleh
dari subyek (anak-anak berusia antara 6 dan 12 tahun.)
2.3 Peserta
Anak-anak yang memenuhi setidaknya satu dari kriteria eksklusi berikut dikeluarkan dari
penelitian:

1) Anisometropia melebihi 1,50 D;


2) ketajaman visual yang dikoreksi satu mata kurang dari 1,0;
3) memakai lensa kontak;
4) memiliki riwayat alergi terhadap bahan yang akan diambil dalam penelitian (crocetin, minyak
zaitun, gelatin, ester asam lemak gliserin, gliserin, karamel, dan titanium dioksida), atau
anestesi sikloplegik / tetes mata yang akan digunakan saat diagnosa (larutan tetes mata
tropicamide phenylephrine hidroklorida, larutan tetes mata siklopentolat hidroklorida, dan
larutan tetes mata oxybuprocaine hidroklorida), dan fluorescein, dll;
5) memiliki riwayat partisipasi dalam penelitian klinis atau penelitian lain yang serupa dengan
penelitian ini;
6) saat ini menggunakan obat-obatan dan suplemen yang dapat mempengaruhi evaluasi;
7) memiliki sejarah metode lain untuk menekan perkembangan miopia, termasuk memakai lensa
ortokeratologi, memakai kacamata kekuatan bifocal atau progresif, dan penggunaan larutan
attalmik ophthalmic;
8) memiliki riwayat komplikasi mata lain atau komplikasi sistemik.
2.4 Randomisasi dan Masking

Para peserta secara acak ditetapkan ke dua kelompok: kelompok kontrol dan kelompok
crocetin.
Para peserta dari kelompok kontrol mengambil kapsul plasebo dan mereka yang dari
kelompok crocetin mengambil kapsul crocetin.
Metode double-blinded dilaksanakan dengan cara metode pengacakan blok, di mana
blok ditentukan berdasarkan jenis kelamin, usia, dan refraksi.

Pembiasan (D) dibagi menjadi dua kelompok: "-1.5 atau lebih tetapi kurang dari -3.0"
dan "-3.0 atau lebih tetapi kurang dari -4.5". Setiap blok memiliki empat kasus.

Masking dilakukan dengan cara berikut: bahan eksperimental dan paket mereka
dipersiapkan untuk tidak terdeteksi dari luar, orang ketiga yang independen
mempersiapkan obat-obatan eksperimental, dan menyegelnya.
2.5 Intervensi

• Sebuah kapsul lunak crocetin mencakup 7,5 mg crocetin dan minyak safflower
sebagai substrat utama.
• Kapsul lunak plasebo mengandung minyak safflower dan bukan crocetin.
• Kapsul lunak diminum sehari sekali dengan jumlah air yang cukup selama 24
minggu berturut-turut.
Prosedur Pemeriksaan Lanjutan
Kunjungan Awal
• Penjelasan desain dan metodologi penelitian serta hak-hak
sebagai peserta
• Pemeriksaan visus
• Pengukuran Refraksi secara Subjektif (Mengukur best-corrected
visual acuity (BCVA))
• Pengukuran Refraksi secara Objektif
• Pengukuran Axial Length (AL)
Prosedur Pemeriksaan Lanjutan
Wawancara
• Usia
• Jenis Kelamin
• Besar Miopi Orang Tua
• Lingkungan Tempat Tinggal
• Gaya Hidup Peserta (Durasi paparan sinar matahari, Lama
Bekerja dengan pengelihatan jarak dekat, durasi tidur, dan
aktivitas fisik)
Prosedur Pemeriksaan Lanjutan
Dilakukan pemeriksan lanjutan pada 4, 12, 24 minggu setelah kunjungan
pertama
• Pemeriksaan visus dengan kacamata yang digunakan, jika didapatkan visus
turun <1.0 (20/20) kekuatan lensa akan dikoreksi dengan refraksi subjektif
pada keadaan tanpa akomodasi
• BCVA
• Refraksi Subjektif
• Refraksi Objektif Non-Sikloplegik
• Refraksi Objektif Sikloplegik
• Pengukuran AL
Hasil
Hasil primer dan sekunder adalah perubahan AL dan refraksi
objektif dengan sikloplegik selama 24 minggu.
Pengukuran Ketebalan Koroid
• Analisis data menggunakan OCT (Cirrus HD-OCT plus model
500, Carl Zeiss, Jena, Germany)
• Batas terluar retinal pigment epithelium (RPE) dianggap
sebagai batas anterior koroid dan batas koroid-sklera sebagai
batas posterior koroid.
• Perubahan ketebalan koroid dievaluasi mulai kunjungan
pertama hingga kunjungan terakhir
Analisis Statistik

• Analisis statistik digunakan linear mixed-effect model dan


membandingkan perubahan perkembangan miopia pada kedua
kelompok.
• Metode estimasi restricted maximum-likelihood (REML) digunakan
untuk membandingkan variasi data
• Mixed-effects model for repeated measures (MMRM) dilakukan
dengan struktur variasi-kovariansi untuk data berulang.
• Signifikansi didapat untuk p <0,05
• Hipotesis nol adalah tidak ada perbedaan dalam perkembangan
miopia antara kedua kelompok setelah 24 minggu.
Analisis Statistik

• Pada penelitian ini dihitung estimasi parameter, standar


error, dan nilai p dari uji-t
• Least square means dari perubahan AL antar kelompok
perkunjungan dihitung dari interaction terms dan
dibandingkan menggunakan uji-t.
• Pada penelitian ini juga dianalisis perubahan dalam SER
objektif dengan sikloplegik pada setiap kunjungan (minggu
4, minggu 24) dari data awal dengan MMRM
Analisis Statistik

• Uji-t digunakan untuk perbandingan usia, tinggi badan, serta


berat badan
• uji Mann-Whitney U diterapkan untuk data non-parametrik,
juga digunakan untuk perbandingan perubahan ketebalan
koroid
• Uji Fisher digunakan untuk katefori variabel.
Hasil-Randomized Clinical Trial
3.1 Sebaran peserta

Selama periode pemantauan :


×2 peserta keluar
×Salah satunya diakibatkan oleh
ketidakpatuhan peserta dengan
persentase 75% dari penugasan yang
diberikan
×1 peserta lainnya gagal dikarenakan
tidak mendapatkan pemeriksaan yang
disebabkan oleh kesibukan mereka.
3.2 Profil peserta
Tabel 1. Karakteristik dari 138 mata dari 69 peserta
 Tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan antara kedua kelompok sehubungan dengan usia
atau jenis kelamin.

 Usia rata-rata peserta dalam kelompok Plasebo dan kelompok Crocetin adalah 10.1 ± 1.3 tahun
(rata-rata ± SD) dan 10.4 ± .2 tahun

 Rata-rata dari SER adalah -3.45 ± 1.00 dan -3.45 ± 0.25 D

 Tidak ada perbedaan yang signifikan ditemukan antara kedua kelompok, kecuali dalam hal waktu
paparan sinar matahari
3.3 Efek samping
Tidak ada efek samping yang berkaitan dengan pemberian Crocetin yang dilaporkan selama
penelitian.
3.4 Perbandingan Perkembangan Miopia Setelah 24 Minggu
 Latar belakang peserta disesuaikan dengan menggunakan model efek campuran linear untuk
memverifikasi miopia yang mengendalikan efek Crocetin.
 Tabel 2 menunjukkan hasil pemasangan dari model SER sikloplegik yang mengalami perubahan
selama 24 minggu.
 Perbedaan antara rata-rata perubahan yang disesuaikan dalam SER setelah 24 minggu pada
kelompok Crocetin dan peserta yang berada dalam kelompok Placebo adalah 0.08 ± 0.04 D/24
minggu (rata-rata kesalahan standar).
Tabel 2. Hasil dari model efek campuran yang disesuaikan dengan perubahan SER 24 minggu untuk kedua
mata (n=138)
Tabel 3. Rata-rata yang disesuaikan dari perubahan SER sikloplegik dan perubahan AL pada kedua
mata dalam seetiap kunjungan.

 Tabel 3a menunjukkan perubahan rata-rata yang disesuaikan dalam SER pada minggu ke-4 dan minggu ke-24
kunjungan.
 Perubahan rata-rata yang disesuaikan SER pada kelompok Crocetin secara signifikan lebih kecil daripada
kelompok Plasebo (p=0.028 dan p=0.049, masing-masing)
 Tabel 3b menunjukkan rata-rata perpanjangan AL yang disesuaikan pada minggu ke-4, minggu ke-12, dan
minggu ke-24 kunjungan.
 Perubahan dalam rata-rata yang disesuaikan dalam kelompok Crocetin secara signifikan lebih kecil daripada
kelompok Plasebo (p=0.020 untuk kunjungan 12 minggu dan p=0.046 untuk kunjungan 24 minggu)
Tabel 4. Hasil dari model efek campuran pada perubahan AL selama 24 minggu di kedua mata
 Tabel 4 menunjukkan hasil dari pemasangan model ke perpanjangan AL setelah 24
minggu.
 Perbedaan antara rata-rata perpanjangan AL yang disesuaikan setelah 24 minggu pada
kelompok Crocetin dan pada kelompok Plasebo adalah 0.03 ± 0.01 mm/ 24 minggu.
 Perubahan AL dalam kelompok Crocetin secara signifikan lebih kecil daripada kelompok
Plasebo (p=0.046).
Gambar 2. Kurva waktu dari perunabahan rata-rata SER yang disesuaikan (a) dan perpanjangan panjang aksial
(b)

(a) Rata-rata perubahan SER yang disesuaikan


dalam kelompok Crocetin secara signifikan
(p=0.0275 dan p=0.0487) lebih kecil
daripada kelompok Plasebo pada 4 dan 24
minggu, masing-masing.
(b) Rata-rata perpanjangan panjang aksial
yang disesuaikan dalam kelompok
Crocetin secara signifikan (p=0.020 dan
p=0.046) lebih kecil dari pada kelompok
Plasebo di 12 dan 24 minggu, masing-
masing.
(c) Batas kesalahan menunjuukan kesalahan
standar. *p= < 0.05
3.5 Perubahan Ketebalan Koroid Lebih dari 6 Bulan

 Perubahan ketebalan koroid dievaluasi


selama periode administrasi.
 Perubahan ketebalan koroid adalah -9.2 ±
75.5 µm pada kelompok Plasebo dan 34.1 ±
49.1 µm pada kelompok Crocetin, dan
perbedaan antara kelompok adalah
signifikan secara statistik (p < 0.001,
Gambar 3).
 Data ini menunjukkan bahwa ketebalan
koroid meningkat secara signifikan dengan
pemberian Crocetin..
PEMBAHASAN
• Kroketin terbukti memiliki potensi untuk
menekan perkembangan myopia pada
tikus.
• uji coba dengan subjek 69 anak berusia 6
hingga 12 tahun untuk mengetahui secara
pasti pengaruh kroketin terhadap myopia
 perubahan dalam refraksi dan
perpanjangan aksial keduanya ditekan
• Aktivitas jarak dekat dan di
luar ruangan, termasuk
paparan sinar matahari,
adalah faktor lingkungan
utama yang mempengaruhi
perkembangan myopia
• hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa waktu
paparan sinar matahari adalah
faktor signifikan yang
mempengaruhi perubahan
SER selama 24 minggu
• Atropin telah dilaporkan memiliki efek
supresif tertinggi pada perkembangan
myopia.

Atropin Kroketin
SER AL SER AL
27,2% 12,2% 19,5% 16,7%

• Karena tetes mata atropin telah digunakan


dalam pengaturan klinis untuk mencegah
perkembangan miopia, perubahan dalam
SER dan AL yang diobati tidak hanya
dengan atropin, tetapi juga kroketin, dapat
dianggap bermakna secara klinis.
• Kroketin telah dilaporkan meningkatkan aliran darah paru, otak, dan
mata  penghambatan aktivitas protein kinase C dalam sel otot polos
pembuluh darah dan induksi produksi oksida nitrat dalam sel endotel
pembuluh darah  peningkatan ketebalan koroid
Crocetin mensupresi perkembangan myopia
• Mekanisme kerja masih belum jelas, namun beberapa bukti
menunjukkan hal tersebut
• Crocetin  induksi Egr1 (gen supresif myopia)
• Penurunan Egr1  Elongasi AL dan perubahan myopik

Eksperimen dengan mencit Penelitian ini (manusia)

Crocetin  supresi elongasi AL dan


Crocetin  supresi elongasi AL perkembangan refraktif myopia

Asumsi: Mekanisme serupa


Crocetin  Penebalan Koroid
• Berkaitan dengan supresi perkembangan myopia
• Pada kasus myopia (terutama myopia berat)  penipisan koroid +
elongasi AL
• Crocetin jalur anti-inflamasi/antioksidan  meningkatkan sirkulasi
darah dalam jaringan  penebalan koroid
• Tidak termasuk dalam linear mixed-effects model (faktor aktivitas
outdoor, near-work, usia, dan jenis kelamin) karena telah dilakukan
penyesuaian untuk SER atau AL
• Tidak dapat diketahui apakah ketebalan koroid merupakan penyebab atau
hasil dari perubahan miopik  sulit dianggap sebagai faktor perancu
Keterbatasan penelitian
1) Periode waktu penelitian relative singkat (24 minggu)
• Tidak dapat mengevaluasi efek jangka panjang suplemen
• Membatasi perbandingan dengan studi lain
• Harapan: Periode lebih panjang (e.g. 1 tahun)  lebih efektif
dalam menjelaskan efek yang terjadi dan kemungkinan adverse
effects
2) Waktu paparan sinar matahari di awal penelitian pada kedua
kelompok berbeda secara signifikan
• Solusi: mixed-effects model untuk analisis statistik
Keterbatasan penelitian
3) Protokol studi pilot tanpa kalkulasi besar sampel
• Telah disetujui IRB
• Harapan: Data penelitian  dasar penelitian lanjutan

Pengaruh crocetin sangat kecil dalam penelitian ini 


Harapan: Penelitian selanjutnya dapat menggunakan sampel yang lebih
besar dan periode waktu follow-up lebih lama untuk mengkonfirmasi
efek
Kesimpulan
Kesimpulan
• Data ini menunjukkan bahwa asupan crocetin mungkin memiliki efek
supresi terhadap perkembangan myopia dan elongasi aksial pada
anak-anak.
• Tidak ada adverse effects yang terjadi dengan administrasi crocetin
selama studi klinik ini.
CRITICAL APAPRAISAL
Population
Peserta penelitian adalah anak berusia di antara 6- 12 tahun
yang menderita myopia dengan SER (Spherical Equivalent
Refraction) -1,50 D hingga -4,50 D di Rumah Sakit OPHAC
Osaka, Jepang antara November 2017 hingga Februari 2018
dengan total partisipan 69 peserta (86% dari target 80 orang).
Intervention
• Pada penelitian ini, subjek penelitian secara acak ditetapkan ke dua kelompok:
kelompok kontrol dan kelompok crocetin.
• Metode double-blinded dilaksanakan dengan cara metode pengacakan blok, di
mana blok ditentukan berdasarkan jenis kelamin, usia, dan refraksi.
• Pembiasan (D) dibagi menjadi dua kelompok: "-1.5 atau lebih tetapi kurang dari
-3.0" dan "-3.0 atau lebih tetapi kurang dari -4.5". Setiap blok memiliki empat
kasus.
• Sebuah kapsul lunak crocetin mencakup 7,5 mg crocetin dan minyak safflower
sebagai substrat utama. Kapsul lunak plasebo mengandung minyak safflower dan
bukan crocetin. Kapsul lunak diminum sehari sekali dengan jumlah air yang cukup
selama 24 minggu berturut-turut.
Intervention
• Pemeriksaan lanjutan pada 4, 12, dan 24 minggu setelah kunjungan
pertama.
• Dalam pemeriksaan lanjutan, kami melakukan pemeriksaan visus
dengan kacamata yang digunakan, BCVA, refraksi subjektif, refraksi
objektif tanpa sikloplegik, refraksi objektif dengan sikloplegik, dan AL.
• Panjang axial bola mata diukur pada 4, 12 dan 24 minggu setelah
pemberian crocetin. Pengukuran refraksi objektif dengan sikloplegik
dilakukan pada 4 dan 24 minggu setelah perlakuan.
Comparasion
• Pada penelitian ini, dilakukan penilaian pengaruh pemberian crocetin terhadap
perkembangan miopia dan perpanjangan AL pada anak-anak. Perkembangan miopia
dinilai dari perubahan SER sikloplegik. Pada penelitian ini, peserta dibagi kedalam dua
kelompok. Kelompok pertama sebagai kelompok kontrol, peserta diberikan plasebo
sebagai pembanding dari kelompok kedua yang diberikan crocetin.

• Selain itu, pada penelitian ini juga dinilai faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
perkembangan miopia. Faktor lingkungan tersebut terdiri dari aktivitas jarak dekat dan
waktu paparan sinar matahari yang dinilai menggunakan kuisoner.

• Penelitian ini dilakukan selama 24 minggu yang dievaluasi secara berkala pada minggu
ke-4, minggu ke-12, dan minggu ke-24.
Outcome

Perubahan dalam SER pada kelompok plasebo. -0,41±0,05D


(mean±standar deviasi), secara signifikan lebih miopik
dibanding dengan kelompok crocetin, -0,33±0,05 (p=0,049).
Elongasi AL pada kelompok plasebo ialah 0,21±0,02 mm,
secara signifikan lebih besar dibanding dengan kelompok
crocetin (p=0,046). Dari hasil ini apat disimpulkan bahwa
penambahan suplemen crocetin mungkin dapat menurunkan
progresi myopia pada anak, namun penelitian skala besar
dibutuhkan untuk mengonfirmasi efek ini.
Validity
Dianggap valid
• Sesuai dengan metode randomized clinical trial pada 69
pasien (138 mata) dengan usia di antara 6- 12 tahun yang
menderita myopia dengan SER (Spherical Equivalent
Refraction) -1,50 D hingga -4,50 D.
• Data yang didapatkan cukup valid untuk mengevaluasi
efektivitas kapsul lunak crocetin sebagai control miopia pada
anak-anak.
Importance

• Penelitian ini dianggap penting karena prevalensi myopia meningkat


pada beberapa tahun terakhir, dan 40% kebutaan disebabkan oleh
myopia.
• Penelitian ini penting untuk mengevaluasi pengaruh pemberian
crocetin dalam menurunkan myopia pada anak, karena pada
penelitian sebelumnya telah dilaporkan bahwa crocetin sebagai
sebuah karotenoid alami dapat menurunkan myopia pada tikus.
Applicability
• Dapat diaplikasikan dan dapat digunakan sebagai acuan
penelitian selanjutnya.
• Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi crocetin
mungkin dapat mensupresi progresivitas myopia pada anak-anak
sehingga dibutuhkan penelitian selanjutnya dengan skala yang
lebih besar dan jangka waktu yang lebih panjang untuk
mengevaluasi efek jangka panjang crocetin dan efek sampingnya.
Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai