Anda di halaman 1dari 37

DEPRESI

(F32 episode depresif)


Definisi
“gangguan mood yang ditandai dengan penurunan mood atau kehilangan ketertarikan dan
kesenangan dalam aktivitas“
Etiologi
FAKTOR ORGANOBIOLOGIK

- Dopamin

Disfungsi jalur dopamin mesolimbik dan hipoaktif reseptor dopamin D1

- Norephinephrine

Aktivasi reseptor prasinaps B2 adrenergik  penurunan norephinephrine

- Serotonin

Penurunan aminergic neurotransmitter  penurunan aktivitas reseptor serotonin


Etiologi

FAKTOR GENETIK

FAKTOR PSIKOSOSIAL

Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan

Stress episode pertama  perubahan biologis otak yang bertahan lama  perubahan neurotransmitter,
hilangnya neuron dan berkurangnya kontak sinaps  risiko tinggi mengalami episode berulang
Gejala utama
(pada derajat ringan, sedang dan berat)

Afek depresif

Kehilangan minat dan kegembiraan, dan

Berkurangnya energi yang menuju


meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja)
dan menurunnya aktivitas
Gejala lainnya

Harga diri Gagasan

1
Konsentrasi

2 3
dan perhatian dan tentang rasa
berkurang kepercayaan bersalah dan
diri tidak berguna
berkurang

Gagasan atau

66 7
Pandangan perbuatan

4 masa depan
yang suram
dan
pesimistis
5 membahaya-
kan diri atau
bunuh diri
Tidur
Gangguan
terganggu
tidur
Nafsu makan
berkurang
Catatatan
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurang – kurangnya
2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala
luar biasa beratnya dan berlangsung cepat
F32.0 episode depresif ringan

Sedikit kesulitan
Minimal ada 2 dari Minimal ada 2 Tidak boleh ada dalam pekerjaan
3 gejala utama gejala lainnya gejala yang berat dan kegiatan sosial
diantaranya yang biasa
dilakukan

Lamanya seluruh episode berlangsung minimal 2 minggu


F32.1 episode depresif sedang

Kesulitan nyata untuk


meneruskan kegiatan
Minimal ada 2 dari Minimal ada 3 sosial, pekerjaan dan
3 gejala utama (sebaiknya 4) gejala urusan rumah tangga
lainnya

Lamanya seluruh episode berlangsung minimal 2 minggu


F32.2 episode depresif berat tanpa gejala
psikotik

Sangat tidak
Minimal 4 gejala
lainnya & beberapa di
mungkin pasien
3 gejala utama akan mampu
antaranya harus
berintensitas berat meneruskan
kegiatan sosial

Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka pasien mungkin
tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian,
penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresif berat masih dapat dibenarkan.
Lamanya seluruh episode berlangsung minimal 2 minggu, akan tetapi bila gejala amat berat dan beronset
sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2
minggu.
F32.3 episode depresif berat dengan gejala
psikotik

Memenuhi kriteria Disertai waham,


episode depresif halusinasi atau
berat stupor depresif
F33 Gangguan Depresif
Berulang
• Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari :
 episode depresif ringan (F32.0)
 episode depresif sedang (F32.1)
 episode depresif berat (F32.2 dan F32.3)
• Episode masing-masing + 6 bulan, frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan
gangguan bipolar
• Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peninggian afek dan hiperaktivitas yang
memenuhi kriteria mania (F30.1 dan F30.2)
• Pemulihan keadaan biasanya sempurna diantara episode namun sebagian kecil pasien
mungkin mendapat depresi yang akhirnya menetap, terutama pada usia lanjut
• Episode masing-masing seringkali dicetuskan oleh peristiwa kehidupan yang penuh
stress dan trauma mental lain
Afek Depresi pada Keadaan Lain
F34.0 Siklotimia
Ketidak-stabilan menetap dari afek (suasana perasaan),
meliputi banyak periode depresi ringan dan hipomania F31 GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR
ringan, diantaranya tidak ada yang cukup parah atau Gangguan ini tersifat oleh episode berulang
cukup lama untuk memenuhi kriteria gangguan afektif (sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek
bipolar (F31.-) atau gangguan depresif  berulang pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada
(F33.-) waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai
penambahan energi dan aktivitas (mania atau
F34.1 Distimia hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan
Afek depresif yang berlangsung sangat lama yang afek disertai pengurangan energi dan aktivitas
tidak pernah atau jarang sekali cukup parah untuk (depresi)
memenuhi kriteria gangguan depresif berulang ringan
atau sedang (F33.0 atau F33.1)

13
TATALAKSANA

NON FARMAKOTERAPI FARMAKOTERAPI

 TRICYCLIC ANTIDEPRESSANT :
Terapi interpersonal : memusatkan pada satu atau dua
imipramine, desipramine, clomipramine,
masalah interpersonal yang sekarang dialami oleh pasien
trimipramine, amitriptyline, nortriptyline,
doxepine, protriptyline
Terapi perilaku : memusatkan terapi pada perilaku  HETEROSIKLIK : amoxapine, maprotiline,
maladaptif, pasien akan belajar untuk berfungsi dengan trazodone dan bupiropion
cara tertentu sehingga mereka akan mendapat dorongan  SELECTIVE SEROTONIN REUPTAKE
yang positif INHIBITOR : fluoxetine, paroxetine,
sertraline, fluvoxamine dan citalopram.
Terapi keluarga : membantu seorang pasien dengan gangguan  MONOAMINE OXYDASE INHIBITOR :
mood untuk menurunkan stress dan menerima stress serta phenelzine , tranylcypromine
menurunkan kemungkinan relaps
14
Efek Samping Obat
Mengantuk, kewaspadaan berkurang, psikomotor
Sedasi
menurun, kemampuan kognitif menurun

Antikolinergik Mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur, konstipasi,


sinus takikardi

Anti adrenergik alfa Hipotensi, perubahan pada EKG

Neurotoksis Tremor halus, gelisah, agitasi, insomnia


Pemilihan Obat
Sedatif, otonomik kardiologik >>  diberikan pada usia
Trisiklik muda

Otonomik, kardiologik <<, sedatif >>  diberikan pada


Tetrasiklik usia lanjut dan sindrom depresi dengan gejala anxietas
dan insomnia yang menonjol

Otonomik, kardiologik, sedatif <<  retarded


SSRI depression, gangguan jantung, BB lebih

MAOI Reversible Efek hipotensi ortostatik >>


INSOMNIA
PPDGJ III

• F50-F59: Sindrom Perilaku yang berubungan dengan gangguan


fisiologis dan faktor fisik
• F51: Gangguan tidur non-organik
• F51.0 Insomnia Non-organik
DEFINISI
Insomnia
Dyssomnia
Hipersomnia
- Psikogenik primer. Disebabkan oleh hal-hal emosional.
- Kuantitas tidur (kesulitan memulai/mempertahankan)
- Kualitas tidur (fragmen/terputus tidur sering & berulang)
Gangguan - Waktu tidur
Tidur Gangguan jadwal

Somnambulisme
Parasomnia Teror tidur
- Peristiwa episodic abn yang terjadi selama tidur
- Anak-anak  perkembangan
- Dewasa  pengaruh psikogenik Mimpi buruk
Biasanya gangguan tidur adalah salah satu gejala dari gangguan lainnya (mental/fisik).
Insomnia
• Insomnia adalah kondisi yang menggambarkan dimana seseorang kesulitan untuk tidur.
• Kondisi ini bisa meliputi kesulitan tidur, masalah tidur, sering terbangun di malam hari,
dan bangun terlalu pagi.
Pedoman Diagnostik
Insomnia Non-Organik

• Untuk membuat diagnosis pasti:


 Kesulitan masuk tidur/mempertahankan tidur/kualitas tidur yang buruk
 Terjadi ≥3 kali dalam 1 minggu selama minimal 1 bulan
 Preokupasi tentang akibat dari tidak bisa tidur pada siang & malam hari
 Ketidakpuasan terhadap kualitas/kuantitas tidur dan mempengaruhi fungsi dalam sosial
dan pekerjaan.
Sejak usia muda – seluruh hidup
Idiopatik Penyebab tidak diketahui
Ketidak seimbangan regulasi kimia pada
brainstem
Pengobatan sulit
Insomnia

Tidak dikarenakan oleh gangguan fisik/mental


Primary Sulit memulai tidur + mudah terbangun
insomnia Cortical “Hyperarousal”
Jenis Insomnia
• Insomnia primer
 Sulit masuk/mempertahankan/tidur tidak memulihkan/menyegarkan, 1 bulan
 Gangguan tidur menyebabkan penderitaan secara klinis/hendaya fungsi sosial, pekerjaan, fungsi penting
lainnya
 Gangguan tidur tidak terjadi secara eksklusif bersamaan dengan narkolepsi, gangguan tidur terkait
pernafasan, ritmik sikardian/parasomnia
 Gangguan tidur tidak terjadi bersamaan dengan gangguan mental lainnya, misalnya gangguan depresi
mayor, gangguan cemas menyeluruh/ delirium
 Gangguan tidur tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung zat (ketergantungan zat/obat) atau kondisi
medik umum

• Insomnia sekunder
 Gejala insomnia disebabkan oleh kondisi medis, gangguan psikiatrik, gangguan tidur lainnya, atau
penyalahgunaan obat
Terapi Insomnia
• Farmakoterapi
Based on sifat gangguan tidur
 Initial insomnia: benzodiazepine short acting
 Delayed insomnia: antidepresan golongan trisiklik dan tetrasiklik
 Broken insomnia: benzodiazepine long acting
Terapi Insomnia
• Farmakoterapi
a) Benzodiazepine
 Obat lini pertama
 Kerjanya ansiolitik, hipnotik sedatif, dan melemaskan otot
 Cepat ditoleransi dengan baik
 Efek samping: ketergantungan, sindrom munculnya kembali gejala penyakit, gangguan memori, dan
withdrawl syndrome
b) Antidepresan
 Gangguan tidur merupakan gejala inti depresi
 Efek samping: antihistaminergik dan menginduksi tidur
c) Agonis melatonin
 Ramelton sering digunakan
 Tidak berpotensi disalahgunakan, tidak terjadi gejala putus obat, tidak ada sindrom kambuh kembali
 Efek samping: sakit kepala, somnolen, keletihan
Terapi Insomnia
• Non-Farmakoterapi
a) Higiene Tidur
 Membiasakan waktu dan bangun tidur teratur
 Terpapar cahaya metahari pagi kurang lebih 30 menit
 Tidur apabila mengantuk daripada menunggu jam tidur
 Edukasi persiapan tidur dengan baik
 Menghindari aktifitas: keterjagaan
 Suasana dan fasilitas mendukung
 Hindari stresor emosi dan pekerjaan
b) Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
 Memperbaiki pengertian insomnia
 Meningkatkan kepatuhan berobat
Gangguan kecemasan
Definisi

▸Kecemasan adalah perasaan takut terus menerus terhadap bahaya yang seolah-
olah terus mengancam, yang sebenarnya tidak nyata tetapi hanya dalam
perasaan penderita saja.
▸Kecemasan dipandang sebagai akibat konflik psikis antara keinginan tidak
disadari yang bersifat seksual atau agresif dan ancaman terhadap hal tersebut
dari ego atau realitas eksternal. Ego memobilisasi mekanisme pertahanan untuk
mencegah pikiran dan perasaan yang tidak dapat diterima agar tidak muncul ke
kesadaran.
▸Dapat ditandai dengan gejala ketegangan motorik (kedutan otot, gemetar,
mudah lelah), hiperaktivitas otonomik (nafas pendek, jantung berdebar,
berkeringat), kewaspadaan berlebihan dan konsentrasi berkurang
Jenis-Jenis Gangguan Cemas
• Gangguan Anxietas Fobik F40
- Agorafobia (F40.0)
- Fobia Sosial (F40.1)
- Fobia Khas (F40.2)
• Gangguan Anxietas Lainnya F41
- Gangguan Panik (F41.0)
- Gangguan Anxietas Menyeluruh (F41.1)
- Gangguan Campuran Anxietas dan Depresif (F41.2)
Etiologi
Faktor biologis
• Neurotransmitter (norepinephrine, serotonin, GABA)
Sindrom anxietas disebabkan hiperaktivitas dari sistem limbik SSP yang terdiri
dari neurotransmitter dopaminergic, noradrenergic, serotoninergic neurons yang
dikendalikan oleh GABA-ergic neurons.
• Genetik

Faktor Psikologis
• Psikoanalitik : Adanya konflik psikis
• Perilaku kognitif : Respon yang dipelajari terhadap stimulus spesifik

Faktor Sosiokultural
• Frustasi, konflik, tekanan, krisis
Kriteria Diagnosis
F40 Gangguan Anxietas Fobik
F.40.0 Agorafobia
a) Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul merupakan manifestasi primer dari
anxietas dan bukan sekunder dari gejala – gejala lain seperti waham atau pikiran obsesif.*
b) Anxietas yang timbul harus terbatas pada setidaknya dua dari situasi berikut: banyak
orang/keramaian, tempat umum, bepergian keluar rumah, dan bepergian sendiri, dan
c) Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol (penderita
menjadi house – bond)**

#Ada beberapa keadaan : Agorafobia tanpa gangguan panik


Agorafobia dengan gangguan panik
F 40.1 Fobia Sosial
Kriteria a dan c F40.0 ditambah
Anxietas harus mendominasi atau terbatas pada situasi sosial tertentu (outside the
family circle)

F 40.2 Fobia Khas


Kriteria a
Anxietas harus terbatas pada adanya objek atau situasi fobik tertentu (highly specific
situation)
Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya

F 40.8 Gangguan Anxietas Fobik Lainnya


F 40.9 Gangguan Anxietas Fobik YTT
F41 Gangguan Anxietas Lainnya

F.41.0 Gangguan Panik


a) Tidak ditemukan gangguan anxietas fobik
b) Ditemukan adanya beberapa kali serangan anxietas berat dalam
masa kira-kira satu bulan:
 Pada keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak bahaya
 Tidak terbatas pada situasi yang sudah diketahui atau yg dapat
diduga sebelumnya
 Dengan keadaan relatif bebas dari gejala-gejala anxietas pada
periode di antara serangan panik, bisa juga terjadi anxietas
antisipatorik
F 41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
a) Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang
berlangsung hampir tiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa
bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi
khusus saja (sifatnya free floating atau mengambang)
b) Gejala tersebut mencakup unsur:
 Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung
tanduk, sulit konsentrasi
 Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat
santai), dan
 Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringan, jantung
berdebar, dll)
F 41.2 Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak
menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis
tersendiri.

F 41.3 Gangguan Anxietas Campuran Lainnya


Memenuhi kriteria gangguan anxietas menyeluruh dan juga menunjukkan
ciri yang menonjol dari kategori F40 –F49, akan tetapi tidak memenuhi
kriteria secara lengkap.
Farmakoterapi
Obat Anti-Anxietas
Golongan benzodiazepine : Diazepam, Chlordiazepoxide, Lorazepam,
Clobazam, Bromazepam, Alprazolam
Golongan nom benzodiazepine : Sulpiride, Buspirone, Hydroxyzin

Efek samping:
- Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor
menurun, kemampuan kognitif untuk keduanya lemah.
- Relaksasi otot (rasa lemas, cepat lelah)

Anda mungkin juga menyukai