Anda di halaman 1dari 38

BAB 4

APBN, APBD DAN PAJAK


Oleh :
KETUT ERESMAWATI,MPd

SMAN 1
MGMP EKONOMI SINGARAJA 2021
Kantor Pelayanan Pajak - Cibitung More
Sumber : www.panoramio.com

SMAN 1
MGMP EKONOMI SINGARAJA 2021
Kompetensi Dasar :
3.4. Mendeskripsikan APBN dan APBD dalam pembangunan
Indikator :
3.4.1. Menjelaskan pengertian APBN
3.4.2. Mengidentifikasi fungsi dan tujuan penyusunan APBN
3.4.3. Mengidentifikasi sumber-sumber penerimaan negara
3.4.4. Mengidentifikasi belanja Negara atau pengeluaran Negara
3.4.5. Menjelaskan mekanisme penyusunan APBN
3.4.6. Menjelaskan pengaruh APBN dalam perekonomian
3.4.7. Menjelaskan kebijakan anggaran
3.4.8. Mengidentifikasi macam-macam kebijakan anggaran
3.4.9. Menjelaskan pengertian APBD

SMAN 1
MGMP EKONOMI SINGARAJA 2021
Kompetensi Dasar :
3.4.10. Mengidentifikasi fungsi dan tujuan penyusunan APBD
3.4.11. Mengidentifikasi sumber-sumber penerimaan Daerah
3.4.12. Mengidentifikasi jenis-jenis pengeluaran Daerah
3.4.13. Menjelaskan mekanisme penyusunan APBD
3.4.14. Menjelaskan pengaruh APBD dalam perekonomian
3.4.15. Mendeskripsikan APBN dan APBD dalam pembangunan
 
4.4. Mengevaluasi peran APBN dan APBD terhadap
pembangunan
Indikator :
4.4.1. Mempresentasikan hasil evaluasi peran APBN dan APBD
terhadap pembangunan

SMAN 1
MGMP EKONOMI SINGARAJA 2021
Kompetensi Dasar :
3.5. Menganalisis peran, fungsi, dan manfaat pajak
Indikator :
3.5.1. Menjelaskan pengertian pajak
3.5.2. Mengidentifikasi fungsi dan manfaat pajak
3.5.3. Menjelaskan hubungan antara pajak dengan APBN
3.5.4. Menjelaskan perbedaan antara Pajak dengan
pungutan resmi lainnya
3.5.5. Menjelaskan asas pemungutan pajak
3.5.6. Menjelaskan pengelompokan pajak
3.5.7. Menjelaskan cara pemungutan pajak di Indonesia
3.5.8. Mengidentifikasi macam-macam tarif pajak
SMAN 1
MGMP EKONOMI SINGARAJA 2021
3.5.9. Menjelaskan alur pemungutan pajak di Indonesia
3.5.10. Mengidentifikasi Undang-undang perpajakan di
Indonesia
3.5.11. Menjelaskan Ketentuan Umum dan Tata cara
Perpajakan
3.5.12. Mengidentifikasi objek PPh, PPN dan PBB
3.5.13. Menghitung PPh dan PBB
3.5.14. Menjelaskan tantangan pajak di Indonesia
3.5.15. Mensimulasikan fungsi dan manfaat pajak
3.5.16. Menganalisis peran, fungsi, dan manfaat pajak
4.5. Mengevaluasi peran, fungsi, dan manfaat pajak
Indikator :
4.5.1. Mempresentasikan hasil evaluasi tentang peran,
fungsi, dan manfaat pajak
SMAN 1
MGMP EKONOMI SINGARAJA 2021
APBN
Sesuai dengan UUD 1945 pasal 23 ayat (1), (2) dan (3),
setiap tahun Presiden mengajukan RAPBN untuk
dibahas bersama DPR. Menurut UU Nomor 17 tahun
2003 tentang Keuangan Negara dijelaskan bahwa
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya
disebut APBN, adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat. APBN (Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara) juga dapat diartikan sebagai suatu
daftar yang memuat secara rinci tentang sumber-
sumber penerimaan negara dan alokasi pengeluarannya
dalam jangka waktu tertentu, biasanya 1 tahun.
SMAN 1
MGMP EKONOMI SINGARAJA 2021
FUNGSI DAN TUJUAN APBN

Berdasarkan pasal 3 ayat 4 UU nomor 17 tahun 2003 tentang


keuangan negara, dijelaskan bahwa APBN/APBD mempunyai
fungsi :
a. Fungsi otorisasi
b. Fungsi perencanaan
c. Fungsi pengawasan
d. Fungsi alokasi
e. Fungsi distribusi
f. Fungsi stabilisasi
Dari sisi tujuan, Penyusunan APBN bertujuan sebagai pedoman
penerimaan dan pengeluaran negara dalam melaksanakan
kegiatan kenegaraan untuk meningkatkan produksi dan
kesempatan kerja, dalam rangka meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan kemakmuran bagi masyarakat. Dan sekaligus dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pengendali inflasi

SMAN 1
MGMP EKONOMI SINGARAJA 2021
Sumber Penerimaan Negara dan Jenis Pengeluaran
Negara

SMAN 1
MGMP EKONOMI SINGARAJA 2021
SMAN 1
MGMP EKONOMI SINGARAJA 2021
SMAN 1
MGMP EKONOMI SINGARAJA 2021
Mekanisme penyusunan APBN

SMAN 1
MGMP EKONOMI SINGARAJA 2021
APBD
• Menurut UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
dijelaskan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
selanjutnya disebut APBD, adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah. APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) juga
dapat diartikan sebagai suatu rencana kerja pemerintah daerah,
yang mencakup seluruh penerimaan dan pengeluaran daerah
selama satu tahun yang dinyatakan dalam satuan uang dan yang
disetujui oleh DPRD.
• Fungsi dan tujuan APBD sama dengan fungsi dan tujuan APBN,
hanya perbedaannya ruang lingkup APBD terbatas pada wilayah
daerah dan pelaksanaannya diserahkan kepada kepala daerah
sesuai dengan semangat otonomi daerah.
• Dalam APBD akan tercermin pendapatan asli daerah (PAD)
maupun pendapatan yang diperoleh dari pemerintah pusat yang
berupa dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK).
SMAN 1
MGMP EKONOMI SINGARAJA 2021
Sumber-sumber Penerimaan Daerah dan
Pengeluaran Daerah

SMAN 1
MGMP EKONOMI SINGARAJA 2021
SMAN 1
MGMP EKONOMI SINGARAJA 2021
Mekanisme penyusunan APBD

SMAN 1
MGMP EKONOMI SINGARAJA 2021
Pajak
Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.

oi n t
P
A. Kontribusi WP kepada Negara
B. Bersifat memaksa
C. Berdasarkan Undang-undang
D. Tidak mendapatkan imbalan scr langsung
D. Untuk penyelenggaraan negara dan kemakmuran rakyat
SMAN 1
MGMP EKONOMI SINGARAJA 2021
Pengolongan Pajak
1. Menurut lembaga pemungutnya
1. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
Contoh: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
dan Pajak Pen-jualan atas Barang Mewah (PPn.BM) Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB) untuk perkebunan, pertambahan dan
perhutanan, dan Bea Materai.
2. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Pajak Daerah terdiri atas:
a.Pajak Propinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan
Kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor.
b.Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran,
Pajak Hiburan, Pajak Reklame, dan Pajak Penerangan Jalan.

SMAN 1
MGMP EKONOMI SINGARAJA 2021
Pengolongan Pajak
2. Menurut sifatnya

1. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau


berdasarkan pada subjeknya, dalam arti
memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh: Pajak Penghasilan.

2. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada


objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri
Wajib Pajak.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah.

SMAN 1
MGMP EKONOMI SINGARAJA 2021
Pengolongan Pajak
3. Menurut Golongannya / Sasarannya

a.   Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul


sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Contoh : Pajak Penghasilan.

b.  Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada


akhirnya dapat dibeban-kan atau dilimpahkan
kepada orang lain.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai.

SMAN 1
MGMP EKONOMI SINGARAJA 2021
Sistem Pemungutan Pajak
1. Official Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi
wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh
Wajib Pajak.
2. Self Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk
menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
3. With Holding System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan
fiskus dan bukan Wajib Pajak yang ber-sangkutan)
untuk menentukan besarnya pajak yang terutang
oleh Wajib Pajak.
SMAN 1
MGMP EKONOMI SINGARAJA 2021
Pajak Penghasilan
DASAR HUKUM :
(PPh)
A. UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2008
TANGGAL 23 SEPT2008 TENTANG PERUBAHAN
KEEMPAT ATAS Undang-Undang nomor 7 TAHUN
1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN
B. Peraturan Meneri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015
Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP), tertanggal 8 Juli 2015,

SMAN 1
MGMP EKONOMI SINGARAJA 2021
Pajak Penghasilan (PPh)

Orang pribadi

Subyek pajak Badan

BUT

Warisan yg Belum
dibagi
Obyek Pajak Penghasilan

SMAN 1
MGMP EKONOMI SINGARAJA 2021
Orang Pribadi Pajak Penghasilan (PPh)
Tarif Pajak ( Pasal 17 UU PPh )
Tarif Pajak
Lapisan Penghasilan Kena Pajak
NPWP Tidak NPWP
s/d Rp50.000.000,00 5% 6%
di atas Rp50.000.000,00 s/d Rp250.000.000,00 15 % 18 %
di atas Rp250.000.000,00 s/d Rp500.000.000,00 25 % 30 %
di atas Rp500.000.000,00 30% 36 %

Penghasilan Tidak ( Pasal 7 UU PPh )


Kena Pajak STATUS KELUARGA PTKP
WAJIB PAJAK SENDIRI  36.000.000,00
WAJIB PAJAK KAWIN  3.000.000,00
ISTERI BEKERJA  36.000.000,00
TANGGUNGAN  3.000.000,00
MAKS TANGGUNGAN 3 (Tiga) Orang

SMAN 1
MGMP EKONOMI SINGARAJA 2021
SMAN 1
MGMP EKONOMI SINGARAJA 2021
TARIF PAJAK
a. Tarif pajak proporsional (sebanding) Yaitu tarif pajak
dengan menggunakan persentase yang tetap untuk
setiap dasar pengenaan pajak.
b. Tarif pajak degresif (menurun) Yaitu tarif pajak
dengan menggunakan presentase yang menurun
untuk setiap dasar pengenaan pajak.
c. Tarif pajak konstan (tetap) Yaitu tarif pajak yang tetap
untuk setiap dasar pengenaan pajak.
d. Tarif pajak progesif (menaik) Yaitu tarif pajak dengan
persentase yang semakin menaik/meningkat untuk
dasar setiap pengenaan pajak
e. Tarif pajak degresif (menurun) Yaitu tarif pajak
dengan menggunakan presentase yang menurun,
tetapi penurunannya sedikit-sedikit
SMAN 1
MGMP EKONOMI SINGARAJA 2021
Pajak Penghasilan (PPh)
Garis Besar Perhitungan PPh
1. PPh Orang Pribadi

SMAN 1
MGMP EKONOMI SINGARAJA 2021
Pajak Penghasilan (PPh)
Badan
• Tarif tunggal 30%
• Diturunkan menjadi 28% pada tahun 2009, dan
menjadi 25% pada tahun 2010.
• Untuk WP Badan Masuk Bursa diberikan tarif 5%
lebih rendah dari tarif yang berlaku.

Keputusan Perubahan:
Untuk pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah
diberikan fasilitas perpajakan berupa pengurangan
tarif 50% lebih rendah dari tarif normal yang diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

SMAN 1
MGMP EKONOMI SINGARAJA 2021
Pajak Penghasilan (PPh)
Garis Besar Perhitungan PPh
2. PPh Badan

SMAN 1
MGMP EKONOMI SINGARAJA 2021
Sehubungan dengan wajib pajak badan juga diatur oleh
Pemerintah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun
2013 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari
Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
a. Peredaran Bruto (omzet) merupakan jumlah peredaran
bruto (omzet) semua gerai/counter/outlet atau sejenisnya
baik pusat maupun cabangnya
b. Objek Pajaknya adalah Penghasilan dari usaha yang
diterima atau diperoleh wajib pajak dengan peredaran
bruto (omzet) yang tidak melebihi Rp 4,8 miliar dalam
1 tahun pajak, serta besarnya Pajak yang terutang dan
harus dibayar adalah 1% dari jumlah peredaran bruto
(omzet)
SMAN 1
MGMP EKONOMI SINGARAJA 2021
c. Jenis usaha yang dikenakan atas
peraturan ini diantaranya usaha dagang,
industri, dan jasa, seperti misalnya
toko/kios/los kelontong, pakaian, elektronik,
bengkel, penjahit, warung/rumah makan,
salon, dan usaha lainnya.
d. Subjek Pajaknya adalah Orang pribadi dan
Badan, tidak termasuk Bentuk Usaha Tetap
(BUT), yang menerima penghasilan dari
usaha dengan peredaran bruto (omzet)
yang tidak melebihi Rp 4,8 miliar dalam 1
(satu) Tahun Pajak.
SMAN 1
MGMP EKONOMI SINGARAJA 2021
P B B – P2
• UU nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah/PDRD Pasal 77 sampai dengan Pasal 81
• pemerintah mengalihkan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB) dan pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan
Pedesaan dan Perkotaan(PBB-P2) menjadi Pajak Daerah.
• Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah
pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai,
dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali
kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,
perhutanan, dan pertambangan. Mulai tanggal 1 Januari 2014
PBB Perdesaan dan Perkotaan merupakan Pajak Daerah
Kabupaten/ Kota. Sedangkan untuk PBB Perkebunan,
Perhutanan, Pertambangan masih tetap merupakan Pajak
Pusat.
SMAN 1
MGMP EKONOMI SINGARAJA 2021
Tarif P B B – P2
• Berdasarkan pasal 80 UU nomor 28 tahun 2009
Tarif PBB-P2 yang dikenakan pada obyek pajak
adalah paling tinggi 0,3% dari nilai jual obyek
kena pajak dan Tarif Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan dengan
Peraturan Daerah. Besarnya Nilai Jual Objek
Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan paling
rendah sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah) untuk setiap Wajib Pajak. Dan Nilai Jual
Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan
dengan Peraturan Daerah.

SMAN 1
MGMP EKONOMI SINGARAJA 2021
Dasar Pengenaan P B B – P2
a. Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan adalah Nilai Jual Objek
Pajak (NJOP).
b. Besarnya NJOP ditetapkan setiap 3 (tiga) tahun,
kecuali untuk objek pajak tertentu dapat ditetapkan
setiap tahun sesuai dengan perkembangan
wilayahnya dan Penetapan besarnya NJOP dilakukan
oleh Kepala Daerah.
c. Besaran pokok Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan
dan Perkotaan yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak
setelah dikurangi Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena
Pajak
SMAN 1
MGMP EKONOMI SINGARAJA 2021
Perhitungan P B B – P2

PBB = Tarif x (NJOP – NJOPTKP)

Contoh :
Tuan Fatah memiliki Objek pajak yang berkaitan
dengan tanah dan bangunan : Tanah seluas 400 m2
dengan Nilai Jualnya Rp 500.000,00 per m2, Rumah
seluas 300 m2 dengan Nilai jualnya Rp 600.000,00 per
m2. Hitunglah besarnya PBB yang terutang jika
diketahui besarnya NJOPTKP Rp 10.000.000,00 dan
tarif yang dikenakan sebesar 0,1%.
SMAN 1
MGMP EKONOMI SINGARAJA 2021
Jawab :
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
Tanah : 400 x Rp 500.000,00 = Rp 200.000.000,00
Bangunan : 300 x Rp 600.000,00 = Rp 180.000.000,00 +
= Rp 380.000.000,00
Nilai Jual OPTKP = Rp 10.000.000,00 –
NJOP untuk Penghitungan PBB = Rp 370.000.000,00
===============
PBB Terutang = 0,1% x Rp 370.000.000,00
= Rp 370.000,00

SMAN 1
MGMP EKONOMI SINGARAJA 2021
SMAN 1
MGMP EKONOMI SINGARAJA 2021
TERIMA KASIH

SMAN 1
MGMP EKONOMI
SINGARAJA 2021

Anda mungkin juga menyukai