Anda di halaman 1dari 41

NASIB OBAT DALAM

BADAN
(FARMAKOKINETIKA &
BIOFARMASI)

PSIK STIKes MADANI


YOGYAKARTA
FARMAKOKINETIKA
 Cabang ilmu yg mempelajari nasib obat di
dalam tubuh

MELIPUTI:
KINETIKA ABSORPSI, DISTRIBUSI,
DAN ELIMINASI
(ADME)
PERANAN F. KINETIKA:
1. Memprediksi kadar obat dalam plasma jaringan dan urin untuk
setiap aturan dosis.
2. Menentukan aturan dosis obat optimum bagi setiap pasien secara
individu.
3. Mengestimasi kemungkinan akumulasi obat dan atau
metabolitnya.
4. Menemukan hubungan kadar obat dengan aktivitas farmakologi
atau toksikologi.
5. Mengevaluasi perbedaan dalam kecepatan atau besarnya
ketersediaan antara formulasi (bio ekivalensi)
6. Menggambarkan sejauh mana pengaruh perubahan fisiologi, atau
penyakit, terhadap absorpsi, distribusi, atau eliminasi obat.
7. Mengungkap interaksi obat.
8. Memberi gambaran secara kuantitatif pengaruh perubahan
struktur obat terhadap nasibnya dalam badan.
 Nasib obat sesudah diminum adalah didistribusikan ke seluruh
tubuh oleh cairan tubuh ( darah)
 tetapi kita tidak dapat mengetahui dengan pasti kemana dan
berapa jumlahnya pada jaringan penerima distribusi
 Untuk memperkirakan hal tersebut, maka secara
farmakokinetika dibuatlah model untuk melihat tubuh sebagai
kompartemen.
Invasi Eliminasi

Absorpsi Distribusi Metabolisme Ekskresi


DRUG RELEASE ABS. DIST.
DRUG IN DRUG IN TISSUES
AND
SYSTEMIC CIRC.
DISOLUTION

ELIM.
PHARMACOLOGIC
EXCRETION
OR
AND
CLINICAL EFFECT
METABOLISM

UNTUK MEMBERIKAN OBAT YANG OPTIMAL: PERLU TIDAK HANYA


MEKANISME TETAPI JUGA KINETIKA ABSORPSI, DISTRIBUSI &
ELIMINASI

PLASMA site
DOSE REGIMEN CONCEN- of EFFECTS
TRATION action
A. ABSORPSI
 Proses penyerapan obat ke dalam pembuluh darah
 Sangat dipengaruhi oleh cara pemberian, sifat kimiawi
obat, keadaan fisik obat dan kondisi tubuh

SAWAR ABSORPSI
 membran permukaan sel (membran plasma)
MEKANISME ABSORPSI
1. Difusi pasif
 hukum fick
(transpor senyawa berbanding lurus dengan
konsentrasi, luas permukaan membran, koefisien
distribusisenyawa
 berbanding terbalik dgn tebal membran)

2. Difusi terfasilitasi
S + C = SC S = substrat (obat)
C = carrier (pembawa)
3. Transpor aktif
Membutuhkan energi
melawan gradien konsentrasi
 Absorpsi obat kebanyakan melalui difusi pasif

Yang mempengaruhi kecepatan absorpsi :


1. Sifat fisikokimia obat

2. Ukuran partikel

3. Sediaan obat

4. Dosis

5. Rute pemberian

6. Waktu kontak obat dg permukaan yg mengabsorpsi

7. Luas permukaan yg mengabsorpsi


B. DISTRIBUSI
 Proses penpindahan obat dari pembuluh darah menuju
organ target
Faktor yg mempengaruhi
 Tekanan darah

 Pasokan darah

 Drug targetting
C. BIOTRANSFORMASI
 Biotranformasi atau metabolisme adalah proses
perubahan struktur kimia obat yang terjadi didalam
tubuh dan dikatalisi oleh enzim
 Proses ini mengubah obat aktif menjadi tidak aktif
(lipofil  hidrofil)
 T4 biotransformasi

Terutama dalam hati


Organ lain (usus, ginjal, limpa, otot, kulit, dll)
 Flora usus juga membantu biotransformasi

Metabolisme membuat obat jadi:


 Makin aktif
 TIDAK aktif lagi (deaktivasi)  detoksifikasi di hati
 Seny. tidak aktif (pro drug) menjadi seny. aktif
Contoh obat yang makin aktif setelah dimetabolisir:
 Kortison & Prednison menjadi Kortisol & Prednisolon

Pro drug : Obat yang secara metabolik tidak aktif tetapi


dalam tubuh diubah secara enzimatik dan non enzimatik
menjadi bentuk aktif  diperlukan untuk obat yang:
 rasanya tidak enak
 kelarutan dalam air kurang pada pemakaian parenteral
 kurang dapat terabsorpsi
 pengaruh lintas pertama besar
 lama kerja singkat
 distribusi ke dalam organ sasaran tidak cukup
 First Pass Effect (FPE) [Pengaruh Lintas Pertama]
: Perombakan yang dialami obat dalam dinding usus
(dimetabolisir) dan hati (diekskresi ato diubah secara
biokimia) sebelum mencapai jantung, sirkulasi paru, dan
sirkulasi tubuh.
 FPE dapat menurunkan bioavailabilitas jadi lebih rendah
daripada persentase yang sebenarnya di resorpsi,
sehingga efek obat berkurang.
 FPE juga dapat meningkatkan bioavailabilitas.
PENGARUH USIA TERHADAP
BIOTRANSFORMASI
 Khususny pada bayi dan usia lanjut

 Kelengkapan beberapa enzim yang terlibat dalam


biotransformasi belum mencukupi
 Fungsi hati, metabolisme dapat berlansung lebih cepat
atau lebih lambat,
 Factor genetic (turunan), ada orang yang memiliki
factor genetic tertentu yang dapat menimbulkan
perbedaan khasiat obat pada pasien.
 Adanya pemakaian obat lain secara bersamaan, dapat
mempercepat metabolisme (inhibisi enzim).
D. EKSKRESI
 Ginjal (urin)
 Empedu dan usus (feses)

 Paru2 (udara ekspirasi)


TOKSIKOLOGI OBAT DAN ZAT
KIMIA
TOKSIKOLOGI

 Ilmu tentang racun???


 Zat yg tdk brbahaya jika masuk tubuh scr tdk tepatpun
akan mnyebabkan keracunan. (contoh??)
 Ada keterkaitan antara takaran dan respon tubuh trhdp zat
yg masuk ke dlm tubuh.
TOKSIKOLOGI
 Pengaruh kuantitatif zat kimia atas sistem biologi
 Lebih menekankan pd aksi berbahaya zat kimia tersebut.
 Obat dpt menimbulkan efek yg tidak diinginkan yg
berkaitan dgn dosis yg diberikan :
 1. efek samping (side effect)

 2. efek merugikan (adverse effect)

 3. efek toksik (toxic effect)


SIDE EFFECT
 Efek yang tidak berbahaya atau merugikan
 Mis : mulut kering atau sedasi karena antihistamin

 Efek dpt ditoleransi, obat brmanfaat utk pengobatan


ADVERSE EFFECT
 efek yang merugikan dan berbahaya
 Mis : diare terus menerus, muntah, gangguan SSP yg
menyebabkan bingung, kerusakan organ krn konsumsi
obat jangka panjang
TOXIC EFFECT
 Efek yg sangat berbahaya/mengancam kehidupan
 Pemberian obat dihentikan/diberi terapi
supportif/antidotumnya
TOKSISITAS
 Kemampuan suatu zat
kimia/xenobiotik dalam
menimbulkan kerusakan pada
organisme baik saat digunakan
atau saat berada di lingkungan
 Subtansi kontak dgn permukaan
tubuh misal melalui kulit, mata,
mukosa saluran cerna atau traktus
respirasi
KASUS KERACUNAN
 Tumor anilin ditemukan oleh Rehn (1895) pada pekerja
pabrik anilin (pewarna mkn yg disisntesis dr ter batu bara)
 Fokomelia (tidak adanya tungkai badan) krn Thalidomide
(1950-an)
 Paralisis dan kematian krn metilmerkuri pada ikan di
Minamata dan Niigata, Jepang
 Sulphanylamide in diethylene glycol (Australia, 1937)
 Tempe bongkrek poisoning, Banyumas, Indonesia

Bakteri Pseudomonas cocovenenans


akan memproduksi racun toxoflavin dan bongkrekic acid
REGULATORY TOXICOLOGY
 The Food and Drug Administration
(FDA)
 regulates drugs, medical devices, cosmetics and food
additives in use for health and/or commercial proposes.
Zat beracun
Absorbsi

Sirkulasi sistemik

disposisi

distribusi eliminasi

Tempat Aksi ekskresi


metabolisme
Reseptor
Sel sasaran metabolit
(antaraksi)

toksik Tak toksik


EFEK TOKSIK
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEK
TOKSIK OBAT

Kondisi subyek/makhluk hidup


 Keadaan fisiologi

(mis:berat badan, umur, suhu tubuh, kecepatan


pengosongan lambung, kecepatan aliran darah, status gizi,
kehamilan, genetika dan jenis kelamin)
 Keadaan patologi

(mis:penyakit saluran cerna, kardiovaskuler, hati dan


ginjal)
MEKANISME AKSI EFEK TOKSIK

Keberadaan zat kimia dalam tubuh menimbulkan


efek toksik melalui 2 cara :
 Toksik intrasel (toksisitas yg diawali dgn
interaksi secara langsung antara zat kimia atau
metabolitnya dgn reseptornya)
 Toksik ekstrasel (toksisitas scr tdk langsung dgn
mempengaruhi lingkungan sel sasaran tp dpt
brpengaruh pd sel sasaran).
MEKANISME EFEK TOKSIK INTRASEL
 Sifatnya langsung/primer
 Zat kimia atau metabolitnya masuk pd sel sasaran dan
sebabkan gangguan sel/organelanya melalui pendesakan,
ikatan kovalen, subtitusi, atau peroksidasi dsb)
LANJUTAN..
 Sebelumnya tubuh beradaptasi atau melakukan
perbaikan
 Bila respon pertahanan tdk mampu mengeliminasi
gangguan, akan ada efek toksik
 Wujud terjadinya perubahan adalah kekacauan
biokimiawi, fungsional dan struktural
LANJUTAN..

Contoh zat/obat toksik intrasel


 Tetrasiklin/kloramfenikol mengikat ribosom sel

 Antimikroba golongan sulfa dapat menghambat sistesis asam


folat
 Radikal bebas sebabkan peroksidasi lipid /protein
LANJUTAN..

 Insektisida yg mengikat enzim asetilkolinesterase sebabkan


bertumpuknya Ach dalam sinap shg mengakibatkan efek
kolinergik yg berlebihan
 Sianida berikatan dgn atom besi dari heme (bag. dari Hb), shg
mengganggu pernapasan sel/produksi energi
HEMOGLOBIN
LANJUTAN…

 Toksin botulisme berikatan dengan ujung akson presinaptik


kolinergik perifer shg menghambat pelepasan Ach, terjadi
hambatan kolinergik
 Racun kobra ular dpt berikatan dgn postsinaptik
neuromuskuler shg tidak peka dgn asetilkolin
REFERENCES/ BIBLIOGRAPHY
 Klaasen and Eaton, 2005, Cassaret and Doulls
Toxicology, The Basic of Poison, McGraw Hill, New
York
 Raymond, J.M., 1995, Toxicology Principles and
Application, CRC Press, New York
 Timbrell, J.A. 1991, Principles of Biochemical
Toxicology, 2nd Edition, Taylor & Francis Ltd, London
 Priyanto, 2009. Toksikologi (mekanisme, terapi
antidotum dan penilaian resiko), Leskonfi, Jabar.
 Frank C.Lu (penerjemah: Edi Nugroho), 2006.
Toksikologi Dasar (asas, organ sasaran dan penilaian
resiko), Ed.ke-2, UI Press

Anda mungkin juga menyukai