Usia : 45 tahun
No RM : 656xxx
Keluhan Utama : BAK merah
RPS : Seorang wanita usia 45 tahun datang ke poli
karena BAK berwarna kemerahan. Pasien mengatakan
mulai BAK merah sejak beberapa jam SMRS. Keluhan
disertai nyeri saat BAK dan terasa anyang-anyangan.
Pasien sudah pernah periksa ke dokter dan di diagnosis
RPS batu ginjal kanan sejak 10 bulan lalu, kemudian
menjalani perawatan rawat jalan. Ini adalah pertama
kali BAK pasien berwarna merah. Selain itu pasien juga
mengeluh nyeri pada pinggang kiri yang dapat
menjalar hingga inguinal. Tidak ada yang
memperberat keluhan. Ketika keluhan muncul pasien
biasanya istirahat kemudian akan hilang sendiri.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat batu ginjal 10 bulan lalu
Riwayat HT (+) tidak berobat rutin
RPD
Riwayat DM (+)
Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat Alergi (+) cotrimoksazol
Riwayat Penyakit Keluarga
Pemeriksaan
Penunjang
Thorax BNO polos
Pulmo tak tampak Susp. Nefrolitiasis
kelainan dextra
Besar cor normal Lesi opak di proyeksi
cavum pelvis aspek
sinistra sus
ureterolithiasis dd
phlebolith
Pemeriksaan
Penunjang
CT SCAN ABDOMEN Hidronefrosis bilateral
Nefrolithiasis bilateral grade I-II
Batu di pelvico- Simple cyst ren
bilateral
uretero junction
dextra dan vesico
ureteo junction
sinistra
Pemeriksaan
Penunjang
Berat Jenis 1.005 L
PH 5.5
Leukosit +/Positif 1 H
Nitrit Negatif
Protein Negatif
Glukosa Negatif
Darah Negatif
Eritrosit 2-4 H
Leukosit 4-6
Ephitel +/Positif 1
Bakteri +/Positif 1
Diagnosa
Nefrolithiasis dan Ureterolithiasis dextra
ISK
Rencana Terapi
Diagnosis dan Inf RL 20tpm
Rencana Terapi Inj Ceftriaxon 1 gr/12 jam
Inj Omeprazole 40 mg/24 jam
Inj Norages 1 gr/8 jam
Pro URS
Konsul Ts Anestesi
Diagnosis pra operasi/Tindakan : Nefrolithiasis dan Ureterolithiasis
dextra
Skor nyeri: 2
Evaluasi Jalan Napas
Bebas Ya
Protrusi mandibular Tidak
Buka mulut Normal
jalan Leher
Gerak leher
Tidak pendek
Bebas
napas Mallampathy
Obesitas
II
Tidak
Massa Tidak
Gigi palsu Tidak
Sulit ventilasi Tidak
Vital sign
- HR : 75 x/menit
- RR : 22 x/menit
Monitoring - T : 36,6 oC
Pasca Anestesi
- Skor Bromage :
Masuk ruang recovery : Tidak dapat mengangkat kaki (skor 3)
Kriteria Skor
Gerakan penuh dari tungkai 0
Tak mampu ekstensi tungkai 1
Tak mampu fleksi lutut 2
Tak mampu fleksi pergelangan 3
kaki
Ureterolithiasis
Batu ureter pada umumnya adalah batu yang terbentuk di
dalam sistim kalik ginjal, yang turun ke ureter. Terdapat
tiga penyempitan sepanjang ureter yang biasanya menjadi
tempat berhentinya batu yang turun dari kalik yaitu
ureteropelvic junction (UPJ), persilangan ureter dengan
vasa iliaka, dan muara ureter di dinding buli
Hematuria sering dikeluhkan oleh pasien akibat trauma
pada mukosasaluran kemih karena batu. Kadang hematuria
didapatkan dari pemeriksaanurinalisis berupa hematuria
mikroskopik. Jika didapatkan demam, harus dicurigaisuatu
urosepsis. Pada pemeriksaan fisis, mungkin didapatkan
nyeri ketok pada daerahkosto-vertebra, teraba ginjal pada
sisi yang sakit akibat hidronefrosis, terlihattanda-tanda
gagal ginjal, dan adanya retensi urine. Pada pemeriksaan
sedimen urine, menunjukkan adanya
leukosituria,hematuria dan dijumpai kristal-kristal
pembentuk batu
Penemuan ureteroskopi pada tahun 1980-an telah
mengubah secara dramatis manajemen batu saluran kemih.
Ureteroskopi rigid digunakan bersama dengan litotripsi
ultrasonic, litotripsi elektrohidrolik, litotripsi laser, dan
litotripsi pneumatik agar memberikan hasil lebih baik
penemuan miniskop semirigis dan uteroskop fleksibel
Ureteroskopi membuat kita dapat mencapai ureter atas dan sistem
pengumpul intrarenal secara lebih aman. Namun,
keterbatasan dari alat semirigid dan fleksibel ini adalah
sempitnya saluran untuk bekerja. Saar ini, pilihan alat
tergantung lokasi batu, komposisi batu dan pengalaman
klinikus, serta ketersediaan alat
Anestesi dalam bedah urologi merupakan suatu teknik
anestesi yang digunakan pada operasi urologi guna
menghasilkan efek sedasi, analgetik dan relaksasi
pada saat berlangsungnya operasi
Sekitar 10-20% prosedur urologi memerlukan
tindakan anestesi. Pasien yang menjalani prosedur
urologi kebanyakan berasal dari usia tua, meskipun
kenyataannya semua umur dapat mengalaminya. Pada
endourologi anestesi regional (spinal dan epidural)
maupun anestesi umum dapat dipergunakan
tergantung tipe dan durasi operasi, usia pasien,
riwayat penyakit sekarang, dan keinginan pasien.
Untuk anestesi regional, blokade sakral diperlukan untuk
prosedur urethral (T9-T10 level untuk prosedur yang
melibatkan bladder dan setinggi T8 untuk ptosedur yang
melibatkan ureter). Untuk anestesi spinal dapat menggunakan
lidokain atau bupivakain. Lidokain dapat digunakan, namun
dapat menyebabkan gejala neurologis transien.
Anestesi lumbar epidural menggunakan 1.5-2.0% lidokain
dengan epineprin 5 mcg/mL, 15-25, suplementasi dengan 5-
10 mL bolus apabila diperlukan. Suplementasi IV sedasi juga
diperlukan.
Pada pembedahan pielolitotomi dan ureterolitotomi anestesi
umum lebih direkomendasikan daripada anestesi regional
karena posisi pasien yang dapat menyebabkan pasien merasa
tidak nyaman dan nyeri pun timbul dari stimulasi
diafragmatik (anestesi umum dapat digabungkan dengan
regional opiat untuk kondisi ini)
REFLEKSI KASUS
MEDIKOLEGAL
Dalam kasus ini penatalaksanaan bagi pasien adalah pemberian obat injeksi dan tindakan
ureteroskopi menggunakan teknik anestesi spinal/subarachnoid blok.
Sebelum dilakukan penatalaksanaan perlu diberikan edukasi mengenai:
diagnosis pasien.
pilihan tatalaksana dan resiko dari tatalaksana yang diberikan.
komplikasi yang dapat terjadi.
MEDIKOLEGAL
Beneficience
Prinsip beneficience merupakan tanggung jawab untuk melakukan kebaikan yang
menguntungkan pasien dan menghindari perbuatan yang merugikan atau membahayakan pasien.
Dalam prinsip beneficience dokter memberikan tatalaksana tepat untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien. Dalam kasus ini, dokter melakukan tatalaksana yang sesuai yaitu elain memberikan terapi
medikamentosa juga melakukan tindakan ureteroskopi dan menggunakan teknik anestesi yang
sesuai yaitu subarachnoid blok.
Non-Maleficience
Dalam hal ini dokter tidak berbuat hal-hal yang memperburuk keadaan pasien. Pada kasus ini,
dilakukan tindakan yang tepat dan sesuai. Pada kasus ini diperlukan untuk operasi, agar tidak
memperburuk keadaan dan pada saat operasi dokter harus melakukan dengan sangat hati-hati dan
sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Dokter melakukan sesuai dengan prosedur SOP yang berlaku.
MEDIKOLEGAL
Justice
Prinsip ini merupakan berlaku adil pada setiap pasien, setiap pasien berhak mendapatkan
tindakan yang sama, sesuai dengan proporsinya masing-masing. Pasien menggunakan
asuransi BPJS untuk pembayaran perawatan rumah sakit, namun dokter tetap memperlakukan
adil, tidak membedakan dengan yang lainnya, dan sesuai dengan hak pasien.
Autonomy
Prinsip otonomi menyatakan bahwa setiap individu mempunyai kebebasan untuk menentukan
tindakan atau keputusan berdasarkan rencana yang mereka pilih. Prinsip ini berkaitan dengan
informed consent yang dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis. Dalam kasus ini, dokter
sudah menjelaskan secara lisan tentang penyakit pasien, tindakan yang akan dilakukan, risiko,
serta kemungkinan apabila tidak dilakukan tindakan dan inform consent secara tertulis
berkaitan dengan prosedur tindakan, efek samping, prognosis
KEISLAMAN
Menjalani hidup di dunia ini tentunya tidak selamanya kita akan merasa bahagia. Ada kalanya
Allah menurunkan ujian untuk menguji tingkat keimanan dan kesabaran hambaNya. Salah satu
ujian yang diberikan oleh Allah adalah sakit. Akan tetapi, sakit memiliki beberapa hikmah yang
dapat diambil.
Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, “Tidaklah seorang muslim yang tertimpa gangguan
berupa penyakit atau semacamnya, kecuali Allah akan menggugurkan bersama dengannya dosa-
dosanya, sebagaimana pohon yang menggugurkan dedaunannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Diberikannya ujian kepada manusia merupakan salah satu bentuk kasih sayang Allah yang
terkadang manusia sulit untuk mengerti. Maka dari itu, seorang muslim wajib untuk selalu
berhusnudzon terhadap segala ketetapan Allah
KEISLAMAN
Setiap individu yang diuji Allah dengan sakit hendaknya berikhtiar semampunya untuk
kesembuhannya. Seorang muslim wajib mengetahui bahwa Allah tidak menurunkan penyakit
melainkan dengan obatnya, seperti sabda Rasulullah SAW, “Tidaklah Allah menurunkan
penyakit kecuali Dia juga menurunkan penawarnya.” (HR Bukhari).
Hasil dari setiap ikhtiar mencari kesembuhan juga harus disandarkan hanya kepada Allah, bukan
dokter. Allah berfirman dalam surah As Syuara ayat 80 bahwa,
“Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku”.
Allah juga berfirman dalam surah Al An’am ayat 17
“Dan jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang
menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu ,
maka Dia maha kuasa terhadap sesuatu”.
KEISLAMAN
Berkaitan dengan ilmu anestesi dan reanimasi, sebagai manusia kita perlu selalu
mengingat tentang kehidupan dan kematian. Sebagaimana dalam QS Ali Imran ayat
145 dan 185 yang artinya :
“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai
ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia,
niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki
pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan Kami akan
memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali ‘Imran : 145).
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat
sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan
ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain
hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali Imran : 185).
TERIMAKASIH