Anda di halaman 1dari 14

Produk Rekombinan dalam Bidang Farmasi

Kelompok 5

1.Annisa permata sari (1801048)


2.Cindy patika sari (1801049)
3.Herlin windasari (1801055)
4.Ira fazira ( 1801056)
5.Putri zahra (1801066)
6.Resky pertiwi ( 1801069)
Produk Rekombinan dalam Bidang Farmasi

Rekombinan adalah bentuk genetik atau keturunan


yang diperoleh melalui proses pemindahan dan
penyusunan gen baru yang tidak terdapat pada induk.
1. Vaksin
• Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan
untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu
penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau virus.
Vaksin diperkenalkan oleh Edward Jenner pada
1796.
• Vaksin dapat dibuat dari bakteri, riketsia atau
virus dan dapat berupa suspensi organisme
hidup atau inaktif, fraksi-fraksinya dan toksoid

Jenis-jenis vaksin menurut FI IV


1. Vaksin bakteri
2. Toksoid bakteri
3. Vaksin virus dan riketsia
Jenis-jenis vaksin virus menurut Kistner,2003

• Vaksin virus hidup yang dilemahkan ( live


attenuated virus vaccines )
• Vaksin virus inaktif/mati ( inactifated/killed
virus vaccines)
• Vaksin subunit (subunit vaccines)
Teknik terbaru pembuatan vaksin yang sedang
dikembangkan :
• Vaksin DNA
Dengan vaksin DNA, pasien tidak disuntik
dengan antigen tetapi dengan DNA yang
mengkode suatu antigen.
Keuntungan vaksin DNA :
1. Relatif murah dan mudah diproduksi , seluruh
vaksin DNA memerlukan proses produksi
yang identik
2. DNA sangat stabil sehingga tidak memerlukan
pendingin selama pengiriman atau penyimpanan
3. Mudah di kloning sehingga memungkinkan
vaksin untuk dimodifikasi dengan cepat jika
diperlukan
4. Vaksin multivalen dapat disiapkan dengan mudah
dengan cara mencampur berbagai plasmid yang
berbeda
5. Memicu respon imun yang tahan lama tanpa
resiko infeksi yang tidak dikehendaki
6. Vaksin DNA yang saat ini sedang dalam tahap uji
klinik : vaksin HIV
Proses produksi vaksin influenza
menggunakan telur ayam berembrio
Tahap 1 : telur ditaruh dalam inkubator hingga
usia yang tepat ( embrio berumur 9-11 hari )
kemudian telur dilihat dibawah lampu untuk
memisahkan telur yang mengandung embrio dan
telur yang embrionya tidak tumbuh
Tahap 2 : setelah cangkang telur telah
dilestarikan, maka telur dinokulasi dengan cara
menyuntikkan virus influenza spesifik kedalam
bagian allantoic dari telur
Tahap 3 : telur diinkubasi untuk waktu yang optimal
( biasanya 48-96 jam ) pada suhu optimal (33-36⁰c )
dan kemudian dilihat lagi dibawah lampu untuk
memisahkan telur yang mati
Tahap 4 : telur didinginkan terlebih dahulu dalam
lemari pendingin untuk meningkatkan hasil pada
saat permanenan dari cairan allantoic yang
terinfeksi. Cairan allantoic atau cairan cultur
jaringan diproses lebih lanjut untuk menghilangkan
protein telur atau protein sel dan sisa-sisa sel,
kemudian inaktifasi secara kimia, dan disimpan
sebagai bulk vaccines hingga proses formulasi
berlangsung
Tahap 5 : cairan allantoic yang dipanen harus
dijernihkan dengan cara filtrasi atau sentrifuga
sebelum proses pemurnian lebih lanjut
Tahap 6 : penetapan potensi dilakukan pada
setiap kelompok vaksin monovalen
menggunakan antigen standar yang diketahui
jumlah HA ( hemagglutinin ) nya dan suatu anti
serum HA spesifik
PROTEIN TERAUPETIK
• Protein teraupetik merupakan molekul protein yang memiliki
aktivitas sebagai obat sehingga dapat digunakan untuk keperluan
klinis. Sejak penemuan insulin pada tahun 1920, perkembangan
penelitian dan produksi protein teraupetik mengalami kemajuan
yang sangat pesat. Protein terapeutik ini dikenal dengan nama
Plant made Pharmaceutical (PMP). Pada PMP, gen pengkode
protein yang berfungsi medis ditempatkan ke dalam suatu
tanaman, dengan tujuan agar tanaman tersebut memproduksi
protein tersebut.
• Salah satu jenis protein teraupetik yang populer dan telah
digunakan secara luas adalah interferon (IFN). Salah satu jenis
protein IFN yaitu interferon alfa-2a manusia (hlFα2a). IFN
merupakan suatu protein yang dihasilkan dalam tubuh ketika sel
terpapar oleh virus, bakteri atau antigen asing.
• Protein terapeutik yang dihasilkan dapat berguna
untuk penyakit seperti Alzheimer, kanker, COPD
( chronic obstructive pulmonary disease), Crohn, cystic
fibrosis, diabetes, penyakit jantung, penyakit ginjal,
multiple sclerosis, obesitas, rheumatoid arthritis,
cedera sumsum tulang belakang, dan sebagainya.
• Tanaman yang berpotensi untuk dikembangkan
dengan metode ini adalah jagung, tembakau, beras,
tebu, kedelai, wortel, kentang, bayam, pisang, dll.
TERAPI PROTEIN

Terapi protein adalah pengobatan medis yang


menunjukkan banyak janji yang masih dalam
tahap investigasi. Idenya mirip dengan terapi
gen, tetapi tidak seperti terapi gen, terapi
protein memberikan protein tubuh dalam jumlah
tertentu, seperti yaang biasanya ada, untuk
membantu memperbaiki penyakit, mengobati
rasa sakit atau struktur remake.
Penerapan terapi protein dibeberapa
penyakit
•Protein Ini Bisa Jadi Kunci Terapi Baru Atasi Obesitas
"Dalam banyak kasus, obesitas itu disebabkan oleh faktor yang lebih dari sekedar makan berlebihan dan kurang
berolahraga. Misal ada sesuatu yang rusak di dalam tubuh sehingga tubuh menyimpan lebih banyak lemak dan
membakar energi lebih sedikit," ungkap salah satu peneliti dari Sanford-Burnham Medical Research Institute.

Peneliti percaya penyebabnya adalah sebuah protein yang disebut dengan ps62. Ketika protein ps62 ini hilang
dari jaringan lemak, keseimbangan metabolik dari sistem tubuh seseorang akan berubah sehingga
menyebabkan terhambatnya produksi brown adipose tissue (BAT) yang 'baik', sekaligus mendukung munculnya
white adipose tissue (WAT) yang 'buruk'.

"Tanpa ps62, Anda akan membuat banyak lemak tapi tak bisa membakar banyak energi, bahkan tubuh merasa
perlu menyimpan banyak energi," tandas Dr. Jorge Moscat dari Sanford-Burnham Medical Research Institute.

Yang membuat Moscat rekan-rekannya dari German Research Center for Environmental Health dan University
of Cincinnati semakin yakin dengan temuan mereka adalah partisipan yang tidak memiliki protein ps62 di
dalam tubuhnya memiliki karakteristik obesitas, menderita diabetes, mengeluarkan energi lebih sedikit atau
terlihat lemah serta mengidap sindrom metabolik.
• LIPI Kembangkan Protein Interferon untuk
Terapi Kanker-Hepatitis

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)


sedang mengembangkan protein interferon alfa-
2a yang bermanfaat untuk terapi pengobatan
kanker serta hepatitis B dan C.

Anda mungkin juga menyukai