Anda di halaman 1dari 41

ANESTESI UMUM DAN REGIONAL

DIPYA NALAR MA’RIFAT (19360177)


FITRI INAYAH (19360181)

PERSEPTOR :

dr. Wirawan Anggorotomo Sp.An

KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTESI


RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG 2020
PENDAHULUAN
 Istilah anestesi dimunculkan pertama kali oleh dokter Oliver Wendell Holmes (1809-1894) berkebangsaan
Amerika, diturunkan dari dua kata Yunani :
 An berarti tidak, dan
 Aesthesis berarti rasa atau sensasi nyeri.
 Secara harfiah berarti ketiadaan rasa atau sensasi nyeri. Dalam arti yang lebih luas, anestesi berarti suatu keadaan
hilangnya rasa terhadap suatu rangsangan.
 Obat yang digunakan dalam menimbulkan anesthesia disebut sebagai anestetik, dan kelompok ini dibedakan dalam
anestetik umum dan anestetik lokal.
 Anestetik umum bekerja di Susunan Saraf Pusat, sedangkan
 Anestetik lokal bekerja langsung pada Serabut Saraf di Perifer.
ANESTESI UMUM
 Definisi : Tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai
hilangnya kesadaran yang bersifat reversibel
 Anestesi umum merupakan kondisi yang dikendalikan
dengan ketidaksadaran reversibel dan diperoleh melalui
penggunaan obat-obatan secara injeksi atau inhalasi yang
ditandai dengan hilangnya respon rasa nyeri (analgesia),
hilangnya ingatan (amnesia), hilangnya respon terhadap
rangsangan atau refleks dan hilangnya gerak spontan
(immobility), serta hilangnya kesadaran (unconsciousness).

 Trias Anestesia
 Hipnotik
 Analgesia
 Relaksasi otot
SIFAT – SIFAT ANESTESI UMUM YANG IDEAL

 Bekerja cepat, induksi dan pemilihan baik


 Cepat mencapai anestesi yang dalam
 Batas keamanan lebar
 Tidak bersifat toksis
• stadium analgesi Stadium II • Disebut juga Stadium IV
atau stadium stadium operasi.
• stadium delirium Dimulai dari • Dari
disorientasi.
Dimulai sejak atau stadium nafas teratur paralisis
diberikan anestesi exitasi. Dimulai sampai paralise diafragma
sampai hilangnya dari hilangnya otot nafas. sampai
kesadaran kesadaran sampai Stadium III apneu dan
nafas teratur kematian
Stadium I
PENILAIAN &
PERSIAPAN PRE-ANESTESIA
 PEMERIKSAAN
 PEMERIKSAAN LABORATORIUM &
 ANAMNESIS
FISIK PENUNJANG
 Identifikasi pasien  Gigi-geligi  Pemeriksaan darah
 Riwayat penyakit  Tindakan buka mulut  Radiologi
 Riwayat obat-obatan  Lidah  EKG
 Riwayat operasi  Leher  MASUKAN ORAL
 Kebiasaan  Punggung  Operasi elektif dengan
anestesia harus dipuasakan :
dewasa 6-8 jam, anak 4-6 jam,
bayi 3-4 jam
KLASIFIKASI STATUS FISIK
THE AMERICAN SOCIETY OF ANESTHESIOLOGISTS (ASA)

ASA 1 : pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia


ASA 2 : pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang
ASA 3 : pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga aktivitas rutin terhambat
ASA 4 : pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat melakukan aktivitas
rutin dan penyakitnya merupakan ancaman kehidupannya setiap saat.
ASA 5 : pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan
hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam.

Apabila tindakan pembedahannya dilakukan secara darurat, dicantumkan tanda E (emergency) di belakang angka, misalnya ASA
1 E.
PREMEDIKASI
Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anestesi dengan tujuan
untuk melancarkan induksi, rumatan, dan bangun dari anesthesia diantaranya :
 Meredakan kecemasan dan ketakutan
• Diazepam 10-15mg peroral
 Melancarkan induksi anestesi
 Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus
 Mengurangi refleks yg membahayakan
 Meminimalkan jumlah obat anestetik
 Mengurangi mual muntah pasca bedah
 Ondansetron 2-4 mg

 Mengurangi isi cairan lambung


 Ranitidine 150 mg atau Simetidine 600mg peroral

 Analgesia
 Fentanyl : low dose 2 mcg/kgBB ; moderate dose 2-20 mcg/kgBB ; high dose 20-50 mcg/kgBB ; duration of action 30-60 menit
 Pethidine : 50mg ; onset of action 5 menit ; duration of action 3-4 jam
INDUKSI
Induksi adalah usaha membawa atau membuat kondisi pasien dari sadar ke stadium pembedahan. Untuk persiapan
induksi anestesi sebaiknya kita ingat kata STATICS : S=Scope, T=Tubes, A=Airway; T=Tape; I=Introducer;
C=Connector; S=Suction

Induksi anestesi umum dapat dikerjakan melalui cara sebagai berikut :


1. Induksi intravena

2. Induksi intramuskular

3. Induksi inhalasi

4. Induksi per rectal

5. Induksi mencuri (steal induction)


Jenis Induksi Keterangan

Metode yang paling banyak dilakukan. Obat induksi disuntikkan


Induksi intravena secara bolus intravena dengan kecepatan antara 30-60 detik.
Contoh obat induksi intravena : Thiopental, propofol, ketamin

Induksi intramuscular biasanya menggunakan injeksi ketamin


Induksi intramuskular yang dapat diberikan secara intramuscular dan setelah 3-5 menit
pasien tidur

Cara induksi ini dikerjakan pada bayi atau anak yang belum
Induksi inhalasi terpasang jalur intravena atau pada pasien dewasa yang takut
disuntik

Cara induksi ini hanya dilakukan pada bayi atau anak dengan
Induksi per rectal menggunakan thiopental atau midazolam. Tanda induksi berhasil
adalah hilangnya refleks bulu mata

Induksi mencuri Dilakukan pada anak atau bayi yang sedang tidur
MAINTENANCE
Rumatan anestesi (maintenance) dapat dikerjakan secara intravena (anestesi intravena total) atau dengan
inhalasi campuran intravena inhalasi. Rumatan anestesi biasanya mengacu pada trias anestesi

RUMATAN INTRAVENA
 Fentanyl (opioid dosis tinggi):10-50 mcg/kgBB  menyebabkan pasien tidur dgn analgesia cukup
 Propofol : 4-12 mg/kgBB/jam

RUMATAN INHALASI
 Menggunakan campuran N2O dan O2 3:1 ditambah
Halotan 0,5-2 Vol% atau Isofluran 2-4 Vol% atau sevofluran 2-4 Vol% (bergantung apakah pasien
bernapas spontan, dibantu atau dikendalikan)
TATALAKSANA JALAN NAPAS

Manuver tripel jalan napas terdiri dari:

1. Kepala ekstensi pada sendi atlanto-oksipital.

2. Mandibula didorong ke depan pada kedua angulus mandibula

3. Mulut dibuka
Sungkup Laring (Laryngeal mask)

Jalan Napas Faring Merupakan alat jalan napas berbentuk


sendok terdiri dari pipa besar berlubang
Jika maneuver tripel kurang Sungkup Muka dengan ujung menyerupai sendok yang

berhasil, maka dapat dipasang pinggirnya dapat dikembang-kempiskan


seperti balon pada pipa trakea. Tangkai
jalan napas mulut-faring lewat Mengantar udara / gas anestesi
LMA dapat berupa pipa kerasdari polivinil
mulut (oro-pharyngeal airway) dari alat resusitasi atau system
atau lembek dengan spiral untuk menjaga
atau jalan napas lewat hidung anestesi ke jalan napas pasien. supaya tetap paten.
(naso-pharyngeal airway). Bentuknya dibuat sedemikian
rupa sehingga ketika digunakan
untuk bernapas spontan atau
dengan tekanan positif tidak
bocor dan gas masuk semua ke
trakea lewat mulut atau hidung.
Indikasi Intubasi Trakea
Intubasi trakea ialah tindakan
Pipa Trakea (endotracheal tube) memasukkan pipa trakea ke dalam trakea
melalui rima glottis, sehingga ujung
Mengantar gas anestesi langsung ke dalam distalnya berada kira-kira dipertengahan
trakea dan biasanya dibuat dari bahan trakea antara pita suara dan bifurkasio
trakea. Indikasi sangat bervariasi dan
standar polivinil-klorida. Pipa trakea dapat umumnya digolongkan sebagai berikut:
dimasukan melalui mulut (orotracheal tube) 1. Menjaga patensi jalan napas oleh
atau melalui hidung (nasotracheal tube). sebab apapun.
2. Mempermudah ventilasi positif dan
oksigenasi
3. Pencegahan terhadap aspirasi dan
regurgitasi
Hal yang dinilai Nilai
Kesadaran:  
Sadar penuh 2
Bangun bila dipanggil 1
Tidak ada respon 0

Respirasi:  
Pemulihan anestesi Dapat melakukan nafas dalam, bebas, dan dapat batuk 2
Sesak nafas, nafas dangkal atau ada hambatan 1
pasien dipindahkan ke ruang Apnoe 0

pemulihan dan terus diobservasi Sirkulasi: perbedaan dengan tekanan preanestesi  


Perbedaan +- 20 2
dengan cara menilai Aldrette’s score
Perbedaan +- 50 1
nya, nilai 8-10 bisa dipindahkan ke Perbedaan lebih dari 50 0

ruang perawatan, 5-8 observasi Aktivitas: dapat menggerakkan ekstremitas atas perintah:  
4 ekstremitas 2
secara ketat, kurang dari 5
2 ekstremitas 1
pindahkan ke ICU Tidak dapat 0

Warna kulit  
Normal 2
Pucat, gelap, kuning atau berbintik-bintik 1
Cyanotic 0
ANESTESI REGIONAL
 Definisi : tindakan analgesia yang dilakukan dengan cara
menyuntikkan obat anestetika lokal pada lokasi serat saraf
yang menginervasi regio tertentu, yang menyebabkan
hambatan konduksi impuls aferen yang bersifat temporer.
Dapat pula di definisikan sebagai penggunaan obat analgetik
lokal untuk menghambat impuls nyeri suatu bagian tubuh
sementara pada impuls saraf sensorik, sehingga impuls nyeri
dari satu bagian tubuh diblokir untuk sementara (reversibel).
Fungsi motorik dapat terpengaruh sebagian atau seluruhnya.
Tetapi pasien tetap sadar.
Pembagian
1 2

• Blok sentral (blok • Blok perifer (blok


neuroaksial) yaitu saraf) misalnya
meliputi blok blok pleksus
spinal, epidural, brachialis, axilar,
dan kaudal. analgesia regional
intravena.
• Anestesi Spinal
Anestesi spinal (intratekal, intradural, subdural, subarachnoid)
adalah pemberian obat anestetik lokal kedalam ruang
subarachnoid.
Indikasi :
• Bedah ekstremitas bawah
• Bedah panggul
• Tindakan sekitar rektum-perineum
• Bedah obstetri dan ginekologi
• Bedah urologi
• Bedah abdomen bawah
• Anestesi Spinal
Kontra indikasi absolut : • Infeksi sistemik (sepsis,
• Pasien menolak bakteremia)
• Infeksi pada tempat suntikan • Infeksi sekitar suntikan
• Hipovolemia berat, syok • Kelainan neurologis
• Koagulopati atau mendapat • Kelainan psikis
terapi antikoagulan • Bedah lama
• Tekanan intrakranial meninggi • Penyakit jantung
• Fasilitas resusitasi minim • Hipovolemia ringan
• Kurang pengalaman atau tanpa • Nyeri punggung kronis
didampingi konsultan anti
anestesia

Kontra indikasi relatif :


Posisi
• Duduk (paling mudah)
• Lateral Decubitus (digunakan bila ada kontraindikasi pasien
tidak boleh duduk)
• Prone (tehnik hiperbarik untuk ekstremitas inferior atau rektal)
• Anestesi Spinal
Komplikasi tindakan : Komplikasi Pasca tindakan :
• Hipotensi berat • Nyeri tempat suntikan
• Bradikardi • Nyeri punggung
• Hipoventilasi • Nyeri kepala karena kebocoran
• Trauma pembuluh darah liquor
• Mual muntah • Retensio urine
• Gangguan pendengaran seperti • Meningitis
tinitus
• Blok spinal tinggi atau total

KOMPLIKASI
• Anestesi Epidural
• Anestesi epidural adalah blokade saraf dengan menempatkan
obat diruang epidural (peridural,ekstradural)
• Ruang ini diantara ligamentum flavum dan duramater
• Bagian atas berbatasan dengan foramen magnum didasar
tengkorak dan dibawah dengan selaput sakrokogsigeal
• Kedalaman ruang ini rata-rata 5mm dan dibagian posterior
kedalaman maksimal pada daerah lumbal
• Obat anestetik regional di ruang epidural bekerja langsung
pada akar saraf spinal yang terletak dibagian lateral
• Anestesi Epidural
Indikasi anestesi epidural • Blok tidak merata
1. Pembedahan dan penanggulangan • Depresi kardiovaskular (hipotensi)
nyeri pasca bedah • Hipoventilasi
2. Tatalaksana nyeri saat persalinan • Mual-muntah
3. Penurunan tekanan darah saat
pembedahan supaya tidak banyak
perdarahan
4. Tambahan pada anestesia umum
ringan karena penyakit tertentu
pasien.

Komplikasi anestesi epidural


• Anestesi Epidural
Keuntungan Kerugian
dibandingkan spinal dibandingkan spinal

• Bisa segmental
• Teknik lebih sulit
• Tidak terjadi
• Jumlah obat anastesi
headache post op
lebih besar
• Hipotensi lambat
• Reaksi sistemis
terjadi
PERBEDAAN SPINAL EPIDURAL

Lokasi Obat Sub arachnoid Ruang epidural


Onset Cepat (dalam 5 menit) 10-15 menit
Durasi 60-90 menit 180 menit
Volume Obat 4cc 15 atau 20cc
Teknik Lebih mudah Lebih sulit
Blok motoris Kuat Sedang
Efek hemodinamik Besar Kecil-sedang
(hipotensi)
• Anestesi Kaudal
• Anestesi kaudal sebenarnya sama dengan anestesi epidural karena
kanalis kaudalis kepanjangan dari ruang epidural
• Obat ditempatkan di ruang kaudal melalui hiatus sakralis.
• Indikasi anestesi ini pada daerah perineum & anorektal
Misalnya:
1. Hemorhoid
2. fistula perianal
• Anestesi Regional Intravena
• Anestesi regional intravena (Bier blok) dikerjakan untuk bedah
singkat sekitar 45 menit di daerah lengan dan tungkai
Dua golongan obat obatan Anastesi Regional

1 2

Senyawa Ester Senyawa Amide


• Cocain • Dibucain
• Procain • Lidocain
• Chloroprocain • Mepivacain
• Tetracain • Prilocain
• Bupivacain
• Etidocain
• Ropivacain
Perbedaan Ester dan Amide

Ester Amide
• Dapat bersifat • Di hidrolisis di
alergen karena hepar
struktur nya mirip • Hidrolisis lambat
PABA • Durasi lama
• Di hidrolisis di • Alergi <<
plasma • Lebih stabil dalam
• Hidrolisis cepat bentuk larutan
• Durasi singkat
TOKSISITAS OBAT ANESTESI REGIONAL
Gejala intoksikasi berupa :
Gejala sistemik
• Sistem Saraf Pusat : Eksitasi & Depresi
• Sistem kardiovaskuler : Hipertensi, Hipotensi, Syok sampai dengan cardiac
arrest
Gejala Lokal
• Kerusakan saraf
• Gangguan otot
Gejala lain-lain
• Alergi
• Methemoglobi
• nemia
• Adiksi
KOMPLIKASI OBAT ANESTESI REGIONAL

Komplikasi Lokal Komplikasi Sistemik


 Terjadi ditempat suntikan berupa  Umumnya berupa reaksi neurologis
edema, abses, nekrosis dan gangrene. dan kardiovaskuler.
 Komplikasi infeksi hampir selalu  Pengaruh pada korteks serebri dan
disebabkan kelainan tindakan asepsis pusat lebih tinggi : perangsangan
dan antisepsis. sedangkan pengaruh pada pons dan
 Iskemia jaringan dan nekrosis karena batang otak : depresi.
penambahan vasokonstriktor yang  Pengaruh kardiovaskuler : penurunan
disuntikkan pada daerah dengan tekanan darah dan depresi
arteri buntu. miokardium serta gangguan hantaran
listrik jantung.
Keuntungan dan Kerugian Anastesi Regional

Keuntungan Kerugian

• Jalan nafas tetap terjaga dan • Pasien takut/cemas


gangguan nafas berkurang • Tidak semua penderita mau
• Kejadian mual dan muntah dilakukan anestesi secara regional.
berkurang • Membutuhkan kerjasama pasien
• Sederhana, alat minimal, murah yang kooperatif.
• Relaksasi otot baik • Sulit diterapkan pada anak-anak
• Perawatan pasca bedah berkurang • Operasi belum selesai, obat habis
• Pengelolaan nyeri lebih maksimal • Perlu waktu lebih lama
tanpa obat tambahan • Tidak selalu 100% berhasil
• Tidak ada polusi kamar operasi oleh • tidak bisa untuk lokasi tertentu
gas anestesi.
THANK
YOU
^-^

Anda mungkin juga menyukai