Anda di halaman 1dari 21

Kelompok 6

Dwiputri A.P.Katim
Aloysius.M. Rorimpandey
Sisilia Rumsori
Asuhan Keperawatan Pada Aanak
Dengan SNA
 Definisi
 Nefrotik sindrom adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya injuri glomerular
yang terjadi pada anak dengan karakteristik; proteinuria, hipoproteinuria,
hypoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema (Suriadi dan Rita yuliani, 2006).
 Penyakit ini terjadi tiba-tiba, terutama pd anak-anak. Biasanya berupa oliguria dan urin
berwarna gelap, atau urin yg kental akibat proteinuria berat ( Mansjoer Arif, dkk.
1999).
 Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia
dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi dan penurunan
fungsi ginjal ( Ngastiyah, 1997).
Whaley and Wong (1998) membagi tipe-
tipe Sindrom Nefrotik :
1. Sindroma Nefrotik lesi minimal (MCNS : Minimal Change Nefrotik Sindroma) :
Merupakan kondisi yang tersering yang menyebabkan sindroma nefrotik pada anak usia
sekolah.
2. Sindroma Nefrotik Sekunder : Terjadi selama perjalanan penyakit vaskuler kolagen,
seperti lupus eritematosus sistemik dan purpura anafilaktoid, glomerulonefritis, infeksi
sistem endokarditis, bakterialis dan neoplasma limfoproliferatif.
3. Sindroma Nefirotik Kongenital : Faktor herediter sindroma nefrotik disebabkan oleh
gen resesif autosomal. Bayi yang terkena sindroma nefrotik, usia gestasinya pendek
dan gejala awalnya adalah edema dan proteinuria. Penyakit ini resisten terhadap
semua pengobatan dan kematian dapat terjadi pada tahun-tahun pertama kehidupan
bayi jika tidak dilakukan dialisis.
ETIOLOGI
 Menurut Arif Mansyoer (2007) penyebab dari sindroma nefrotik adalah :
glomerulonefritis kelainan minimal, glomerulonefritis membranoproliferatif,
glomerulonefritis
 pascastreptokok, glomerulonefritis primer, glomerulonefritis sekunder, infeksi,
keganasan,
 efek obat dan toksin.
Menurut Muttaqin tahun 2012, penyebab sindrom nefrotik dibagi menjadi 2;
 Primer, yaitu berkaitan dengan berbagai penyakit ginjal, seperti glomerulonefritis, dan
nefrotik sindrom perubahan minimal
 Sekunder, yaitu diakibatkan infeksi, penggunaan obat, dan penyakit sistemik lain,
seperti diabetes mellitus, sistema lupus eritomatosus, dan amyloidosis.
Tanda & Gejala

 Retensi Cairan
 Terdapat proteinuria
 BB meningkat
 Distensi abdomen
 Penurunan jumlah Urine
Anatomi & Fisiologi Ginjal
• Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang. Sebagai
bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah
dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Cabang dari kedokteran yang
mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut nefrologi (Astuti, 2013).
• Kedudukan ginjal di belakang dari kavum abdominalis di belakang peritoneum pada
kedua sisi vertebra lumbalis III melekat langsung pada dinding abdomen. Manusia
memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen. Ginjal ini
terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas
(superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal).
• Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk
hati.Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas.
Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal)
yang membantu meredam goncangan (Astuti, 2013).
Patofisiologi

 Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama adalah proteinuria
sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder. Kelainan ini disebabkan
oleh karena kenaikan permeabilitas dinding kapiler glomerulus yang sebabnya belum
diketahui yang terkait dengan hilangnya muatan negative gliko protein dalam dinding
kapiler. Pada sindrom nefrotik keluarnya protein terdiri atas campuran albumin dan
protein yang sebelumnya terjadi filtrasi protein didalam tubulus terlalu banyak akibat
dari kebocoran glomerolus dan akhirnya diekskresikan dalam urin. (Latas, 2002 : 383).
 . Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravascular berkurang,
sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hipovolemi. Menurunya aliran
darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin
angiotensin dan peningkatan sekresi antideuretik hormone (ADH) dan sekresi aldosteron
yang kemudian menjadi retensi natrium dan air. Dengan retensi natrium dan air, akan
menyebabkan edema (Wati, 2012).
Struktur Patofisiologi
 Terjadi peningkatan cholesterol dan Triglicerida serum akibat dari peningkatan
stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin atau penurunan
onkotik plasma. Adanya hiperlipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi
lipoprotein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein dan lemak
akan banyak dalam urin (lipiduria).
Komplikasi

a. Hipertensi akibat gangguan pada ginjal.


b. Malnutrisi akibat banyaknya protein di dalam darah yang terbuang bersama urine.
c. Peningkatan kadar kolestrol dalam darah.
d. Terbentuknya gumpalan darah akibat protein pengencer darah alami ikut terbuang
bersama urine.
e. Rentan terkena infeksi akibat antibodi di dalam darah ikut terbuang bersama urine.
f. Penyakit gagal ginjal akut atau gagal ginjal kronis akibat ginjal tidak dapat menyaring
darah dengan optimal
Manifestasi Klinis

 Adapun manifestasi klinis menurut Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 2 (2001), manifestasi
utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya lunak dan cekung bila ditekan
(pitting), dan umumnya ditemukan di sekitar mata (periorbital), pada area ekstremitas
(sekrum, tumit, dan tangan), dan pada abdomen (asites). Gejala lain seperti malese,
sakit kepala, iritabilitas dan keletihan umumnya terjadi, kenikan BB.
Pemeriksaan Penunjang

 Urinalisis
 Volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguri ) yang terjadi dalam 24-48 jam
setelah ginjal rusak, warna kotor, sedimen kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb,
Monoglobin, Porfirin. Berat jenis kurang dari 1,020 menunjukkan penyakit ginjal.
Protein urin meningkat (nilai normal negatif). Urinalisis adalah tes awal diagnosis
sindrom nefrotik. Proteinuria berkisar 3+ atau 4+ pada pembacaan dipstik, atau melalui
tes semikuantitatif dengan asam sulfosalisilat, 3+ menandakan kandungan protein urin
sebesar 300 mg/dL atau lebih, yang artinya 3g/dL atau lebih yang masuk dalam
nephrotic range.
 Pemeriksaan sedimen urin
 Pemeriksaan sedimen akan memberikan gambaran oval fat bodies: epitel sel yang
mengandung butir-butir lemak, kadang-kadang dijumpai eritrosit, leukosit, torak hialin
dan torak eritrosit.
 Pengukuran protein urin
 Pengukuran protein urin dilakukan melalui timed collection atau single spot collection.
Timed collection dilakukan melalui pengumpulan urin 24 jam, mulai dari jam 7 pagi
hingga waktu yang sama keesokan harinya. Pada individu sehat, total protein urin ≤ 150
mg. Adanya proteinuria masif merupakan kriteria diagnosis.
 Albumin serum
 kualitatif : ++ sampai ++++
 kuantitatif :> 50 mg/kgBB/hari (diperiksa dengan memakai reagen ESBACH)
 Pemeriksaan serologis untuk infeksi dan kelainan imunologis
 USG renal: Terdapat tanda-tanda glomerulonefritis kronik.
 Biopsi ginjal
 Biopsi ginjal diindikasikan pada anak dengan SN kongenital, onset usia > 8 tahun,
resisten steroid, dependen steroid atau frequent relaps, serta terdapat manifestasi
nefritik signifikan. Pada SN dewasa yang tidak diketahui asalnya, biopsy mungkin
diperlukan untuk diagnosis
Penatalaksanaan

 Diit tinggi protein, diit rendah natrium jika edema berat


 Pembatasan sodium jika anak hipertensi
 Antibiotik untuk mencegah infeksi
 Terapi diuretik sesuai program
 Terapi albumin jika intake anak dan output urin kurang
 Terapi prednison dgn dosis 2 mg/kg/hari sesuai program
 Kertikosteroid
 Internasional cooperative study of Kidney disease in Children (ISKDC) mengajukan cara pengobatan
sbb:
 a. Selama 28 hari prednison diberikan per oral dengan dosis 60 mg/hr luas permukaan badan (Lpb)
dengan maksimum 80 mg/hr.
 b. Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral selama 28 hari dnegan dosis 40mg/hr/Lpb,
setiap 3 hari dalam 1 minggu dengan dosis maximum 60 mg/hr. Bila terdapat respons, maka
pengobatan ini dilanjutkan secara inermitan selama 4 minggu.
Konsep Asuhan Keperawatan pada Anak dengan SNA

I. Pengkajian
 Menurut Wong (2008), Pengkajian Sindrome Nefrotik sebagai berikut
 Lakukan pengkajian fisik, termasuk pengkajian luasnya edema.
 Kaji riwayat kesehatan, khususnya yang berhubungan dengan adanya peningkatan berat
badan dan kegagalan fungsi ginjal.
 Observasi adanya manifestasi dari Sindrom nefrotik
 Pengkajian diagnostik meliputi meliputi analisa urin untuk protein, dan sel darah
merah, analisa darah untuk serum protein ( total albumin/globulin ratio, kolesterol )
jumlah darah, serum sodium
I. Diagnosa Keperawatan
 Kelebihan volume cairan berhubungan dengan akumulasi cairan dalam jaringan dan
ruang ke tiga (Kathleen, 2008)
 Resti kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema (Kathleen,2008)
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan (Nanda, 2007)
 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh yang menurun, kelebihan
beban cairan, kelebihan cairan.(Wong,2004)
I. Intervensi Keperawatan
a) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan akumulasi cairan dalam jaringan dan
ruang ke tiga
b) Batasan karakteristik mayor : Edema, (perifer,sakral), kulit menegang, mengkilap.
Sedangkan batasan karakteristik minor : asupan lebih banyak daripada keluaran, sesak
nafas, peningkatan berat badan (Carpenito, 2007)
c) Tujuan : Pasien tidak menunjukan bukti-bukti akumulasi cairan (pasien mendapatkan
cairan yang tepat)
d) Kriteria hasil: BB stabil, tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada edema
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai