Anda di halaman 1dari 28

KANKER PAYUDARA DAN ASUHAN

KEPERAWATAN
KELOMPOK 5
KELOMPOK 5
Caryuni (2019720172)
iis khairunnisa (2019720008)
nadilah rida munada (2019720138)
shasya tiara pradita (2019720156)
syafa anissa lesmana (2019720157)
LANDASAN TEORI

 Definisi

Kanker merupakan suatu golongan penyakit yang ditimbulkan oleh sel tunggal yang
tumbuh abnormal dan tidak terkendali, sehingga dapat menjadi tumor ganas yang dapat
menghancurkan dan merusak sel atau jaringan sehat. Seiring dengan pertumbuhan
perkembangbiakannya, sel-sel kanker membentuk suatu massa dari jaringan ganas yang
menyusup ke jaringan di dekatnya (invasif) dan bisa menyebar (metastasis) ke seluruh
tubuh seperti halnya payudara. Kanker yang paling banyak terjadi pada wanita
merupakan kanker payudara (Mulyani dan Nuryani, 2013).
2. Faktor resiko

Faktor resiko karsinoma mamae menurut Pudiastuti (2011) adalah sebagai berikut :
a. pernah menderita kanker payudara/non kanker payudara
b. usia diatas 60 tahun
c. riwayat keluarga yang menderita kanker
d. faktor genetik dan hormonal
e. menarche pertama sebelum usia 12 tahun , menopouse setelah usia 55 tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun .
f. pemakaian pil kb atau terapi sulih estrogen. (Pudiastuti,2011).
• Gambaran Klinis

Gejala dan pertumbuhan kanker payudara tidak mudah dideteksi karena


awal pertumbuhan sel kanker payudara tidak dapat diketahui dengan gejala
umumnya baru diketahui setelah stadium kanker berkembang agak lanjut, karena
pada tahap dini biasanya tidak menimbukan keluhan. Penderita merasa sehat,
tidak merasa nyeri, dan tidak mengganggu aktivitas. Gejala-gejala kanker
payudara yang tidak disadari dan tidak dirasakan pada stadium dini
menyebabkan banyak penderita yang berobat dalam kondisi kanker stadium
lanjut. Hal tersebut akan mempersulit penyembuhan dan semakin kecil peluang
untuk disembuhkan. Bila kanker payudara dapat diketahui secara dini maka akan
lebih mudah dilakukan pengobatan. Tanda yang mungkin muncul pada stadium
dini adalah teraba benjolan kecil di payudara yang tidak terasa nyeri
(Wiknjosastro, Abdul, dan Trijatmo, 2009).

.
Gejala yang dapat diamati atau dirasakan oleh orang yang terkena penyakit kanker payudara ini antara lain adanya semacam benjolan
yang tumbuh pada payudara, yang lama kelamaan bisa menimbulkan rasa nyeri dan mendenyutdenyut (Savitri, Astrid, dkk, 2015).
Gejala penyakit ini sering tidak diperhatikan:

 a. Munculnya benjolan tidak normal

 b. Pembengkakan

 c. Rasa nyeri di bagian puting

 d. Pembengkakan kelenjar getah bening

 e. Keluar cairan aneh di puting

 f. Putih tenggelam (nipple retraction)


• Etiologi

Etiologi kanker payudara tidak diketahui secara pasti. Yang diketahui hanyalah faktor risiko yang
berhubungan dengan kanker payudara, baik faktor risiko internal, maupun eksternal (lingkungan).
 
1. Faktor Risiko Internal
Faktor risiko internal yang berhubungan dengan kanker payudara adalah sebagai berikut:
(I.B.C, 2009).

2. Faktor Resiko Eksternal


Faktor risiko eksternal yang berhubungan dengan kanker payudara adalah paparan asap rokok,
pestisida, dan radiasi, khususnya pada area dada saat pubertas.
• Patofisiologi
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama adalah mulai dari
masa hidup anak melalui pubertas, masa fertilitas, dsampai klimakterium dan menopouse. Sejak pubertas
pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan hipofisis, telah menyebabkan duktus
berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke 8 haid ,payudara jadi lebih besar
dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi perbesaran maksimal. Selama beberapa hari menjelang
haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik terutama palpasi tidak mungkin dilakukan.
Perubahan ketiga terjadi masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara Menjadi besar karena
epitel duktus lobus dan duktus alveolus berproliferasi dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dan
hipofise anterior memicu. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus kemudian dikeluarkan
melalui duktus ke puting susu.

Kanker payudara berasal dari jaringan epitelia dan paling sering terjadi hiperflasia sel-sel dengan
perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini berlanjut menjadi karsinoma insitu dan menginvasi stroma. Kanker
membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar
untuk dapat teraba ( diameter 1 cm). Pada ukuran tersebut ,kira kira seperempat dari kanker payudara telah
bermetastasis.
 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medis tergantung dari stadium kanker didiagnosis yaitu dapat berupa operasi/pembedahan,
radioterapi, kemoterapi, dan terapi hormonal (Suyatno., Emir T., 2010).

a. Operasi (Pembedahan)

 Operasi adaah terapi untuk membuang tumor, memperbaiki komplikasi, dan merekonstruksi efek yang ada. Semakin
dini kanker payudara ditemukan kemungkinan sembuh dengan operasi semakin besar. Jenis-jenis operasi yang
dilakukan untuk mengobati kanker payudara, antara lain : mastektomi (mengangkat seluruh payudara beserta
kankernya), lumpektomi (mengangkat sebagian payudara pada jaringan yang mengandung kanker), dan pengangkatan
kelenjar getah bening (KGB) ketiak.
Contoh gambar pembedahan lumpektomi
b. Radioterapi

 Radioterapi merupakan pengobatan dengan melakukan penyinaran ke daerah yang terserang kanker, dengan tujuan untuk merusak
sel-sel kanker. Radioterapi untuk kanker payudara biasanya digunakan sebagai terapi kuratif dengan mempertahankan mamma dan
sebagai terapi paliatif (tambahan).

c. Kemoterapi

 Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair, kapsul atau infus yang bertujuan untuk
membunuh sel kanker tidak hanya pada payudara tetapi juga seluruh tubuh. Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual
dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan saat kemoterapi. Kemoterapi biasanya diberikan 1-2
minggu sesudah operasi. Kemoterapi merupakan pendekatan sistematis untuk membunuh sel-sel kanker yang bertambah banyak
(Tagliaferri, M., dkk. 2002)
d. Terapi Hormon

Pemberian hormon dilakukan apabila penyakit telah sistemik berupa metastasis jauh. Terapi
hormonal biasanya diberikan secara paliatif sebelum kemoterapi. Dimana, masing-masing sel
mempunyai 2 jenis reseptor, yaitu (Dewa, I., Gede.2000):

 a. Reseptor Hormon Positif Reseptor hormon positif yaitu sel kanker yang mempunyai
cukup banyak reseptor hormon.
 b. Reseptor Hormon Negatif Reseptor hormon negatif yaitu sel kanker yang mempuyai sedikit atau
tidak ada reseptor hormon
ASKEP IBU DENGAN CA PAYUDARA
 Pengkajian
1. Identitas klien
 Termasuk data etnis,budaya dan agama

 2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
 • Adanya riwayat karsinoma mammae sebelumnya atau ada kelainan pada mammae,
 • kebiasaan makan tinggi lemak,
 • pernah mengalami sakit pada bagian dada sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian dada,
 • ataupun mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.
 • Pemakaian obat-obatan, hormon, termasuk pil kb jangka waktu yang lama.
 • Riwayat menarche,
 • jumlah kehamilan,abortus,
 • riwayat menyusui.
b. Riwayat kesehatan sekarang
 merasakan adanya benjolan yang menekan payudara,
 adanya ulkus,
 kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak dan nyeri.

3. Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi,
 palpasi
 - .Kepala : normal, mesochephal , tulang kepala umumnya bulat dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan
oksipital dibagian posterior.
 - Rambut : tersebar merata, warna, kelembaban
 - Mata : tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Konjungtiva agak anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri
tekan.
 - Telinga : bentuk normal , posisi imetris , tidak ada sekret tidak ada tanda-tanda infeksi dan tidak
ada gangguan fungsi pendengaran.
 - .Hidung : bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan. - Mulut : mukosa bibir
kering, tidak ada gangguan perasa.
 - Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada kelainan
 - Dada : adanya kelainan kulit berupa peau d’orange,ulserasi atau tanda-tanda radang.
 - Hepar : tidak ada pembesaran hepar.
 - Ekstremitas : tidak ada gangguan pada ektremitas.
4. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon

 1. Persepsi dan Manajemen Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa pada payudaranya ke
rumah sakit karena menganggap itu hanya benjolan biasa.

 2. Nutrisi – Metabolik Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia, muntah dan terjadi penurunan
berat badan, klien juga ada riwayat mengkonsumsi makanan mengandung MSG.

 3. Eliminasi Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami melena, nyeri saat defekasi, distensi
abdomen dan konstipasi.

 4. Aktivitas dan Latihan Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan latihan klien terganggu karena terjadi
kelemahan dan nyeri.

 5. Kognitif dan Persepsi Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga kemungkinan ada komplikasi
pada kognitif, sensorik maupun motorik
 6. Istirahat dan Tidur Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.
 7. Persepsi dan Konsep Diri Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau kehilangan akibat
operasi akan membuat klien tidak percaya diri, malu, dan kehilangan haknya sebagai wanita normal.
 8. Peran dan Hubungan Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan dalam melakukan
perannya dalam berinteraksi social.
 9. Reproduksi dan Seksual Biasanya akan ada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada tingkat
kepuasan.
 10. Koping dan Toleransi Stress Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan keputus
asaan.
 11. Nilai dan Keyakinan Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya dengan lapang dada
5. Pemeriksaan Diagnostik
 1. Scan (mis, MRI, CT, gallium) dan ultrasound. Dilakukan untuk diagnostik, identifikasi metastatik dan evaluasi. USG payudara digunakan
untuk mengevaluasi abnormalitas yang ditemukan pada pemeriksaan skrining atau diagnostik mamografi. Tanda tumor ganas secara USG :
 - lesi dengan batas tidak tegas dan tidak teratur
 - Struktur echo internal lemah dan heterogen
 - Batasecho anterior lesi kuat , posterior lesi lemah sampai tidak ada
 - Adanya perbedaan besar tumor secara klinis dan USG
 2. biopsi : untuk mendiagnosis adanya BRCA1 dan BRCA2
 Dengan melakukan aspirasi jarum halus sifat massa dapat dibedakan antara kistik atau padat . biopsi untuk pemeriksaan histopatologi dapat
berupa eksisional ( seluruh masa di angkat ) atau insisional ( sebagian dari masa dibuang).Analisis makroskopis dari spesimen menyatakan ada
tidaknya keganasan.
 3. Mammografi,
 4. sinar X dada (radiologi
 KEMUNGKINAN DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis ( penekanan masa tumor )

b. Gangguan body image (citra tubuh )

c. Kurang pengetahuan tentang kodisi, prognosis dan pengobatan penyakitnya

d. Cemas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh , krisis situasional

e. Resiko Infeksi berhubungan dengan luka operasi

f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

 PERENCANAAN KEPERAWATAN

 a. Diagnosa Keperawatan : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Intervensi : Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.

 Rasional : agar pasien mendapatkan gizi yang tepat


 • Intervensi : Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake
Rasional : agar gizi terpenuhi
 • Intervensi : Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Rasional : agar pasien tau pentingnya memenuhi kebutuhan nutrisi
 • Intervensi : Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
Rasional : agar perawat tau seberapa mampu pasien memenuhi kebutuhan nutrisinya
b. Diagnosa Keperawatan : nyeri akut
 • Intervensi : Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Rasional : agar perawat tau tingkat nyerinya
 • Intervensi : Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien
Rasional : agar tau yang dirasakan oleh pasien
 • Intervensi : Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
 • Intervensi : Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
Rasional : agar mengurangi rasa nyeri
c. Diagnosa Keperawatan : Kurang pengetahuan
 • Intervensi : Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang proses penyakit
Rasional : untuk mengetahui seberapa jauh pasien dan keluarga tahu tentang peroses penyakit

 Intervensi : Jelaskan tentang patofisiologi penyakit, tanda dan gejala serta penyebabnya
Rasional : agar pasien dan keluagra pahan tenang penyakit tersebut
 • Intervensi : Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang dan atau kontrol proses penyakit
Rasional : agar pasein dapat mengubah pola hidupnya untuk mencegah komplikasi penyakit
 • Intervensi : Jelaskan alasan dilaksanakannya tindakan atau terapi
Rasional : agar pasien paham manfaat terapi yang diberikan
 • Intervensi : Anjurkan klien untuk melaporkan tanda dan gejala yang muncul pada petugas
kesehatan
• Rasional : untuk dilakukannya pemeriksaan
d. Diagnosa Keperawatan : Gangguan body image
 • Intervensi : Diskusikan dengan klien atau orang terdekat respon klien terhadap penyakitnya.
 Rasional : membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah
 • Intervensi : Tinjau ulang efek pembedahan
 Rasional : bimbingan antisipasi dapat membantu pasien memulai proses adaptasi.
 • Intervensi : Berikan dukungan emosi klien.
 Rasional : klien bisa menerima keadaan dirinya.
 • Intervensi : Anjurkan keluarga klien untuk selalu mendampingi klien.
 Rasional : klien dapat merasa masih ada orang yang memperhatikannya.
e. Diagnosa keperawatan : cemas

 • Intervensi : Dorong keluarga untuk menemani pasien untuk memberikan rasa aman
 Rasional : agar pasien merasa tidak sendiri
 • Intervensi : Dengarkan keluhan dengan penuh perhatian
 Rasional : agar pasien merasa lebih nyaman
 • Intervensi : Identifikasi tingkat kecemasan
 Rasional : agar perawat tau seberapa tinggi tingkat kecemasan pasien
 • Intervensi : Ajarkan untuk menggunakan teknik relaksasi
 Rasional : agar pasien merasa lebih tenang
f. Diagnosa : Resiko infeksi
 • Intervensi : Monitor tanda dan gejala infeksi
 Rasional : untuk mengetahuin terjadi infeksi atau tidak
 • Intervensi : Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi
 Rasional : agar pasien dan keluarga mengerti tentang gejala infeksi
 • Intervensi : Ajarkan cara mencegah infeksi
 Rasional : untuk mencegah terjadinya infeksi
THANKS YOUR ATTANTION !!! 

Anda mungkin juga menyukai