Anda di halaman 1dari 14

ANEMIA

Kelompok 5
Diana Lestari
Ema Marlia Putri
Andi Rini Masnaimang
Definisi Anemia
 Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, eleman tidak adekuat atau kurang nutrisi yang
dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan
kapasitas pengangkut oAnemia adalah keadaan saat jumlah sel darah
merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel
darah merah berada di bawah normal.
 ksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya.
(Marilyn E, Doenges, Jakarta, 1999).
 Anemia definisi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya
mineral FE sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit
(Arif Mansjoer, Kapita Selekta, Jilid 2 edisi 3, Jakarta 1999).
Klasifikasi Anemia

 1. Anemia defisiensi besi (62,3%)


Anemia jenis ini berbentuk normositik dan hipokromik di sebabkan
oleh kurang gizi (malnutrisi), kurang zat besi dalam diet, malabsorpsi,
kehilangan darah yang banyak (persalinan yang lalu, haid, dll)
 2. Anemia megaloblastik (29,0%)
Anemia ini berbentuk makrositik, penyebabnya adalah kekurangan
asam folik dan kekurangan vitamin B12 tetapi jarang terjadi.
 3. Anemia anemia hipoblastik (8,0%)
Anemia jenis ini di sebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang,
membentuk sel-sel darah merah baru
Macam-macam Anemia

1. Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat


sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut:
a) Tidak anemia dengan Hb lebih dari 11gr%
b) Anemia ringan dengan Hb 9-10gr%
c) Anemia sedang dengan Hb 7-8gr%
d) Anemia berat dengan Hb kurang dari 7gr%
2.Berdasarkan klasifikasi WHO kadar hemoglobin pada wanita hamil dapat dibagi
3 kategori yaitu (Manuaba, 2002):
a. Anemia Ringan : Kadar Hb 9 – 11 gr%
b. Anemia Sedang : Kadar Hb 7 – 8 gr%
c. Anemia Berat : Kadar Hb < 7 gr%
Etiologi Anemi
1. Berdasarkan Ukuran sel darah merah
a. Anemia mikrositik (penurunan ukuran sel darah merah)
b. Anemia normositik (ukuran sel darah merah normal)
c. Anemia makrositik (peningkatan ukuran sel darah merah)
2. Penyebab Anemia pada kehamilan
a) Anemia defisiensi besi
b) Anemia akibat kehilangan darah akut
c) Anemia pada peradangan atau keganasan
d) Anemia megaloblastik
e) Anemia hemolitik
f) Anemia aplastik
g) Anemia Hipoplastik
Fisiologi/PatoLogi
Selama kehamilan terjadi peningkatan volume darah (hypervolemia) merupakan hasil dari
peningkatan volume plasma dan eritrosit (sel darah merah) yang beredar dalam tubuh. Tetapi
peningkatan ini tidak seimbang yaitu volume plasma peningkatannya jauh lebih besar sehingga
menberikan efek yaitu konsentrasi HB berkurang dari 12 mg/10 ml.
Pengenceran darah (Hemodilusi) pada ibu hamil sering terjadi dengan peningkatan volume
plasma 30%-40% peningkatan sel darah merah 18-30 % dan hemoglobin 19 % secara fisiologi
hemodilusi untuk mengurangi beban kerja jantung. Hemodilusi terjadi sejak kehamilan 10
minggu dan mencapai puncaknya pada kehamilan 32-36 minggu. bila hemoglobin itu sebelum
sekitar 11 gr% maka terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia fisiologi dan Hb akan
menjadi 9,5 sampai 10 gr%
Tanda dan Gejala
a. Adapun Penyebab umum dari anemia, seperti:
1. Pendarahan hebat (akut maupun kronik)
2. Berkurangnya pembentukan sel darah merah
3. Meningkatnya penghancuran sel darah merah
b. gejala anemia ( kurang darah )yang paling sering di tunjukkan antara lain sebagai berikut :
4. Kulit wajah terlihat pucat
5. Kelopak mata pucat
6. Ujung jari pucat
7. Terlalu sering dan mudah lelah
8. Denyut jantung menjadi tidak teratur
9. Sering merasa mual
10.Kekebalan tubuh menurun
11.Sesak nafas
. Penatalaksanaan

 a) Mengatasi penyebab perdarahan kronik, misalnya pada ankilostomiasis diberikan


antelmintik yang sesuai.
 b) Pemberian preparat Fe: fero sulfat 3 x 325 mg secara oral dalam keadaan perut
kosong, dapat dimulai dengan dosis yang rendah dan dinaikkan bertahap. Pada pasien
yang tidak kuat, dapat diberikan bersama makanan.Fero glukonat 3 x 200 mg secsra oral
sehabis makan. Bila terdapat intoleransi terhadap pemberian preparat Fe oral atau
gangguan pencernaan sehingga tidak dapat diberikan oral, dapat diberikan secara
perenteral dengan dosis 250 mg Fe (3 mg/kg BB) untuk tiap g% penurunan kadar Hb
dibawah normal.
 Iron dekstran mengandung Fe 50 mg/ml, diberikan secara intramuskuler mula-mula 50
mg, kemudian 100-250 mg tiap 1-2 hari sampai dosis total sesuai perhitungan. Dapat pula
diberikan intravena, mula-mula 0,5 ml sebagai dosis percobaan. Bila dalam 3-5 menit
tidak menimbulkan reaksi, boleh diberikan 250-500 mg.
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN MASALAH
KOLABORASI YANG MUNGKIN MUNCUL

 1 Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.


 2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake
makanan.
 3 Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan
konsentrasi Hb dalam darah.
 4 Kurang pengatahuan tntang penyakit dan perawatannya b/d kurang informasi.
INTERVENSI
1) Terapi aktivitas
Kaji kemampuan pasien melakukan aktivitas
 Jelaskan pada ps manfaat aktivitas bertahap
 Evaluasi dan motivasi keinginan ps u/ meningktkan aktivitas
 Tetap sertakan oksigen saat aktivitas.
 Monitoring V/S
 Pantau V/S ps sebelum, selama, dan setelah aktivitas selama 3-5 menit.
 Energi manajemen
 Rencanakan aktivitas saat ps mempunyai energi cukup u/ melakukannya.
 Bantu klien untuk istirahat setelah aktivitas.
 Manajemen nutrisi
 Monitor intake nutrisi untuk memastikan kecukupan sumber-sumber energi
 Emosional support
 Berikan reinfortcemen positip bila ps mengalami kemajuan
 2). Manajemen nutrisi
Kaji adanya alergi makanan.
• Kaji makanan yang disukai oleh klien.
• Kolaborasi team gizi untuk penyediaan nutrisi TKTP
• Anjurkan klien untuk meningkatkan asupan nutrisi TKTP dan banyak mengandung vitamin C
• Yakinkan diet yang dikonsumsi mengandung cukup serat untuk mencegah konstipasi.
• Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
• Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.

Monitor Nutrisi
• Monitor BB jika memungkinkan
• Monitor respon klien terhadap situasi yang mengharuskan klien makan.
• Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak bersamaan dengan waktu klien makan.
• Monitor adanya mual muntah.
• Kolaborasi untuk pemberian terapi sesuai order
• Monitor adanya gangguan dalam input makanan misalnya perdarahan, bengkak
 3). Perawatan sirkulasi
 Lakukan penilaian secara komprehensif fungsi sirkulasi periper. (cek nadi priper,oedema, kapiler
refil, temperatur ekstremitas).
 Evaluasi nadi, oedema
 Inspeksi kulit dan Palpasi anggota badan
 Kaji nyeri
 Atur posisi pasien, ekstremitas bawah lebih rendah untuk memperbaiki sirkulasi.
 Berikan therapi antikoagulan.
 Rubah posisi pasien jika memungkinkan
 Monitor status cairan intake dan output
 Berikan makanan yang adekuat untuk menjaga viskositas darah
 4) Deficite Knolage tentang penyakit dan perawatannya b.d Kurang paparan thdp sumber informasi,
terbatasnya kognitif.
 Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang proses penyakit
 • Jelaskan tentang patofisiologi penyakit, tanda dan gejala serta penyebabnya
 • Sediakan informasi tentang kondisi klien
 • Berikan informasi tentang perkembangan klien
 • Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di
masa yang akan datang dan atau kontrol proses penyakit
 • Diskusikan tentang pilihan tentang terapi atau pengobatan
 • Jelaskan alasan dilaksanakannya tindakan atau terapi
 • Gambarkan komplikasi yang mungkin terjadi
 • Anjurkan klien untuk mencegah efek samping dari penyakit
 • Gali sumber-sumber atau dukungan yang ada
 • Anjurkan klien untuk melaporkan tanda dan gejala yang muncul pad
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai