405150144
LO1
MM MACAM INFEKSI
SALURAN PERNAPASAN
BAWAH
Pneumonia
Definisi
Gejala tambahan :
Sakit kepala
Berkeringat banyak & kulit yang lembab
Tidak nafsu makan
Kelelahan
Confusion, khusunya pada orang lanjut usia
Perbedaan Manifestasi Klinis Pneumonia
Bakterial dan Non-Bakterial
gejala bakterial/tipikal Non –bakterial campuran
/atipikal
Sumber: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB, ed. Buku ajar respirologi anak. Edisi pertama. Jakarta: IDAI,
2008. 17
Bronkitis
Etiologi:
› Virus
Rhinovirus, RSV, virus Influenza, virus Parainfluenza, Adenovirus, virus
Rubeola, Paramyxovirus.
› Bakteri (infeksi sekunder)
Pseudomonas aeroginosa, Staphylococcus aureus, Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae, Corynebacterium diphteriae,
Bordetella pertussis.
› Zat iritan:
Asam lambung, polusi lingkungan
Prognosis
› Bergantung pada tatalaksana yang tepat atau mengatasi
penyakit yang mendasari.
Sumber: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB, ed. Buku ajar respirologi anak. Edisi pertama. Jakarta: IDAI, 2008. 19
Bronkiektasis
Definisi:
› Penyakit kronis progresif yang ditandai dengan dilatasi bronkus dan
bronkiolus yang bersifat menetap serta penebalan dinding bronkus.
Etiologi:
› Infeksi campak
› Aspirasi benda asing
› Kelainan kongenital
› Defisiensi imun
› Kelainan jaringan ikat
› Infeksi HIV
› Komplikasi allergic bronchopulmonary fungal disease
› Defisiensi alpha l-antitrypsin inhibitor.
Sumber: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB, ed. Buku ajar respirologi anak. Edisi pertama. Jakarta: IDAI, 2008. 20
Bronkiektasis
Tanda dan gejala:
› Batuk produktif, > 6 minggu.
› Batuk pada pagi hari dan memberat pada siang hari..
› Sputum: mukoid, mukopurulen, kental atau blood-streak
sputum.
› Demam (tidak selalu ditemukan)
› Sesak napas, mengi
› Ditemukan crackles atau ronkhi kasar
› Clubbing finger
Sumber: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB, ed. Buku ajar respirologi anak. Edisi pertama.
21
Jakarta: IDAI, 2008.
Patogenesis
Kongenital patogenesis nya tidak diketahui,
diduga erat berhubungan dengan faktor genetik,
faktor pertumbuhan & perkembangan fetus dalam
kandungan
Didapat Ada beberapa faktor yang diduga ikut
berperan :
› Faktor obstruksi bronkus
› Faktor infeksi pada bronkus atau paru
› Faktor adanya beberapa penyakit tertentu (fibrosis
paru, asthmatic pulmonary eosinophilia)
› Faktor intrinsik dalam bronkus atau paru
2 mekanisme dasar patogenesis bronkiektasis :
Faktor infeksi bakterial
› Infeksi pada bronkus atau paru destruksi dinding
bronkus daerah infeksi bronkiektasi
Obstruksi bronkus
› Misalnya tuberkulosis kelenjar limfe pada
anak,karsinoma bronkus,korpus alienum dalam
bronkusbronkiektasi.
Pada bronkiektasi mungkin terjadi infeksi sekunder
(sputum berubah dari mukoid dan putih jernih
menjadi kuning/ kehijauan/berbau busuk. Sputum
berbau busuk infeksi sekunder kuman anaerob
(fusifornis fusiformis, treponema vincenti, anaerobik
streptococci, dsb), kuman aerob yang sering
(streptokukus pneumonia, H.influenza, klebsiella
ozaena,dsb).
Perubahan Morfologis Bronkus
Dinding bronkus inflamasi bersifat destruktif dan
reversibel, ditemukan proses fibrosis,juga terjadi kerusakan
pada otot polos, pembuluh darah, dan tulang rawan bronkus.
Mukosa bronkus permukaannya abnormal silia pada sel
epitel menghilang, metaplasia squamosa, sebukan hebat sel
inflamasi.
Jaringan paru peribronkial pada parenkim paru peribronkial
ditemukan pneumonia, fibrosis paru/pleuritis apabila
prosesnya dekat pleura.
Pada keadaan berat jaringan paru distal bronkiektasis akan
diganti oleh jaringan fibrotik dengan kista berisi nanah. Arteri
bronkialis di sekitarnya mengalami pelebaran (aneurysma
rasmussen)/membentuk anyaman/anastomosis dengan
pembuluh sirkulasi pulmonal.
Bronkiektasis
Pemeriksaan penunjang
› Pemeriksaan lab
› Pemeriksaan bronkografi
› Pemeriksaan radiologis
Hilangnya bronchovascular markings
Rongga kistik dengan air-fluid levels
Bayanga opak yang menyebar
Atelektasis linear
Saluran respiratorik yang tampak melebar dan menebal
› High Resolution CT
Tramlines, signet ring appearance
Varikosa
Kistik
Bentuk campuran
25
Sumber: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB, ed. Buku ajar respirologi anak. Edisi pertama. Jakarta: IDAI, 2008.
Bronkiektasis
Prognosis:
› Jika penyebab kerusakannya diketahui dini, prognosis
cukup baik.
Diagnosis banding:
› Hemosiderosis
› Hipersensitivitas pneumonitis
› Obstructive sleep apnea syndrome (OSAS)
› Right middle-lobe syndrome
› Sarkoidosis
› Trakeomalasia 26
Sumber: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB, ed. Buku ajar respirologi anak. Edisi pertama. Jakarta: IDAI, 2008.
Pengobatan
Tujuan : mengendalikan infeksi dan pembentukan
dahak,membebaskan penyumbatan saluran
pernafasan serta mencegah komplikasi.
Drainase postural yang dilakukan secara teratur
setiap hari, merupakan bagian dari pengobatan untuk
membuang dahak.
Untuk mengatasi infeksi seringkali diberikan
antibiotik, bronkodilator, ekspektoran.
Pengangkatan paru melalui pembedahan tidak
memberikan respon terhadap pemberian obat atau
pada penderita yang mengalami perdarahan hebat.
Pencegahan
Imunisasi campak dan pertusis pada masa kanak-kanak,
menurunkan angka kejadian bronkiektasis
Vaksin influenza berkala membantu mencegah kerusakan bronkus
oleh virus flu.
Vaksin pneumokok membantu mencegah komplikasi berat dari
pneumonnia pneumokok.
Minum antibiotik dini saat infeksi juga mencegah bronkiektasis
atau memburuknya penyakit.
Pengobatan dengan imunoglobulin pada sindroma kekurangan
imunoglobulin mencegah infeksi berulang yang telah mengalami
komplikasi.
Penggunaan anti peradangan yang tepat
Menghindari udara beracun, asap dan serbuk yang berbahaya
Masuknya benda asing ke saluran pernafasan
Bronkiolitis
Definisi:
› Penyakit IRA-bawah yang ditandai dengan adanya inflamasi
pada bronkiolus.
Etiologi:
› 95% kasus Respiratory Syncytial Virus
› Adenovirus, virus Influenza, virus Parainfluenza, Rhinovirus dan
mikoplasma
Sumber: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB, ed. Buku ajar respirologi anak. Edisi pertama. Jakarta: IDAI, 2008. 29
Bronkiolitis
Tanda dan gejala:
› Pilek ringan
› Batuk
› Demam (>38,5 oC)
› Penurunan nafsu makan
› Muntah serta batuk
› Napas berbunyi
Sumber: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB, ed. Buku ajar respirologi anak. Edisi pertama. Jakarta: IDAI, 2008. 30
Bronkiolitis
Pemeriksaan fisik:
› Ekspirasi memanjang hingga wheezing
› Sianosis
› Takipnea
› Takikardia
› Konjungtivitis ringan
› Napas cuping hidung
› Retraksi interkostal
31
Sumber: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB, ed. Buku ajar respirologi anak. Edisi pertama. Jakarta: IDAI, 2008.
Bronkiolitis
Pemeriksaan penunjang:
› Analisis gas darah
› Foto rontgen toraks
hiperinflasi dan infiltrat (tidak spesifik)
Atelektasis
Air trapping
Diafragma datar
Peningkatan diameter antero-posterior
› Kultur virus, rapid antigent detection test, polymerase
chain reaction, pengukuran titer antibodi.
32
Sumber: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB, ed. Buku ajar respirologi anak. Edisi pertama. Jakarta: IDAI, 2008.
Bronkiolitis
Diagnosis banding:
› Asma
› Bronkitis
› Gagal jantung kongestif
› Edema paru
› Pneumonia
Prognosis:
› Infeksi bronkiolitis akut berat pada bayi memiliki keenderungan
akan berkembang menjadi asma.
Sumber: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB, ed. Buku ajar respirologi anak. Edisi pertama.
Jakarta: IDAI, 2008. 33
Infeksi saluran napas bawah krn
virus (flu babi, burung, sars)
Avian flu / Influenza burung
Merupakan penyakit infeksi akibat virus influenza
tipe A yang bisa mengenai unggas.
Termasuk dalam famili orthomyxoviruses yang
terdiri dari 3 tipe yaitu A,B, dan C.
Virus tipe B dan C dapat menyebabkan penyakit
pada manusia dengan gejala yang ringan dan tidak
fatal sehingga tidak terlalu mejadi masalah.
2 protein petanda virus influenza A yaitu protein
hemaglutinin = H dan protein neuraminidase =N
Faktor risiko:
› Anak kecil
› Usia lanjut
› Rentang waktu yang lebih panjang dari timbulnya gejala hingga dirawat
› Adanya pneumonia
› Leukopeni dan limfopeni
› Menangani unggas sakit atau bangkai unggas
› Memakan daging unggas yang mentah atau tidak dimasak dengan baik.
Sumber: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB, ed. Buku ajar respirologi anak. Edisi pertama.
Jakarta: IDAI, 2008. 38
Flu Burung (Avian Influenza)
Penularan:
› Percik renik sekresi respiratori saat batuk atau bersin
› Penularan secara langsung dari unggas ke manusia
Sumber: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB, ed. Buku ajar respirologi anak. Edisi pertama. Jakarta: IDAI, 2008.
39
Manifestasi Klinis
Pencegahan :
1. Untuk yg beresiko tinggi: oseltamivir 75mg sekali sehari selama lebih
dari 7 hari (sampai 6 minggu)
Prognosis:
› Prognosis tidak baik, banyak kasus yang berakhir
dengan kematian.
Sumber: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB, ed. Buku ajar respirologi anak. Edisi pertama.
46
Jakarta: IDAI, 2008.
Flu Babi (H1n1)
Epidemiologi
Di Meksiko sejak Maret 2009, tak kurang dari
1400 orang terjangkit flu babi, 103 diantaranya
meninggal.
Foto torak:
u/ mengetahui ada tidaknya gambaran infiltrat pneumonia pada
paru ps
Pemeriksaan darah perifer lengkap:
u/ menilai komposisi sel darah dan pemeriksaan SGOT/SGPT
sbg cerminan dari fs hati
1. Terapi suportif
2. Antibiotik
a. Tidak ada faktor resiko infeksi pseudomonas:
- Sefalosporin generasi ke 3 (iv) non pseudomonas
ditambah makrolid generasi baru, ATAU
- Fluorokuinolon respirasi
b. Ada faktor resiko infeksi pseudomonas:
- Sefalosporin anti pseudomonas / karbapenem (iv)
ditambah fluorokuinolon anti pseudomonas /
aminoglikosida ditambah makrolid generasi baru
IPD EDISI V JILID III HAL 2795
3. Kortikosteroid. Hidrokortison (iv) 4mg/kgBB tiap 8
jam, tapering atau metilprednison (iv) 240-320 mg
tiap hari
4. ribavirin. 1,2 gr oral tiap 8 jam atau 8mg/kgBB
intravena tiap 8 jam
Eksaserbasi berulang:
menunjukkan gejala asma yg memerlukan kortikosteroid jangka panjang.
Lab:
peningkatan IgE sedangkan gambaran radiologis berubah-ubah
Fibrosis paru:
menunjukkan gejala sesak napas dan fibrosis paru. Faal paru menunjukkan
adanya obstruksi dan atau restriksi yg reversibel. Tjd peninggian IgE.
Membutuhkan terapi kortikosteroid jangka panjang
2. Sebab iatrogenik
3. Penyakit-penyakit periodontal
4. Kebersihan mulut yang buruk
5. Pencabutan gigi
6. Pneumonia akut
7. Immunosupresi
8. bronkiektasis
9. Kanker paru
10. Infeksi saluran napas atas dan bawah yang belum teratasi.
IPD EDISI V JILID III HAL:
Etiologi
Kelompok bakteri anaerob, biasanya diakibatkan oleh
pneumonia aspirasi (89%):
1. Bacteriodes melaninogenus
2. Bacteriodes fragilis
3. Peptostreptococcus species
4. Bacillus intermedius
5. Fusobacterium nucleatum
6. Microaerophilic strepcoccus
1. Sobotta, Atlas der Anatomie des Menschen , 23. A. Elsevier GmbH. Munchen.
2010.
2. Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB, ed. Buku ajar respirologi anak. Edisi
pertama. Jakarta: IDAI, 2008.
3. Kliegman RM, Behrman RE, Jensin HB, Stanton BF, eds. Nelson textbook of
pediatrics, 19th ed. Philadelphia, WB Saunders Company, 2011.
4. Trivedi MN. Severe acute respiratory syndrome (SARS). Medscape
120