Anda di halaman 1dari 20

Pelaku Hukum dan Kedudukan

Hukum Para Pelaku Hukum

Akbar Kurnia F (1806267815)


Anggi Kurniawan (1806267866)
Luxaga Wikan S (1806268080)
Tiara Hamdita (1806268231)
Subjek Hukum
Subjek Hukum

Dalam hukum, perkataan orang (natuurlijke persoon) berarti pembawa hak atau
subyek di dalam hukum. Berlakunya seseorang sebagai pembawa hak, mulai dari
saat ia dilahirkan dan berakhir pada saat ia meninggal. Meskipun menurut hukum
sekarang ini, tiap orang tiada yang terkecuali dapat memiliki hak-hak, akan tetapi
di dalam hukum tidak semua orang diperbolehkan bertindak sendiri dalam
melaksanakan hak-haknya itu. Berbagai golongan orang, oleh undang-undang
telah dinyatakan "tidak cakap," atau "kurang cakap" untuk melakukan sendiri
perbuatan-perbuatan hukum. Yang dimaksudkan di sini, ialah orang-orang yang
belum dewasa atau masih kurang umur dan orang-orang yang telah ditaruh di
bawah pengawasan (curatele), yang selalu harus diwakili oleh orang tuanya,
walinya atau kuratornya.
(Soebekti, Pokok2 Hukum Perdata 1979 : 13 )
Subjek Hukum

Di samping orang telah nampak pula di dalam hukum ikut sertanya badan-
badan atau perkumpulan-perkumpulan yang dapat juga memiliki hak-hak dan
melakukan perbuatan-perbuatan hukum seperti seorang manusia. Badan-
badan dan perkumpulan-perkumpulan itu, mempunyai kekayaan sendiri, ikut
serta dalam lalu lintas hukum dengan perantaraan pengurusnya, dapat
digugat dan dapat juga menggugat di muka Hakim. Badan atau perkumpulan
yang demikian itu, dinamakan Badan hukum atau rechts-persoon,

(Soebekti, Pokok2 Hukum Perdata 1979 : 14 )


Domisili Hukum

Istilah domisili ini, jika mengacu Domisili ini mengemuka dalam hukum karena menurut
kepada KUH Perdata, diuraikan hukum tiap orang harus mempunyai tempat tinggal yang
dalam BAB III, Buku I tentang Orang dapat dicari. Tempat yang dapat dicari inilah yang
(persoon). Menurut Subekti disamakan dengan Domisili. Kata domisili berasal dari
(1996:19), persoon berarti bahasa Belanda domicilie, artinya tempat kedudukan
pembawa hak atau subyek dalam atau disebut juga tempat tinggal. Hal ini perlu untuk
hukum. Pada awalnya, yang menetapkan beberapa hal, misalnya : di mana seorang
dianggap subyek hukum adalah harus kawin, di mana seorang harus dipanggil dan ditarik
orang (natuurlijke persoon), akan di muka hakim. Pengadilan mana yang berkuasa
tetapi dalam perkembangannya, terhadap seseorang dan sebagainya.
badan hukum (rechtpersoon) pun
diakui sebagai subyek hukum.
Domisili Hukum

Biasanya orang mempunyai domicili di tempat Ada juga domicili yang dipilih berhubung
kediaman pokok. Tetapi bagi orang yang tidak dengan suatu urusan, misalnya dua pihak
mempunyai tempat kediaman tertentu, dalam suatu kontrak memilih domicili di
domicili dianggap berada di tempat ia kantor seorang notaris atau di kantor
sungguh-sungguh berada. Sebagian orang kepaniteraan suatu Pengadilan Negeri. Ini
mempunyai domicili mengikut pada domicili bermaksud untuk memudahkan pihak
orang lain, misalnya : seorang isteri, kecuali penggugat bila sampai terjadi suatu perkara
jikalau ia telah berpisah dari meja dan tempat di muka hakim.
tidur, mempunyai domicili di tempat tinggal
suaminya; seorang anak mempunyai domicili di
Sumber : Buku I tentang Orang (persoon) Subekti
tempat tinggal orang tuanya dan seorang yang (1996:20)
ditaruh di bawah pengawasan (curatele)
mempunyai domicili di tempat tinggal
kuratornya.
HUKUM BENDA
DEFINISI HUKUM BENDA

➢ Menurut Pasal 499 KUH Perdata, pengertian benda (zaak) adalah segala sesuatu yang
dapat menjadi obyek hak milik. Yang dapat menjadi obyek hak milik dapat berupa barang
dan dapat pula berupa hak, seperti hak cipta, hak paten, dan lain – lain.

➢ Kata zaak mempunyai dua arti, yaitu barang berwujud dan bagian dari pada harta
kekayaan, yang termasuk zaak selain dari pada barang yang berwujud, juga beberapa hak
tertentu sebagai barang yang tak berwujud, juga beberapa hak tertentu sebagai barang
yang tak berwujud.

➢ Hukum benda adalah terjemahan dari istilah bahasa Belanda, yaitu “zakenrecht”. Menurut
Prof. Soediman Kartohadiprodjo, hukum kebendaan ialah semua kaidah hukum yang
mengatur apa yang diartikan dengan benda dan mengatur hak – hak atas benda.
(Sumber : Soebekti, Pokok2 Hukum Perdata 1979 : 41, Buku II KUHPerdata)
MACAM-MACAM BENDA

Benda (zaak) dapat berarti bermacam – macam, yaitu :


a. Benda sebagai obyek hukum (Pasal 500 KUHPerdata)
b. Benda sebagai kepentingan (Pasal 1354 KUHPerdata)
c. Benda sebagai kenyataan hukum (Pasal 1263 KUHPerdata)
d. Benda sebagai perbuatan hukum (Pasal 1792 KUHPerdata)

Undang – undang membagi benda dalam beberapa macam, yaitu :


e. Benda yang dapat diganti (contoh: uang ) dan yang tak dapat diganti (contoh: seekor kuda)
f. Benda yang dapat diperdagangkan (contoh: baju) dan yang tidak dapat diperdagangkan atau diluar
perdagangan (contoh: jalan dan lapangan umum)
g. Benda yang dapat dibagi (contoh: beras) dan yang tidak dapat dibagi (contoh: seekor kuda)
h. Benda yang bergerak (contoh: perabot rumah) dan yang tak bergerak (contoh: tanah) (Soebekti, 1979 : 50 –
51).
(Sumber : Soebekti, Pokok2 Hukum Perdata 1979 : 41)
HAK-HAK KEBENDAAN

➢ Hak Kebendaan adalah suatu hak mutlak yang memberikan kekuasaan langsung atas suatu benda yang dapat
di pertahankan setiap orang dan mempunyai sifat melekat.

➢ Buku II KUHPerdata juga mengatur hak-hak lain yang bukan merupakan hak kebendaan, tetapi mempunyai
persamaan dengan hak kebendaan karena memberikan jaminan, seperti Privilage, (hak istimewa), hak retensi,
dan hak reklame.
Hak kebendaan yang memberikan Hak kebendaan yang bersifat
kenikmatan adalah : memberi jaminan adalah :
1. Hak milik 1. Gadai
2. Bezit 2. Fidusia
3. Hak memungut hasil 3. Hipotek
4. Hak pakai dan mendiami 4. Hak tanggungan
5. System resi gudang

(Sumber : Soebekti, Pokok2 Hukum Perdata 1979 : 42, Buku II KUHPerdata)


Pasal 16 UUPA (UU No.5 Tahun
1960)
Menurut Pasal 16 UUPA (UU No.5 Tahun 1960), hak-hak atas tanah adalah :
1. Hak milik adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan
mengingat semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial (Pasal 20 ayat 1 UUPA)
2. Hak guna usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai oleh Negara, dalam jangka waktu
paling lama 25 tahun, guna perusahaan pertanian, perikanan, atau peternakan (Pasal 28 ayat 1 UUPA)
3. Hak guna bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan atas tanah yang bukan
miliknya sendiri, dengan jangka waktu paling lama 30 tahun (Pasal 35 ayat 1 UUPA)
4. Hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh
Negara atau tanah milik orang lain, yang berwewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan
pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik
tanahnya, yang yang bukan perjanjian sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal
tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan undang-undang ini (Pasal 41 ayat 1 UUPA)

(Sumber : Soebekti, Pokok2 Hukum Perdata 1979 : 62, Pasal 16 UUPA (UU No.5 Tahun 1960) )
Pasal 16 UUPA (UU No.5 Tahun
1960)
5. Hak sewa untuk bengunan adalah hak seseorang atau suatu badan hukum mempergunakan tanah milik
orang lain untuk keperluan bangunan, dengan membayar kepada pemiliknya sejumlah uang sebagai sewa
(Pasal 44 ayat 1 UUPA)
6. Hak membuka hutan dan memungut hasil hutan adalah hak membuka tanah dan memungut hasil hutan
yang hanya dapat dipunyai oleh warga Negara Indonesia. Dengan mempergunakan hak memungut hasil
hutan secara sah, tidak dengan sendirinya diperoleh hak milik atas tanah itu (Pasal 46 UUPA)
7. Hak guna air, pemeliharaan dan penangkapan ikan adalah hak memperoleh air untuk keperluan tertentu
dan/atau mengalirkan air itu diatas tanah orang lain (Pasal 47 ayat 1 UUPA)
8. Hak guna ruang angkasa adalah hak untuk mempergunakan tenaga dan unsur dalam ruang angkasa guna
usaha-usaha memelihara dan memperkembangkan kesuburan bumi, air, serta kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dan hal lainnya yang bersangkutan dengan itu (Pasal 48 ayat 1 UUPA)
9. Hak-hak tanah untuk keperluan suci dan sosial adalah hak milik tanah badan-badan keagamaan dan sosial
sepanjang dipergunakan untuk usaha dalam bidang keagamaan dan sosial diakui dan dilindungi. Badan-
badan tersebut dijamin pula akan memperoleh tanah yang cukup untuk bangunan dan usahanya dalam
bidang keagamaan dan sosial (Pasal 49 ayat 1 UUPA)
(Sumber : Soebekti, Pokok2 Hukum Perdata 1979 : 62, Pasal 16 UUPA (UU No.5 Tahun 1960) )
CARA MEMPEROLEH
DAN PENGALIHAN HAK ATAS BENDA

PEROLEHAN HAK ATAS BENDA


Berdasarkan pasal 584 KUH Perdata, hak milik dapat diperoleh melalui:

1. Pendakuan (toegening/occupatio)
Pendakuan ini diatur di dalam Pasal 585 KUH Perdata, bahwa Barang bergerak yang bukan milik
siapapun, menjadi hak milik orang yang pertama-tama mengambil barang itu untuk dimilikinya.

2. Ikutan / perlekatan (natreking)


Ikutan / Perlekatan diatur dalam Pasal 588-605 KUH Perdata, yang menjelaskan suatu cara memperoleh
hak milik karena benda itu mengikuti atau melekat pada benda lain.
KUHPerdata Buku II tentang Benda
Halaman 5, Bagian 2 Cara Memporeleh Hak Milik
CARA MEMPEROLEH
DAN PENGALIHAN HAK ATAS BENDA

3. Lampaunya waktu / daluwarsa (verjaring)


Lampaunya waktu / daluwarsa diatur dalam Pasal 610 KUH Perdata, bahwa Hak milik atas suatu barang
didapatkan seseorang karena lewat waktu, bila ia telah memegang besit atau barang itu
selama waktu yang ditentukan undang-undang dan sesuai dengan persyaratan dan pembedaan seperti
termaksud dalam Bab VII Buku Keempat kitab undang-undang ini.

Terdapat dua macam daluwarsa/verjaring, yaitu :


1. Acquisitieve verjaring (Daluwarsa Memperoleh) adalah lewat waktu sebagai cara memperoleh hak milik
atas suatu benda, yang diatur dalam Pasal 1963 KUH Perdata.’

2. Extinctieve verjaring (Daluwarsa Membebaskan) adalah seseorang dapat dibebaskan dari suatu
penagihan atau tuntutan hukum oleh karena lewat waktu. Hal ini diatur dalam pasal 1967 KUHPerdata
CARA MEMPEROLEH
DAN PENGALIHAN HAK ATAS BENDA

4. Pewarisan
Merupakan cara memperoleh hak milik yang diberikan dari pewaris kepada ahli waris berdasar alas hak
umum, sehingga tidak hanya haknya saja yang beralih tetapi juga kewajibannya. Pewarisan dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu pewarisan karena Undang-Undang dan pewarisan karena wasiat.

5. Penyerahan
Penyerahan yaitu perbuatan hukum memindahkan hak milik dari pemilik kepada pihak lainnya, yang
dikehendaki sehingga orang lain memperoleh benda itu atas namanya.

Menurut Prof. Subekti, penyerahan mempunyai dua arti, yaitu :


1. Perbuatan yang berupa penyerahan kekuasaan belaka “feitelijke levering”
2. Perbuatan hukum yang bertujuan memindahkan hak milik kepada orang lain “juridische levering”
(Soebekti, Pokok2 Hukum Perdata 1979 : 48) )
CARA MEMPEROLEH
DAN PENGALIHAN HAK ATAS BENDA

Menurut Prof. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, cara memperoleh hak milik diluar
yang diatur pada Pasal 584 KUH Perdata yaitu:
1. enjadian benda (zaaksvorming) yaitu membuat suatu benda baru dari benda yang sudah ada. Hal ini diatur
dalam pasal 606 KUH Perdata.
2. Penarikan buahnya (vruchtttrekking) yaitu seorang pemilik atau bezitter yang jujur dapat mengambil
buah/hasil dari benda-benda yang dimiliki (diberikan). Hal ini diatur dalam pasal 575 KUH Perdata.
3. Persatuan benda (vereniging) yaitu perolehan hak dari bercampurnya beberapa benda dari beberapa
bezitter menjadi satu kesatuan benda. Diatur dalam pasal 607-609 KUH Perdata.
4. Pencabutan hak (onteigening) yaitu memperoleh hak milik dengan pencabutan hak, yang diatur pada Pasal
570 KUHPerdata..
5. Percampuran harta (boedelmenging) yaitu seperti harta kekayaan bersama antara suami istri setelah
menikah, diatur dalam pasal 119 KUH Perdata.
CARA MEMPEROLEH
DAN PENGALIHAN HAK ATAS BENDA

6. Pembubaran dari suatu badan hukum (ontbinding daripada badan hukum) yaitu jika terjadi pembubaran
suatu badan hukum maka semua anggota badan hukum tersebut berhak memperoleh harta kekayaan dari
badan hukum tersebut. Diatur dalam pasal 1665 KUH Perdata.
7. Abandonnement yaitu kapal-kapal serta barang-barang yang dipertanggungjawabkan dapat diabandonir
atau diserahkan pada si penanggung, jika terjadi hal seperti pecahnya kapal, karamnya kapal, dan lain-lain.
Hal ini diatur dalam Pasal 64 KUHD.

Adapun perolehan hak milik berdasarkan pasal 22 UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria, yaitu :
a. Menurut hukum adat yang diatur dengan Peraturan Pemerintah;
b. Penetapan Pemerintah menurut cara dan syarat-syarat yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
c. Ketentuan undang-undang.
(Soebekti, Pokok2 Hukum Perdata 1979 : 50 )
CARA MEMPEROLEH
DAN PENGALIHAN HAK ATAS BENDA

Perolehan bezit dibedakan berdasarkan jenisnya yaitu, benda bergerak dan benda tak bergerak.
Cara perolehannya sendiri terjadi dengan bantuan seorang yang sudah menguasainya lebih dahulu (pengoperan
atau "traditio"), atau tidak dengan bantuan seorang lain (perolehan secara asli atau originair dengan jalan
pengambilan atau "occupatio").

1. Bezit atas suatu benda yang bergerak dengan bantuan orang lain (pengoperan), diperoleh dengan penyerahan barang itu
dari tangan bezitter lama ke tangan bezitter baru.
2. Bezit atas suatu benda yang bergerak, diperoleh secara occupatio dengan pengambilan barang tersebut dari tempatnya
semula, sehingga secara terang atau tegas dapat terlihat maksud untuk memiliki barang itu.
3. Bezit atas benda yang tak bergerak oleh undang-undang ditentukan bahwa orang yang menduduki sebidang tanah harus
selama satu tahun terus menerus mendudukinya dengan tidak mendapat gangguan dari sesuatu pihak.
4. Bezit dari suatu benda yang tak bergerak dengan pengoperan, dapat dilproleh hanya dengan suatu pernyataan, asalkan
orang yang menyatakan itu sendiri adalah bezitter, menurut undang-undang pada waktu mengeluarkan pernyataan tersebut
dan selanjutnya tidak menghalang-halangi orang yang menggantikannya dalam hal melakukan bezitnya.
(Soebekti, Pokok2
Hukum Perdata 1979 : 43 )
CARA MEMPEROLEH
DAN PENGALIHAN HAK ATAS BENDA

PENGALIHAN HAK ATAS BENDA

Menurut KUH Perdata, suatu pemindahan atau pengalihan hak terdiri atas dua bagian:
1. Obligatoire overeenkomst, yaitu tiap perjanjian yang bertujuan memindahkan hak, dan
menimbulkan suatu perikatan misalnya perjanjian jual beli atau pertukaran.
2. Zakelijke overeenkomst, yaitu pemindahan/pengalihan hak itu sendiri. Pada tahap ini perjanjian yang bersifat kebendaan terjadi
saat para pihak mengadakan perjanjian yang berisikan pengalihan
hak eigendom dan para pihak juga melakukan perbuatan yuridis dalam bentuk transfering of ownership.

Cara penyerahan dari benda dapat dikategorikan sesuai dengan sifat bendanya, yaitu:
1. Penyerahan/Levering benda bergerak berwujud
2. Penyerahan/Levering benda bergerak tak berwujud/piutang atas nama
3. Penyerahan/Levering benda tak bergerak
(Soebekti, Pokok2 Hukum Perdata 1979 : 50 )
CARA MEMPEROLEH
DAN PENGALIHAN HAK ATAS BENDA

1. Penyerahan benda bergerak berwujud menurut Pasal 612 KUH Perdata dilakukan dengan penyerahan nyata
(feitelijk levering) atau penyerahan kunci gudang dimana benda yang diserahkan itu berada. Penyerahan tidak diharuskan, bila
barang-barang yang harus diserahkan, dengan alasan hak lain, telah dikuasai oleh orang yang hendak menerimanya

2. Penyerahan benda untuk benda bergerak tidak berwujud berupa hak-hak piutang, yang diatur dalam Pasal 613 KUH
Perdata, adalah sebagai berikut :
a. Penyerahan dari piutang aan toonder (atas bawa) dilakukan dengan penyerahan nyata.
b. Penyerahan dari piutang op naam (atas nama) dilakukan dengan cessie yaitu dengan cara membuat akte otentik atau akte di
bawah tangan, yang menyatakan bahwa piutang itu telah dipindahkan
kepada seseorang. Setelah dibuatnya akte tersebut maka harus diadakan pemberitahuan kepada debitur.
c. Penyerahan dari piutang aan order (atas tunjuk), yaitu penyerahan dari piutang atas pengganti yang dilakukan dengan
penyerahan surat piutang yang bersangkutan dan disertai dengan endosemen.

3. Penyerahan benda yang tak bergerak harus dilakukan dengan pembuatan suatu tulisan yang dinamakan "akte van
transport" (surat penyerahan), yang harus dibuat secara resmi (authentiek), di depan notaris.

Anda mungkin juga menyukai