Anda di halaman 1dari 16

HUKUM PERJANJIAN

Akbar Kurnia F
(1806267815)
Anggi Kurniawan (1806267866)
Luxaga Wikan S (1806268080)
Perjanjian
Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang siapa yang
mengoordinasikan seorang lain atau di mana dua orang itu dituntut untuk
melaksanakan sesuatu hal. Dan peristiwa ini, timbullah suatu hubungan antara
dua orang tersebut yang dinamakan perikatan.

Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang


membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian
perkataan yang mengandung janji atau kesanggupan yang diucapkan atau
ditulis.

Hal 1, Prof Subekti. Hukum Perjanjian, pt Intermasa


Menurut Pasal 1313 KUH Perdata
Perjanjian adalah Perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Dari
peristiwa ini,

timbullah suatu hubungan hukum antara dua orang atau lebih


yang disebut Perikatan yang di dalamya terdapat hak dan
kewajiban masing-masing pihak. Perjanjian adalah sumber
perikatan
Hukum Perikatan
Suatu perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang
atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut
sesuatu hal dan pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban
untuk memenuhi tuntutan itu….

Kreditur atau si berpiutang, sedangkan pihak yang berkewajiban


memenuhi tuntutan dinamakan debitur atau si berutang.

Hal 1, Prof Subekti. Hukum Perjanjian, pt Intermasa


Konsep

Hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah bahwa perjanjian itu


menerbitkan perikatan.

Perjanjian adalah sumber perikatan, di sampingnya sumber-sumber


lain. Sumber-sumber lain ini tercakup dengan nama undang-undang.
Jadi, ada perikatan yang lahir dari "perjanjian" dan ada perikatan yang
lahir dari "undang-undang".
Syarat Sahnya Perjanjian
Menurut Pasal 1320 Kitab Undang Undang Hukum Perdata, sahnya perjanjian harus
memenuhi empat syarat yaitu :

1. Sepakat untuk mengikatkan diri


Sepakat maksudnya adalah bahwa para pihak yang mengadakan
perjanjian itu harus bersepakat, setuju untuk seia sekata mengenai segala sesuatu yang
diperjanjikan. Kata sepakat ini harus diberikan secara bebas, artinya tidak ada pengaruh
dipihak ketiga dan tidak ada gangguan.

Hal 17, Prof Subekti. Hukum Perjanjian, pt Intermasa


Syarat Sahnya Perjanjian
2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian
Berarti mempunyai wewenang untuk membuat perjanjian atau
mengadakan hubungan hukum. Pada asasnya setiap orang yang
sudah dewasa dan sehat pikirannya adalah cakap menurut hukum

3. Mengenai Suatu hal tertentu


Suatu hal tertentu merupakan pokok perjanjian. Syarat ini diperlukan untuk
dapat menentukan kewajiban debitur jika terjadi perselisihan. Pasal 1338
KUHPerdata menyatakan bahwa suatu perjanjian harus mempunyai sebagai
suatu pokok yang paling sedikit ditetapkan jenisnya.

Hal 17, Prof Subekti. Hukum Perjanjian, pt


Syarat Sahnya Perjanjian
4. Sebab yang Halal
Sebab ialah tujuan antara dua belah pihak yang mempunyai maksud
untuk mencapainya. Menurut Pasal 1337 KUHPerdata, sebab yang
Tidak halal ialah jika ia dilarang oleh Undang Undang, bertentangan
dengan tata susila atau ketertiban

Menurut Pasal 1335 KUHPerdata, perjanjian tanpa sebab yang palsu atau dilarang tidak
mempunyai kekuatan atau batal demi hukum.

Hal 17, Prof Subekti. Hukum Perjanjian, pt Intermasa


Syarat Sahnya Perjanjian

Hal 18, Prof Subekti. Hukum Perjanjian, pt Intermasa


ASAS-ASAS HUKUM PERJANJIAN
Asas-asas Perjanjian diatur dalam KUHPerdata yang sedikitnya terdapat 5 asas yang perlu mendapat perhatian dalam membuat
perjanjian yaitu :
1. Asas Kebebasan Berkontrak (freedom of contract)
Setiap orang dapat secara bebas membuat perjanjian selama memenuhi syarat sahnya perjanjian dan tidak melanggar
hukum, kesusilaan, serta ketertiban umum.

2. Asas Kepastian Hukum (Pacta Sunt Servanda)


Jika terjadi sengketa dalam pelaksanaan perjanjian, misalnya salah satu pihak ingkar janji, maka hakim dengan
keputusannya dapat memaksa agar pihak yang melanggar itu melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai perjanjian bahkan
hakim dapat memerintahkan pihak yang lain membayar ganti rugi.

3. Asas Konsensualisme (Concensualism)


Berarti kesepakatan, yaitu pada dasarnya perjanjian sudah lahir sejak detik tercapainya kata sepakat.

4. Asas Itikad Baik (Good Faith/Tegoeder Trouw)


Berarti keadaan batin para pihak dalam membuat dan melaksanakan perjanjian harus jujur, terbuka,
dan saling percaya.

5. Asas Kepribadian (Personality)


Berarti isi perjanjian hanya mengikat para pihak secara personal, tidak mengikat
pihak-pihak lain yang tidak memberikan kesepakatanya.
Macam-Macam Perikatan Menurut
Ilmu Pengetahuan Hukum Perdata
Menurut isi dari pada prestasinya :
1. Perikatan positif dan perikatan negatif
2. Perikatan sepintas lalu dan berkelanjutan
3. Perikatan alternatif
4. Perikatan fakultatif
5. Perikatan generik dan spesifik
6. Perikatan yang dapat dibagi dan yang tak dapat dibagi
Macam-Macam Perikatan Menurut
Ilmu Pengetahuan Hukum Perdata
Menurut subyeknya :
1. Perikatan tanggung-menanggung (tanggung renteng)
2. Perikatan pokok dan tambahan

Menurut mulai berlakunya dan berakhirnya


3. Perikatan bersyarat
4. Perikatan dengan ketetapan waktu
Macam-Macam Perikatan Menurut
Ilmu Pengetahuan Undang-Undang Perikatan
1. Perikatan bersyarat (voorwaardelijk) :
a.Perikatan dengan syarat tangguh
b. Perikatan dengan syarat batal
2. Perikatan Dengan ketetapan Waktu (tidjsbepaling)
3. Perikatan mana suka (alternatif)
4. Perikatan tanggung menanggung atau tanggung renteng (hoofdelijk atau solidair)
5. Perikatan yang dapat dibagi dan perikatan yang tidak dapat dibagi
6. Perikatan dengan penetapan hukuman (strabeding)
Berakhirnya perikatan
Berdasarkan pasal 1381 KUHP perikatan hapus karena:
• Pembayaran (Pasal 1382-1403 KUHPerdata)
– Yaitu pelunasan utang (uang, jasa, barang) atau tindakan pemenuhan
prestasi oleh debitur kepada kreditur.
• Penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan
(Pasal 1404-14012 KUHPerdata)
– Yaitu suatu cara hapusnya perikatan dimana debitur hendak membayar
utangnya namun pembayaran ini ditolak oleh kreditur, maka kreditur
bisa menitipkan pembayaran melalui Kepaniteraan Pengadilan Negeri
setempat.
• Pembaruan utang (Pasal 1425-1435 KUHPerdata)
– Adalah perjanjian antara kreditur dengan debitur dimana perikatan
yang sudah ada dihapuskan dan kemudian suatu perikatan yang baru.
Berakhirnya perikatan
• Perjumpaan utang atau kompensasi (Pasal 1425-1435 KUHPerdata).
– Yaitu penghapusan utang masing-masing dengan jalan saling memperhitungkan
utang yang sudah dapat ditagih secara timbal balik antara debitur dan kreditur.
• Pencampuran utang (Pasal 1436-1437 KUHPerdata).
– Adalah percampuran kedudukan sebagai orang yang berutang dengan
kedudukan sebagai kreditur menjadi satu.
• Pembebasan utang (Pasal 1438-1443 KUHPerdata).
– Yaitu pernyataan sepihak dari kreditur kepada debitur bahwa debitur
dibebaskan dari utang-utangnya.
• Musnahnya barang yang terutang (Pasal 1444-1445 KUHPerdata)
– Yaitu perikatan hapus dengan musnahnya atau hilangnya barang tertentu yang
menjadi prestasi yang diwajibkan kepada debitur untuk menyerahkannya
kepada kreditur.
Berakhirnya perikatan
• Kebatalan atau pembatalan (Pasal 1446-1456 KUHPerdata)
– Yang dimaksud “batal demi hukum” di dalam Pasal 1446 KUHPerdata adalah
“dapat dibatalkan”.
• Berlakunya suatu syarat pembatalan(Pasal 1265 KUHPerdata)
– Artinya syarat-syarat yang bila dipenuhi akan menghapuskan perjanjian dan
membawa segala sesuatu pada keadaan semula yaitu seolah-olah tidak ada
suatu perjanjian. Misalnya perjanjian yang dibuat bertentangan dengan
undang-undang, kesusilaan, atau ketertiban umum
• Karena lewat waktu (Pasal 1946-1993 Bab VII Buku IV KUHPerdata)
– Menurut Pasal 1946 KUHPerdata, daluwarsa adalah suatu alat untuk
memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu perikatan dengan
lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang ditentukan oleh
undang-undang

Anda mungkin juga menyukai