Anda di halaman 1dari 23

PENATALAKSANAAN PASIEN

KELAINAN SISTEMIK SEBELUM


DILAKUKAN TINDAKAN BEDAH
MINOR

Pembimbing :
drg. Meiske E. Paoki, SpBM

Oleh : ALFISANATIN (2019086016269)


CONTENTS

01 02
DIABETES
HIPERTENSI MELLITUS

03 04
STROKE GRAVID
INTRODUCTION
 Bedah minor didefinisikan sebagai suatu teknik
bedah ringan yang dilakukan pada jaringan
superfisial. Anestesi lokal sering diperlukan untuk
prosedur ini dan tingkat komplikasinya serta
risikonya sedikit.

 Sebelum dilakukan suatu tindakan bedah pasien dengan


kelainan sistemik harus di tinjau kesiapannya untuk menjalani
proses bedah hal ini dilakukan agar menghindari terjadinya
resiko post bedah
Hipertensi adalah kondisi medis, dengan tekanan HIPERTENSI
di arteri yang mengalami peningkatan, ditandai
dengan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg.
Berdasarkan klasifikasi dilihat pada tabel dibawah
ini:
Klasifikasi Hipertensi JNC - VIII
Klasifikasi TD Sistolik TD Diastolik
Normal <120 mmHg <80 mmHg
Pre-hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi derajat 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg

Hipertensi derajat ≥160 mmHg ≥100 mmHg


2
TATALAKSAN
A
• Prosedur perawatan gigi untuk pasien hipertensi harus diperhatikan
sebelum melakukan tindakan bedah minor untuk menghindari resiko
perdarahan pasca operasi dan vasokonstriksi yang terjadi akibat
penggunaan anestesi lokal.
• Menurunkan tingkat sress dan kecemasan dengan komunikasi yang baik
• Periksa secara rutin tekanan darah pasien bila pasien berobat ke polik.
• Pemeriksaaan tekanan darah, pernafasan harus dilakukan sebelum
tindakan dan berkala pada saat tindakan
• Memstikan tidak terjadi aspirasi terutama apabila anastesi lokal
mengandung vasokonstriktor
• Diusahakan seminimal mungkin menggunakan vasokonstriktor
• Perubahan posisi duduk pasien di atas dental chair dilakukan secara
perlahan
• Pada pasien yang sangat cemas bisa diberikan dosis kecildiazepam (5
mg) atau short acting benzodiazepin, seperti oxazepam (30 mg)
malamnya dan 1 jam sebelum ke dokter gigi
DIABETES
• Diabetes mellitus adalah kelainan metabolik yang
disebabkan oleh banyak factor seperti kurangnya insulin
MELLITUS
atau ketidakmampuan tubuh untuk memanfaatkan insulin
(Insulin resistance), dengan simtoma berupa hiperglikemia
kronis dan gangguan metabolism karbohidrat, lemak dan
protein.

• Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu indikator


akan baik atau tidaknya pengelolaan status kesehatan pada
penderita Diabetse Melitus. Diabetes Melitus merupakan
salah satu penyebab komplikasi yang timbul di dalam
rongga mulut. Kesehatan rongga mulut ini akan semakin
buruk jika penderita Diabetes Melitus tidak mengerti
bagaimana penanganan hal ini.
MANIFESTASI DIABETES MELITUS PADA RONGGA MULUT

1. Xerostomia (Mulut Kering)


Diabetes yang tidak terkontrol menyebabkan penurunan
aliran saliva (air liur), sehingga mulut terasa kering.
Saliva memiliki efek self-cleansing, di mana alirannya
dapat berfungsi sebagai pembilas sisa-sisa makanan dan
kotoran dari dalam mulut. Jadi bila aliran saliva menurun
maka akan menyebabkan timbulnya rasa tak nyaman,
lebih rentan untuk terjadinya ulserasi (luka), lubang gigi,
dan bisa menjadi ladang subur bagi bakteri untuk tumbuh
dan berkembang

2. Stomatitis Apthosa (Sariawan)


Meski sariawan biasa dialami oleh banyak orang, namun
penyakit ini bisa menyebabkan komplikasi parah jika
dialami oleh penderita diabetes. Penderita Diabetes sangat
rentan terkena infeksi jamur dalam mulut dan lidah yang
kemudian menimbulkan penyakit sejenis sariawan.
Sariawan ini disebabkan oleh jamur yang berkembang
3. Periodontitis
Periodontitis ialah radang pada jaringan pendukung gigi (gusi dan tulang).
Selain merusak sel darah putih, komplikasi lain dari diabetes adalah
menebalnya pembuluh darah sehingga memperlambat aliran nutrisi dan
produk sisa dari tubuh. Lambatnya aliran darah ini menurunkan
kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi, Sedangkan periodontitis
adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Dan hal ini menjadi
lebih berat dikarenakan infeksi bakteri pada penderita Diabetes lebih berat.

Ada banyak faktor yang menjadi pencetus atau yang memperberat


periodontitis, di antaranya akumulasi plak, kalkulus (karang gigi), dan
faktor sistemik.
Rusaknya jaringan Periodontal membuat gusi tidak lagi melekat ke gigi,
tulang menjadi rusak, dan lama kelamaan gigi menjadi goyang.
4) Oral thrush
Oral thrush atau oral candida adalah infeksi di dalam mulut yang
disebabkan oleh jamur, sejumlah kecil jamur candida ada di dalam mulut.
Pada penderita Diabetes Melitus kronis dimana tubuh rentan terhadap
infeksi sehingga sering menggunakan antibiotik dapat mengganggu
keseimbangan kuman di dalam mulut yang mengakibatkan jamur candida
berkembang tidak terkontrol sehingga menyebabkan thrush.
5) Dental Caries (Karies Gigi)
Pada penderita Diabetes Melitus telah diketahui bahwa jumlah air liur
berkurang sehingga makanan melekat pada permukaan gigi, dan bila yang
melekat adalah makanan dari golongan karbohidrat bercampur dengan
kuman yang ada pada permukaan gigi dan tidak langsung dibersihkan
dapat mengakibatkan keasaman didalam mulut menurun, sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya lubang atau caries gigi.
.
TATALAKSAN
A

• Tindakan bedah minor di kerjakan ketika pasien DM terkontrol


dengan baik untuk mencegah komplikasi atau kedaruratan yang
timbul pasca operasi.
• Penting bagi dokter untuk memastikan bahwa pasien makan dengan
normal dan minum obat seperti biasa.
• Untuk pasien yang menerima terapi insulin, tindakan harus
dijadwalkan sehingga tidak menggangu aktivitas insulin sehingga
tidak berisiko terjadinya hipoglikemia.
• Kadar gula darah yang sebaiknya dimiliki pasien diabetes melitus
saat pencabutan gigi akan dilakukan yaitu tidak kurang dari 70mg/dl
dan tidak lebih dari 150mg/dl.
Tanda dan gejala hipoglikemia:
1) Ringan: Kecemasan,Takikardi, Berkeringat
2) Berat: Kebingungan, Seizure, Koma

Penatalaksanaan hipoglikemia:
• Hentikan semua prosedur
• Beri tahu pasien
• Beri 15 gm karbohidrat (6 jus jeruk atau 3-4 sendok teh
gula)
• Jika pasien tidak kooperatif, berikan glukagon 1 mg
i.m. diikuti oleh suplemen glukosa oral atau Dextrose
20- 50 ml i.v.
Stroke didefinisikan sebagai sebuah sindrom yang memiliki STROKE
karakteristik tanda dan gejala neurologis klinis fokal dan
global yang berkembang dengan cepat, adanya gangguan
fungsi serebral, dengan gejala yang berlangsung lebih dari 24
jam atau menimbulkan kematian tanpa terdapat penyebab
selain yang berasal dari vaskuler.
TATALAKSAN
A

• Seorang pasien dengan stroke harus mendapatkan perhatian khusus


selama perawatan gigi.
• Pasien cacat harus dibantu oleh perawat untuk duduk di kursi
tindakan, saluran pernapasan harus dipastikan bebas dan harus
ditemani oleh orang yang merawat mereka, terutama jika ada
kesulitan bicara
• Konsultasi pada dokter spesialis saraf yang merawat pasien tersebut
sebelum melakukan tindakan bedah mutlak dilakukan, untuk
memastikan apakah pasien dapat dilakukan tindakan invasive dan
apakah dapat dilakukan penghentian obat antikoagulan dan
antitrombolitik tersebut
• Obat antikoagulan dapat menyebabkan perdarahan serius, oleh
karena itu obat antikoagulan seperti heparin harus dihentikan
setidaknya 6-12 jam sebelum tindakan.
• Kehamilan merupakan suatu fase penting dalam
GRAVID
kehidupan seorang perempuan dan ditandai dengan (KEHAMILAN
perubahan fisik dan fisiologis. Perubahan ini berdampak )
signifikan pada hampir semua sistem organ tubuh,
termasuk rongga mulut. Perlakuan khusus diperlukan
bagi seorang wanita ketika akan menjalani perawatan
bedah mulut sehingga tidak menimbulkan risiko untuk
ibu dan perkembangan janin.
• Selain itu, selama perawatan yang juga perlu
diperhatikan adalah posisi pasien wanita hamil di kursi
dental. Posisi pasien wanita hamil berbeda dengan
posisi pasien pada umumnya. Perkembangan janin
setiap pekannya menyebabkan rahim ibu juga
mengalami perbesaran sehingga perut akan tampak
membesar pula. Jika pasien diposisikan pada posisi
supinasi atau terlentang maka akan berdampak buruk
pada pasien sehingga dokter gigi perlu mengetahui
posisi yang aman bagi pasien wanita hamil di kursi
Masalah kesehata gigi dan mulut pada wanita hamil antar lain:

1. Gingivitis Kehamilan (Pregnancy Gingiviti ) Sebagian besar ibu


hamil menunjukan perubahan pada gusi selama kehamilan akibat
kurangnya kesadaran menjaga kebersihan gigi dan mulut. Gusi
terlihat lebih merah dan mudah berdarah ketika menyikat gigi,
penyakit ini disebut gingivitis kehamilan, penyebabnya adalah
meningkatnya hormon sex wanita dan vaskularisasi gingiva
sehingga memberikan respon yang berlebihan terhadap faktor iritasi
lokal. Selama kehamilan, tingkat progesteron pada ibu hamil bisa 10
kali lebih tinggi dari biasanya. Hal ini dapat meningkatkan
pertumbuhan bakteri tertentu yang menyebabkan peradangan
gingiva.
Masalah kesehata gigi dan mulut pada wanita hamil antar lain:

2. Granuloma Kehamilan (Epulis Gravidarum)


Kehamilan dapat pula menimbulkan suatu pembentukan pertumbuhan
berlebih pada gingiva seperti tumor. Istilah yang digunakan untuk keadaan
ini adalah pregnancy tumor atau tumor kehamilan, epulis gravidarum
ataupun granuloma kehamilan. Tidak berbahaya tetapi dapat menyebabkan
ketidak nyamanan. Biasanya berkembang pada trimester kedua.
Bentuknya seperti nodul berwarna merah keunguan sampai merah
kebiruan, mudah berdarah, sering terlihat pada gusi rahang atas, tetapi
dapat juga ditemukan di tempat lain di mulut.
Masalah kesehata gigi dan mulut pada wanita hamil antar lain:

3. Karies Gigi
Kehamilan tidak langsung menyebabkan gigi berlubang lebih disebabkan
karena perubahan lingkungan di sekitar gigi dan kebersihan mulut yang
kurang.
Faktor-faktor yang dapat mendukung lebih cepatnya proses gigi berlubang
yang sudah ada pada wanita hamil karena pH saliva wanita hamil lebih
asam jika dibandingkan dengan yang tidak hamil dan konsumsi makan-
makanan kecil yang banyak mengandung gula.
Obat – obatan yang bersifat teratogenic

Obat teratogenik ini adalah obat yang dapat berkontribusi terhadap


kelainan perkembangan pada janin seperti celah bibir, celah langit-langit,
dan perubahan warna gigi. Resiko bagi janin terpapar teratogen pada usia
tiga sampai delapan minggu setelah pembuahan. Selama waktu tersebut
ibu tidak menyadari bahwa dia sedang hamil.

Berikut ini beberapa contoh obat-obatan yang bersifat teratogenik, antara


lain :
1. Diazepam (Valium)
2. Midazolam (Versed)
3. Lorazepam (Antivan)
4. Triazolam (Halcion)
5. Tetrasiklin
6. Kodein
TATALAKSAN
A
• Perawatan bedah minor dapat dilakukan saat hamil namun harus
memperhatkan kondisi fisiologis yang terjadi pada wanita hamil.

• Pencabutan gigi wanita hamil tidak boleh dilakukan pada trimester


pertama kehamilan. Hal ini disebabkan oleh adanya pembentukan
organ. Janin akan beresiko mengalami malformasi, jika dalam
keadaan stres.

• Saat melakukan tindakan pasien tidak boleh diposisikan terlentang,


mencegah agar vena cava inferior tidak tertekan, yang akan
menyebabkan terjadi hipotensi.
Analgesik yang aman digunakan selama kehamilan.

 Analgesik atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi


rasa nyeri tanpa meghilangkan kesadaran.
 Acetaminofen(Tylenol/tempra/panadol) atau paracetamol termasuk
dalam kategori B yang paling aman digunakan selama kehamilan.
TATALAKSAN
A

Antibiotik yang aman digunakan selama kehamilan

 Setiap pemakaian antibiotik harus diperhatikan usia kehamilan,


karena dapat menimbulkan kelianan pada janin baik fisik maupun
mental dalam tingkat ringan sampai berat.
 Oleh krena itu penting untung mengetahui antibiotik yang aman
digunakan selama kehamilan, antara lain:

1. Semua jenis penisilin


2. Semua jenis sefasporin
3. Eritromisin (E-mycin)
4. Azitromisin (Zithromax)
5. Klindamisin (Cleocin)
6. Metronidazol (Flagyl)
TATALAKSAN
A
Anastesi lokal yang aman digunakan selama kehamilan.

Anestesi lokal mampu melewati barier plasenta dan masuk ke dalam


aliran darah janin dengan cara difusipasif sehingga obat-obat ini
memberikan efek yang sama pada ibu dan janin. Anestetikum lokal yang
aman digunaka saat kehamilan anatar lain:

1) Lidokain ( xylocaine/lignocaine/dalcaine, octocaine) 2% dengan


1:100.000 epinefrin.
2) Prilokain (citanest/xylonest/distanest) HCL 4% dengan 1:200.000
epinefrin.
3) Prilokain (citanest/xylonest/distanest) HCL 4% tanpa epinefrin.

Anestesi lokal relatif aman ketika digunakan secara tepat dengan dosis
yang tepat.
THANKS!

Anda mungkin juga menyukai