Pidya Ririn Rijayanti 18010107012 Genetika
Pidya Ririn Rijayanti 18010107012 Genetika
DAN MUTASI
DNA
Nama : Pidya Ririn Rijayanti
NIM : 18010107012
Program Studi : Tadris IPA
Dosen Pengampuh : Hilda Ayu Melvi
Amalia M.Sc
Replikasi DNA
Pengertian Replikasi DNA
Dalam biologi molekuler, replikasi DNA adalah proses biologis menghasilkan dua replika
DNA yang identik dari satu molekul DNA asli. Replikasi DNA terjadi pada semua organisme
hidup yang bertindak sebagai bagian terpenting untuk pewarisan biologis. Sel memiliki sifat
pembelahan yang khas, yang membuat replikasi DNA menjadi penting.
Replikasi DNA adalah suatu proses penggandaan DNA sebagai materi genetik makhluk
hidup. Proses ini sangat penting dalam tahapan perkembangbiakan atau pembelahan sel (fase S
siklus sel). Materi DNA yang telah digandakan kemudian akan dibagi ke masing-masing anakan
sel yang baru.
Struktur Dasar dan Pasangan Basa DNA
Struktur DNA berupa double helix yang tediri dari dua untai rantai polimer DNA yang saling berpasangan secara
komplementer. Struktur dasar tersebut dapat disimak di gambar di bawah ini:
Sistem template pada proses replikasi DNA. Dengan memasangkan basa nuleotida dengan pasangannya, maka dapat
dilakukan replikasi DNA baru yang serupa dengan induknya.
Proses pembentukan untaian baru DNA atau polimerisasi DNA dijalankan oleh enzim yang
dinamakan DNA polimerase. Enzim ini ditemukan tahun 1957. DNA polimerase menggunakan
deoksiribonukleosida trifosfat sebagai substratnya dan kemudian menggabungkan atau mempolimerisasi
substrat tersebut menjadi untaian DNA baru. Adapun sebagai dasar cetaknya, cukup membutuhkan satu
untaian dari template DNA induk.
Reaksi kimia sintesis DNA yang baru. Penambahan deoksiribonukleosida yang baru di ujung 3′ adalah proses
fundamental dalam replikasi DNA
Proses polimerisasi DNA oleh DNA polimerase dimulai dari datangnya deoksinukleosida trifosfat bebas yang sesuai
dengan pasangan basa dari ujung 3′ DNA template. Saat deoksinukleosida trifosfat ini menempel, bentuk DNA polimerase
yang seperti tangan akan berubah, seperti tangan yang mengeratkan genggamannya ke DNA. Akibat perubahan ini, enzim
mendekatkan ujung gugus OH di posisi 3′ ke gugus firofiosfat pada deoksinukleosida trifosfat. Hal ini menyebabkan reaksi,
dibentuknya ikatan gula fosfat dan sebagai hasil samping keluar gugus firofosfat. Proses ini dapat disimak pada bagan di
bawah ini:
Katalisasi pembentukan DNA baru oleh DNA polimerase. (A) 3′ dan 5′ adalah sistem penomoran atau posisi dari atom karbon
Proses kimiawi dalam polimerisasi DNA baru (B) Perubahan pada cincin deoksiribosa pada DNA atau ribosa pada RNA.
bentuk DNA polimerase mengkatalisasi proses pembentukan DNA
baru.
Proses Replikasi Asimetris pada Garpu Replikasi DNA
Proses replikasi DNA membutuhkan penguraian terlebih dahulu bentuk double helix. Akan tetapi, proses
replikasi DNA tidak perlu menunggu struktur double helix ini dibuka seluruhnya. Ketika sebagian dari DNA mulai
terbuka, maka proses replikasi ini dapat dimulai. Apabila kita bayangkan, maka bentuk ini seperti “garpu”. Tampak
struktur proses replikasi DNA seperti gambar di bawah ini:
Dari gambar di atas, tampak bahwa kedua helai untaian DNA induk menjadi template bagi terbentuknya DNA yang
baru. Proses di atas dikatakan bahwa replikasi DNA berlangsung secara “semikonservatif“.
Di garpu replikasi inilah tempat terjadinya kegiatan utama proses
replikasi. Pada saat proses replikasi terjadi, di titik tersebut
tersusun kompleks multiprotein dan multienzim yang terlibat
dalam proses tersebut.
Apabila kita perhatikan di gambar sebelumnya, kita ketahui
bahwa arah replikasi terjadi dari 5′ ke 3′ dari template yang
berorientasi 3′ ke 5′. Namun, saat double helix dibuka, kedua
untaian memiliki orientasi yang berbeda satu sama lain
(antiparalel). Hal ini menyebabkan proses replikasi berbeda untuk
setiap helai DNA dan juga membutuhkan set protein dan enzim
yang berbeda pula. Oleh sebab itu, proses replikasi di garpu
Sifat Semikonservatif Replikasi replikasi bukanlah proses yang simetris (asimetris).
DNA
Leading Strand, Lagging Strand, dan Fragmen Okazaki
Di garpu replikasi, helai DNA dengan orientasi 3′ ke 5′ akan diproses secara kontinu. Saat fragmen
dibuka sedikit demi sedikit, enzim polimerase akan memproses dari satu basa ke basa selanjutnya. Helai DNA
yang orientasi ini disebut leading strand. Adapun helai DNA dengan orientasi yang berlawanan disebut lagging
strand.
Adapun pada helai DNA yang berlawanan, proses ini tidak bisa dilakukan secara kontinu. Pada tahun
1960-an, dengan memanfaatkan zat radioaktif 3H-thymidine peneliti menemukan terdapat potongan-potongan
DNA di lagging strand dengan panjang 1000-2000 nukleotida yang dinamakan fragmen Okazaki. Fragmen
Okazaki juga disintesis dengan arah 5′ ke 3′ dan kemudian disambungkan setelah potongan-potongan ini
disintesis. Untuk lebih jelas, lihat gambar di bawah ini:
Perlunya Sistem Proofreading pada Replikasi DNA
Proses replikasi DNA berlangsung relatif sangat cepat. Akan tetapi, walaupun cepat, namun memiliki
tingkat ketepatan yang baik. Tingkat kesalahan pada manusia hanya satu kesalahan diantara 10 9 nukleotida yang
disalin. Tingkat ketepatan tinggi ini dikarenakan adanya sistem proofreading di tingkat seluler. Apabila kita
perhatikan, ternyata sistem pasangan basa cukup rentan mengalami kesalahan. Jika ada sedikit perubahan
geometri double helix, dapat terjadi dua ikatan hidrogen antara G dan T. Padahal seharusnya G dan T tidak
berpasangan (G dengan C dan A dengan T). Selain itu, dapat terbentuk bentuk tautomeric yang langka dari
keempat basa ini secara sementara.
Perubahan tautomeric adalah berpindahnya atom hidrogen di dalam satu molekul sehingga merubah
karakter dan bentuk isomer dari molekul tersebut. Perubahan tautomeric ini dapat memungkinkan C berpasangan
dengan A dari apda G. Bentuk tautomeric ini terdapat pada 1 diantara 10 4 sampai 105 molekul basa. Untuk lebih
jelas, dapat disimak di gambar di bawah ini:
Y
Di leading strand, arah replikasi searah dengan pembukaan struktur double helix. Oleh sebab itu, hanya
diperlukan satu kali primer khusus yaitu pada saat dimulainya replikasi agar DNA polimerase bisa mulai
bekerja. Hal ini berbeda dengan lagging strand. Dijelaskan sebelumnya bahwa pada lagging strand, arah
replikasi berlawanan dengan arah pembukaan double helix. Saat DNA polimerase selesai membuat satu
fragmen Okazaki, maka enzim harus kembali ke garpu replikasi untuk membuat fragmen Okazaki yang baru.
Untuk setiap dimulainya fragmen Okazaki baru perlu ada primer khusus untuk memulai replikasi.
Untuk keperluan ini, ada enzim khusus yang dinamakan DNA primase. Enzim ini berfungsi membuat
primer di lagging strand. Primer yang dibentuk berupa segmen RNA pendek yang dikenali oleh DNA
polimerase untuk memulai replikasi fragmen Okazaki yang baru. Pada eukariota, RNA pendek itu terdiri dari
10 untai nukleotida dan dibuat dalam interval 100-200 nukleotida.
Z Sintesis RNA primer oleh DNA primase. RNA primer diproduksi di lagging
strand untuk memulai dibentuknya fragmen Okazaki X
Proses Penggabungan Fragmen Okazaki
Fragmen Okazaki akan selesai dibentuk apabila ujung 5′ bertemu dengan ujing 3′ dari RNA primer fragmen
sebelumnya. Setelahnya maka lagging strand akan terdiri dari RNA primer dan fragmen Okazaki. Dibutuhkan
proses lanjutan berupa penghilangan RNA primer dan menyambungkan fragmen Okazaki menjadi satu strand
yang utuh. Proses ini dijalankan oleh satu sistem perbaikan DNA khusus yang menghilangkan RNA primer dan
digantikan dengan DNA. Setelah itu, fragmen yang masih terputus akan disambungkan oleh DNA ligase.
X
protein atau nama lainnya helix-destabilizing protein. Protein ini berfungsi menstabilkan sruktur single strand
DNA. DNA yang telah dibelah dari struktur double helix dapat membentuk gulungan yang mengganggu
proses replikasi. Dengan adanya SSB, single-strand DNA dapat tetap lurus sehingga memudahkan proses
replikasi.
Y
Mutasi Menurut Kejadiannya.
Mutasi dapat terjadi secara spontan (spontaneous mutation) dan juga dapat terjadi melalui induksi
(induced mutation). Mutasi spontan adalah mutasi (perubahan materi genetik) yang terjadi akibat adanya
sesuatu pengaruh yang tidak jelas, baik dari lingkungan luar maupun dari internal organisme itu sendiri.
Sedangkan mutasi terinduksi adalah mutasi yang terjadi akibat paparan dari sesuatu yang jelas, misalnya
paparan sinar UV. Secara mendasar tidak terdapat perbedaan antara mutasi yang terjadi secara alami dan
mutasi hasil induksi.
Mutasi Berdasarkan Sel yang Bermutasi.
Z
Berdasarkan jenis sel yang mengalami mutasi, mutasi dibedakan atas mutasi somatik dan mutasi
X
gametik atau germinal. Mutasi somatik adalah mutasi yang terjadi pada sel-sel somatik. Sedangkan mutasi
gametik atau germinal adalah mutasi yang terjadi pada sel gamet. Mutasi somatik dapat diturunkan dan
dapat pula tidak diturunkan. Sedangkan mutasi gametik, karena terjadinya di sel gamet, maka akan
diwariskan oleh keturunannya.
Mutasi Berdasarkan Bagian yang Bermutasi
Berdasarkan bagian yang bermutasi, mutasi dibedakan menjadi mutasi DNA, mutasi gen dan mutasi kromosom.
Mutasi DNA
1. Mutasi transisi, yaitu suatu pergantian basa purin dengan basa purin lain atau pergantian basa pirimidin dengan basa
pirimidin lain; atau disebut juga pergantian suatu pasangan basa purin-pirimidin dengan pasangan purin-pirimidin
lain. Misalnya: ATàGS, GSàAT, SGàTA. Seperti pada gambar di bawah ini:
2. Mutasi tranversi, yaitu suatu pergantian antara purin dengan pirimidin pada posisi yang sama. Seperti tampak pada
gambar di bawah ini:
3. Insersi, yaitu penambahan satu atau lebih pasangan nukleotida pada suatu gen. seperti tampak pada gambar di
bawah ini:
4. Delesi, yaitu pengurangan satu atau lebih pasangan nukleotida pada suatu gen. seperti tampak pada gambar di
bawah ini:
Mutasi Gen
Mutasi gen merupakan perubahan yang terjadi pada nukleutida DNA yang membawa “pesan” suatu gen tertentu.
Peristiwa yang terjadi pada mutasi gen adalah perubahan urutan-urutan DNA. Jenis-jenis mutasi gen adalah sebagai
berikut:
1. Mutasi salah arti (missens mutation), yaitu perubahan suatu kode genetic (umumnya pada posisi 1 dan 2 pada
kodon) sehingga menyebabkan asam amino terkait (pada polipeptida) berubah. Perubahan pada asam amino dapat
menghasilkan fenotip mutan apabila asam amino yang berubah merupakan asam amino esensial bagi protein
tersebut.
2. Mutasi diam (silent mutation), yaitu perubahan suatu pasangan basa dalam gen (pada posisi 3 kodon) yang
menimbulkan perubahan satu kode genetik tetapi tidak mengakibatkan perubahan atau pergantian asam amino yang
dikode.
3. Mutasi tanpa arti (nonsense mutation), yaitu perubahan kodon asam amino tertentu menjadi kodon stop. Hampir
semua mutasi tanpa arti mengarah pada inaktifnya suatu protein sehingga menghasilkan fenotip mutan.
4. Mutasi perubahan rangka baca (frameshift mutation), yaitu mutasi yang terjadi karena delesi atau insersi satu atau
lebih pasang basa dalam satu gen sehingga ribosom membaca kodon tidak lengkap. Akibatnya akan menghasilkan
fenotip mutan.
Mutasi Kromosom
Mutasi kromosom yaitu mutasi yang disebabkan karena perubahan struktur kromosom atau perubahan jumlah
kromosom. Istilah mutasi pada umumnya digunakan untuk perubahan gen, sedangkan perubahan kromosom yang
dapat diamati dikenal sebagai variasi kromosom atau mutasi besar/ gross mutation atau aberasi. Mutasi kromosom
sering terjadi karena kesalahan pada meiosis maupun pada mitosis. Pada prinsipnya, mutasi kromosom digolongkan
rnenjadi dua, yaitu sebagai berikut.
Mutasi Komosom Akibat Perubahan Jumlah Kromosom
Mutasi kromosom yang terjadi karena perubahan jumlah kromosom (ploid) melibatkan kehilangan atau
penambahan perangkat kromosom (genom) disebut euploid, sedang yang hanya terjadi pada salah satu kromosom
dari genorn disebut aneuploid.
Mutasi Kromosom Akibat Perubahan Struktur Kromosom
Mutasi karena perubahan struktur kromosom atau kerusakan bentuk kromosom disebut juga dengan istilah
aberasi. Macam-macam aberasi dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Delesi atau defisiensi
Delesi adalah mutasi karena kekurangan segmen kromosom. Penghilangan dapat terjadi pada segmen panjang
lengan kromosom seperti yang dilaporkan pada tanaman gandum. Tergantung pada gen dan tingkat ploidi, defisiensi
dapat menyebabkan kematian, separuh kematian, atau menurunkan viabilitas. Pada tanaman defisiensi yang
ditimbulkan oleh perlakuan bahan mutagen (radiasi) sering ditunjukkan dengan munculnya mutasi klorofil. Kejadian
mutasi klorofil biasanya dapat diamati pada stadia muda (seedling stag), yaitu dengan adanya perubahan warna pada
daun tanaman.
2. Duplikasi
Mutasi karena kelebihan segmen kromosom. Mutasi ini terjadi pada waktu meiosis, sehingga
memungkinkan adanya kromosom lain (homolognya) yang tetap normal. Duplikasi menampilkan cara
peningkatan jumlah gen pada kondisi diploid. Dulikasi dapat terjadi melalui beberapa cara seperti: pematahan
kromosom yang kemudian diikuti dengan transposisi segmen yang patah, penyimpangan dari mekanisme
crossing-over pada meiosis (fase pembelahan sel), rekombinasi kromosom saat terjadi translokasi, sebagai
konsekuensi dari inversi heterosigot, dan sebagai konsekuensi dari perlakuan bahan mutagen. Beberapa kejadian
duplikasi telah dilaporkan dapat miningkatkan viabilitas tanaman. Pengaruh radiasi terhadap duplikasi kromosom
telah banyak dipelajari pada bermacam jenis tanaman seperti jagung, kapas, dan barley.
3. Translokasi.
Translokasi ialah mutasi yang mengalami pertukaran segmen kromosom ke kromosom non homolog.
Macam-macam translokasi antara lain sebagai berikut.
• Translokasi homozigot (resiprok). Translokasi homo zigot ialah translokasi yang mengalami pertukaran
segmen kedua kromosom homolog dengan segmen kedua kromosom non homolog.
• Translokasi heterozigot (non resiprok). Translokasi heterozigot ialah translokasi yang hanya mengalami
pertukaran satu segmen kromosom ke satu segmen kromosom nonhomolog.
• Translokasi Robertson. Translokasi Robertson ialah translokasi yang terjadi karena penggabungan dua
kromosom akrosentrik menjadi satu kromosom metasentrik, maka disebut juga fusion (penggabungan).
Translokasi terjadi apabila dua benang kromosom patah setelah terkena energi radiasi, kemudian patahan
benang kromosom bergabung kembali dengan cara baru. Patahan kromosom yang satu berpindah atau
bertukar pada kromosom yang lain sehingga terbentuk kromosom baru yang berbeda dengan kromosom
aslinya.
4. Inversi
Inversi ialah mutasi yang mengalami perubahan letak gen-gen, karena selama meiosis kromosom terpilin dan
terjadi kiasma. Inversi terjadi karena kromosom patah dua kali secara simultan setelah terkena energi radiasi dan
segmen yang patah tersebut berotasi 180 o dan menyatu kembali. Kejadian bila centromere berada pada bagian
kromosom yang terinversi disebut pericentric, sedangkan bila centromere berada di luar kromosom yang terinversi
disebut paracentric. Inversi pericentric berhubungan dengan duplikasi atau penghapusan chromatid yang dapat
menyebabkan aborsi gamet atau pengurangan frequensi rekombinasi gamet.
5. Isokromosom
lsokromosom ialah mutasi kromosom yang terjadi pada waktu menduplikasikan diri, pembelahan sentromernya
mengalami perubahan arah pembelahan sehingga terbentuklah dua kromosom yang masing-masing berlengan identik
(sama). Dilihat dari pembelahan sentromer maka isokromosom disebut juga fision, jadi peristiwanya berlawanan
dengan translokasi Robertson (fusion) yang mengalami penggabungan.
6. Katenasi
Katenasi ialah mutasi kromosom yang terjadi pada dua kromosom non homolog yang pada waktu membelah
menjadi empat kromosom, saling bertemu ujung-ujungnya sehingga membentuk lingkaran.
Penyebab Mutasi (Mutagen)
1. Mutagen Fisik
Penyebab mutasi dalam lingkungan yang bersifat fisik adalah radiasi dan suhu. Radiasi sebagai penyebab
mutasi dibedakan menjadi radiasi pengion dan radiasi bukan pengion. Radiasi pengion adalah radiasi berenergi
tinggi sedangkan radiasi bukan pengion adalah radiasi berenergi rendah. Contoh radiasi pengion adalah radiasi
sinar X, sinar gamma, radiasi sinar kosmik. Contoh radiasi bukan pengion adalah radiasi sinar UV. Radiasi
pengion mampu menembus jaringan atau tubuh makhluk hidup karena berenergi tinggi. Sementara radiasi bukan
pengion hanya dapat menembus lapisan sel-sel permukaan karena berenergi rendah. Radiasi sinar tersebut akan
menyebabkan perpindahan elektron-elektron ke tingkat energi yang lebih tinggi.
Atom-atom yang memiliki elektron-elektron sedemikian dinyatakan tereksitasi atau tergiatkan. Molekul-
molekul yang mengandung atom yang berada dalam keadaan tereksitasi maupun terionisasi secara kimiawi lebih
reaktif daripada molekul yang memiliki atom-atom yang berada dalam kondisi stabil. Reaktivitas yang meningkat
tersebut mengundang terjadinya sejumlah reaksi kimia, terutama mutasi. Radiasi pengion dapat menyebabkan
terjadinya mutasi gen dan pemutusan kromosom yang berakibat delesi, duplikasi, insersi, translokasi serta
fragmentasi kromosom umumnya.
2. Mutagen Kimiawi
Penyebab mutasi dalam lingkungan yang bersifat kimiawi disebut juga mutagen kimiawi. Mutagen-mutagen
kimiawi tersebut dapat dipilah menjadi 3 kelompok, yaitu analog basa, agen pengubah basa dan agen penyela.
Senyawa yang merupakan contoh analog basa adalah 5-Bromourasil (5 BU). 5-BU adalah analog timin. Dalam
hubungan ini posisi karbon ke-5 ditempati oleh gugus brom padahal posisi itu sebelumnya ditempati oleh gugus
metil. Keberadaan gugus brom mengubah distribusi muatan serta meningkatkan peluang terjadinya tautomerik.
Senyawa yang tergolong agen pengubah basa adalah mutagen yang secara langsung mengubah struktur maupun sifat
kimia dari basa, yang termasuk kelompok ini adalah agen deaminasi, agen hidroksilasi serta agen alkilasi. Perlakuan
dengan asam nitrit, misalnya, terhadap sitosin akan menghasilkan urasil yang berpasangan dengan adenin sehingga
terjadi mutasi dari pasangan basa S-G menjadi T-A. Agen hidroksilasi adalah mutagen hydroxammin yang bereaksi
khusus dengan sitosin, sehingga sitosin hanya dapat berpasangan dengan adenin. Sebagai akibatnya terjadi mutasi
dari SG menjadi TA.
Agen alkilasi mengintroduksi gugus alkil ke dalam basa pada sejumlah posisi sehingga menyebabkan
perubahan basa yang akibatnya akan terbentuk pasangan basa yang tidak lazim. Senyawa yang tergolong agen
interkalasi akan melakukan insersi antara basa-basa yang berdekatan pada sati atau kedua unting DNA. Contoh agen
interkalasi adalah proflavin, aeridine, ethidium bromide, dioxin dan ICR-70.
Thanks
YOU
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, and infographics & images by
Freepik.