Anda di halaman 1dari 48

DERMATITIS DAN URTIKARIA

Oleh:
Ainun Fajariah 19710047

Pembimbing:
dr. Dhita Karina, Sp. Kk
DERMATITIS
.

Sinonim : Eksim

◉ Dermatitis adalah peradangan kulit sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen
dan atau faktor endogen, menyebabkan kelainan klinis effloresensi polimorfik dan
keluhan gatal.
◉ Cendrung residif dan kronis

2
Nomenklatur dan Kalsifikasi
Dermatitis kontak, radiodermatitis,
1. Berdasarkan etiologi
dermatitis medikamentosa

2. Berdasarkan morfologi Dermatitis madidans, dermatitis eksfoliativa

3. Berdasarkan Bentuk Dermatitis numularis

4. Berdasarkan Lokalisasi Dermatitis tangan, dermatitis intertriginosa

5. Berdasarkan stadium
Dermatitis akut, dermatitis kronis
penyakit

3
Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak ialah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang menempel
pada kulit

Dermatitis Kontak Iritan


Reaksi peradangan non-
imunologik tanpa sensitisasi
Jenis Dermatitis
Kontak
Dermatitis Kontak Alergi
Telah mengalami sensitisasi

4
DERMATITIS KONTAK IRITAN (DKI)

 Epidemiologi
Dermatitis dapat dialami semua orang dan cukup banyak terjadi terutama akibat kerja.
 Etiologi
Bahan Iritan :

 Faktor
Faktor Individu : ketebalan kulit, usia, ras, jenis kelamin dan penyakit yang dialami
Faktor lain : lama kontak, oklusi, gesekan, trauma fisis, suhu dan kelembaban

5
 Gejala Klinis
Berdasarkan penyebab dan pengaruh berbagai faktor tersebut, dibagi menjadi berikut:
1. DKI Akut
Penyebab adalah iritan kuat, kulit terasa pedih, panas, rasa terbakar, kelaian terlihat berupa eritema, edema,
bula, sampai nekrosis

7
2. DKI Akut Lambat 3. DKI Kronik Kumulatif
- Gambaran klinis sama dengan DKI Akut, - Gambaran Klinis: kulit kering, eritema,
tetapi baru muncul 8-24 jam setelah kontak skuama, hyperkeratosis, likenifikasi yang
- difus, luka iris.
Etiologi ; pedofilin, antralin, tretinoin,
asam hidrofluroat, bulu serangga, dll. - Etiologi: kontak berulang dengan iritan
lemah

8
4. Reaksi Iritan 5. DKI Traumatik
- Gambaran klinis: skuama, eritema, vesikel, - Gambaran klinis menyerupai dermatitis
pustule, dan erosi numularis
- Sering pada pekerja basah misalnya penata - Penyembuhan lambat paling cepat 6 minggu
rambut. - Lokasi tersering di tangan

9
6. DKI Non-eritematosa
- Perubahan fungsi sawar (stratum korneum)
tampa disertai kelainan klinis

7. DKI Subyektif (sensori)


- Gambaran klinis: seperti tersengat (pedih)
atau terbakar (panas)
- Contoh: Asam laktat

10
Bagan Alur Dermatitis Kontak Iritan

11
DERMATITIS KONTAK ALERGIK (DKA)
 Epidemiologi
- DKA akibat kerja  20%
- DKA bukan akibat kerja tiga kali lebih sering dibandingkan DKA akibat kerja

 Etiologi
- Bahan bersifat allergen yang memiliki berat molekul rendah (hapten), lipofilik, sangat reaktif dan menembus
stratum korneum

 Faktor
- Faktor individu : keadaan kulit pada lokasi kontak dan status imun
- Faktor lain: potensi sensitasi allergen, dosis per unit area, luas daerah yang terkena, lama pajanan, oklusi, suhu
dan kelembaban.

12
Patofisiologi

13
 Gejala Klinis
- Pasien mengeluh gatal
- Kelainan kulit bergantung pada tingkat keparahan dan lokasi dermatitisnya
 Stadium Akut : eritematosa berbatas tegas diikuti dengan edema, papulovesikel, vesikel atau bula.
vesikel / bula dapat pecah  erosi dan eksudasi (basah)
 Stadium kronik : terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi, dan mungkin juga fisur, berbatas
tidak tegas
Contoh :

DKA – Nikel
Disebabkan kancing BH

14
DKA- Deodoran DKA – Peneti Kerudung DKA – Sandal Jepit

15
Bagan Alur Dermatitis Kontak Alergi

16
 Perbedaan DKI dan DKA
DKI DKA
Etiologi Iritan Primer Sensitiser
Permulaan Penyakit Paparan pertama Paparan ulang
Penderita Semua orang Penderita yang sensitif/alergi
Efloresensi Batas jelas Batas tak jelas
Uji tempel Eritem batas jelas, reaksi menurun Batas tak jelas, reaksi tetap bertambah
setelah uji tempel dilepas setelah uji tempel dilepas

 Diagnosis Banding :
- Dermatitis Atopik
- Dermatitis Seboroik
- Dermatofitosis

 Penyulit
Infeksi sekunder

18
Dermatitis Atopik
Sinonim : S. Prurigo Besnier, eczema
Dermatitis atopik merupakan keradangan kulit yang bersifat gatal, menahun, residif dan dapat terjadi
pada bayi, anak, dewasa, dan pada penderita sering didapatkan Riwayat atopi pada diri sendiri ataupun
pada keluarga.

Epidemiologi:
- Terjadi di segala usia  anak (10-20%) dan dewasa (1-3%)
- Perempuan > laki-laki  ratio 1,3 : 1

19
 Etiologi dan Patogenesis
- Dermatitis atopik sangat kompleks dan multifactorial
1. Disfungsi Sawar Kulit
- Filaggrin
Menjaga kelembaban dan mempertahankan keasaman pH stratum korneum untuk menjaga homeostasis sawar epidermal

Mutasi gen filaggrin  Defisiensi filaggrin Gangguan pada diferensiasi keratinosit,


formasi tight-junction, ↓retensi air, perubahan
- Cornified envelope precursors   pembentukan lipid kulit, ↑ kerentanan terhadap
infeksi,↓ kadar natural moisturizer factor, ↑ pH
Penurunan fungsi gen yang
regulasi loricrin 
- Ceramides

Terganggunya fungsi barier


Def. acylcer Jenis ceramides
epidermis kulit
- Claudin-1

↓ Ekspresi  protein claudin-1. Polimorfisme Disfungsi Sawar Kulit


CLDN1 (pengkode claudin-1)

20
21
22
Predisposisi Genetik

- Risiko DA pada kembar monozigot  77% dan dizigot 25%


- Jika kedua orang tua DA  kemungkinan anak 81% dan jika salah satu  kemungkinan 59 %
- Hasil penelitian keterkaitan antara DA, asma bronkial, rhinitis alergi dan ↑ Ig E :
1. Kromosom 5 (Interleukin cluster)  berhubungan dengan asma bronkial, atopi dan DA
2. Kromosom 6-major Histocompatibility complex (MHC)  keterikatan antara asma dan atopi dengan gen
MHC-II
3. Kromosom 16  keterkaitan poimorfisme gen IL-4RA dengan IL-4, IL-13, sitokin Th2 dan IgE dengan
fenotip DA dan Asma bronkial

23
DA intrisik
 Klasifikasi
- Berdasarkan bentuk DA murni
DA ekstrinsik

- Bedasarkan Usia
-
DA fase Infantil (2 bulan – 2 tahun )
Bentuk lesi akut, eritematosa, papul,
vesikel, erosi, eksudasi dan krusta

DA fase Anak (2 – 10 tahun)


Kering, hyperkeratosis,
hiperpigmetasi, erosi ekskoriasi,
krusta dan skuama

DA fase Dewasa (>13 tahun)


Kronis, plak hiperpigmetasi,
hyperkeratosis, likenifikasi
ekskoriasi dan skuamasi

24
Diagnosis ditegakkan dengan mengenali kriteria mayor dan minor (menurut Hanifin dan Rajka)

Kriteria mayor (harus terdapat tiga) adalah: Kriteria minor (tiga atau lebih)

 1. Pruritus - Xerosis, fisura periauricular

 2. Morfologi dan distribusi lesi: - Hiperlinearitas palmaris, garis Dennie-Morgan

- Wajah dan ekstensor pada bayi - IgE reaktif

- Likenifikasi fleksural pada dewasa - Dermatitis di daerah palmo-plantar, kulit kepala, puting susu
- Kheilitis, keratosis pilaris, ptiriasis alba
 3. Dermatitis kronik atau kronik residif
- Kemudahan terinfeksi S. aureus dan herpes simpleks
4. Stigmata atopi pada pasien DA atau keluarganya
(asma, rinitis alergi, dermatitis atopik) - White dermographism
- Katarak dan keratoconus
- Kemerahan atau pucat di wajah
- Perjalanan penyakit dipengaruhi faktor lingkungan dan emosi
- Gatal bila berkeringat
- Intoleransi terhadap bahan wol dan pelarut lipid
25
- Intoleransi makanan
 Diagnosa Banding
1. Fase bayi  Dermatitis Seboroik, psoriasis dan dermatitis popok
2. Fase anak  Dermatitis numularis, dermatitis intertriginosa, dermatitis kontak dan dermatitis traumatika
3. Fase dewasa  neurodermatitis atau liken simpleks kronius

 Pemeriksaan Penunjang : Prick tes, atopy pacth test, serologi, eliminasi makanan, open challenge test dan
double blind placebo controllied food challenge test

 Penyulit
Infeksi Sekunder
Bakteri  Streptococci B-hemolytic dan
staphylococcus aureus

Jamur  Pytrirosporum Ovale

Virus  herpes simpleks atau vaccinia

26
 Penatalaksanaan
1. Menghindari Faktor Penyebab
2. Pengobatan Sistemik
- Antihistamin
• Diphenhydramine HCl i.m  Dewasa (10-20 mg/ dosis, sehari 3 kali) dan Anak (0,5 mg/kg/dosis, sehari 3
kali)
• Chlorpheniramine maleat p.o  Dewasa (3-4mg/dosis, sehari 3 kali) dan anak (0,09 mg/kg/dosis, sehari 3
kali)
• Cetirizine 10 mg/dosis, sehari 1 kali p.o
• Loratadine 10 mg/dosis, sehari 1 kali p.o
- Kortikosteroid (kasus yang akut dan berat diberikan jangka pendek dihentikan secara bertahap)
• Prednisone  Dewasa (5-10 mg/dosis, sehari 2-3 kali) dan anak 1 mg/kgBB/hari
• Dexamethasone  Dewasa (0,5 – 1 mg /dosis, sehari 2-3 kali) dan anak (0,1 mg/kgBB/hari)
- Antibiotik (hanya untuk infeksi sekunder)
Mis: Erythromycine : Dewasa (250-500 mg/dosis, sehari 3-4 kali p.o) dan anak (15-25 mg/dosis, sehari 3 kali p.o)

27
3. Pengobatan Topikal
- Akut dan Eksudatif  diberi kompres dengan larutan faali
- Kering dan tidak eksudatif  diberi pelembab (urea 10%), kemudian diberikan kortikosteroid
yaitu emolien hydrocortisone acetat, emolien diflucortolone valerat atau betamethasone valerat
0,1%
Kortikosteroid Topikal (KST) berdasarkan usia:
 Usia 0-2 tahun maksimum KST potensi rendah.
 Usia >2 tahun maksimum KST potensi sedang.
 Usia pubertas sampai dewasa poten tinggi atau superpoten 2 kali sehari
Gunakan KST 2 kali sehari sampai lesi terkontrol atau selama 14 hari.

28
 Edukasi
- Menghindari faktor pencetus: berdasarkan riwayat (bahan iritan, bahan alergen, suhu ekstrim,
makanan, stres), manifestasi klinis dan hasil tes alergi
- Perawatan kulit pasien
- Jenis pelembab: mengandung humektan, emolien dan oklusif atau generasi baru yang
mengandung antiinflamasi dan antipruritus (glycerrhectinic acid, telmestein dan vitis vinifera)
atau yang mengandung bahan fisiologis (lipid, seramid, Natural Moisturizing Factor)
Neurodermatitis Sirkumskripta
Sinonim :liken simpleks kronikus/ liken vidal
Definisi : peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak
lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gososkan yang
berulang-ulang karena berbagai rangsangan pruritogennik

 Faktor risiko
- Paling sering pada dewasa-manula  30-50 thn
- Perempuan lebih sering dibandingkan laki-laki

30
 Gejala Klinis
- Sangat gatal (setelah luka baru hilang rasa
gatal  timbul nyeri)
- Efflo: lesi tunggal, awalnya plak
eritematosa, sedikit edematosa lalu hilang
 bagian tengah berskuama dan tebal,
likenifikasi dan ekskoriasi. Batas tidak
jelas
- Predileksi: bisa timbul di mana saja

31
 Diagnosis Banding :
1. Liken planus
2. Liken amyloidosis
3. Psoriasis
4. Dermatitis Atopik

 Penatalaksanaan
1. Edukasi: garukan akan memperburuk keadaan penyakitnya
2. Rasa gatal dapata diberikan
- Antipruritus  Antihistamin (hidroksizin, difenhidramin, prometazin) atau tranquilizer. Dapat topical
krim doxepin 5% (max 8 hari)
- Kortikosteroid topical dapat dikombinasikan dengan ter  efek antiinflamasi

32
Dermatitis Numularis
Sinonim : eksim numular, eksim discoid, neurodermatitis nummular.
 Dermatitis numularis berasal dari bahasa latin numulus  koin
 Dermatitis numularis adalah peradangan kulit yang bersifat kronis, ditandai dengan lesi berbentuk
mata uang (koin)/ agak lonjong, berbatas tegas dengan efflo. Papulovesikel.
 Epidemiologi
- Lebih banyak pada dewasa
- Laki-laki > perempuan
- Usia puncak  50-65 tahun
 Patogeneisis belum diketahui, dicurigai beeberapa faktor Pencetus :
 Kulit kering, fokus infeksi pada gigi, saluran nafas atas dan saluran nafas bawah
 Lingkungan : tungau debu rumah, candida albicans, merkuri
33
 Gambaran Klinis
- Gatal ringan-berat)
- Lesi akut berupa plak eritematosa bentuk koin batas tegas yang berbentuk dari papul dan
papulovesikel yang berkonfluens  vesikel pecah  eksudasi pinpoint  krusta
kekuningan. Pada tepi plak dapat muncul papulovesicular kecil berkonfluens dan meluas.
- Diameter plak 1-3 cm
- Dalam 1-2 minggu  fase kronis
- Tempat predileksi  tungkai bawah, badan, punggung, tangan atau lengan bawah

34
 Diagnosis Banding
1. Dermatitis kontak alergi
2. Dermatitis atopic
3. Dermatitis statis
4. Tinea korporis

 Pemeriksaan Penunjang
Pada kasus berat atau rekalsitran  uji tempel

 Penyulit
Infeksi sekunder

35
 Penatalaksanaan
Non Medikamentosa
1. Hindari faktor pencetus
2. Berikan emolien (kulit kering)
Medikamentosa
3. Topikal
- Kompres pada lesi akut
- Antiinflamasi dan atau antimitotic
2. Sistemik
- Antihistamin oral
- DN berat dan refrakter  kortikosteroid sistemik
Anak diberikan  metotreksat (5-10mg perminggu)
- DN generalisata  diberikan fototerapi broad/narrow band UVB
36
Dermatitis Statis
Sinonim : Dermatitis gravitasional, ekszem statis, dermatitis hipostatik, ekzem varikosa, dermatitis
venosa, dermatitis statis venosa
 Dermatitis statis merupakan peradangan kulit tungkai bawah yang disebabkan insufisiensi dan
hipertensi vena yng bersifat kronis.
 Epidemiologi
- Umumnya > 50 thn
- Perempuan > laki-laki

37
 Etiopatogenesis
2. Teori Selubung fibrin
1. Teori Hipoksia

Isufisiensi Aliran balik


vena (V. provunda  V. superfisial)

Pengumpulan darah di V.
superfisial

Tekanan
Aliran darah melambat
oksigen ↓

Hipoksia

38
 Gambaran Klinis
- Pelebaran vena/ varises dan edema tungkai bawah  timbul merah kehitaman dan purpura
- Mulai tungkai bawah (medial dan lateral di atas maleolus) lutut  punggung kaki
- Perubahan ekzematosa  eritema, skuama, eksudasi dan gatal. Jika lama tebal dan fibrotic
(lipodermatosklerosis “botol terbalik”)

39
 Diagnosis  Penatalaksanaan
- Berdasarkan gambaran klinis - Lesi basah  kompres
- DD: - Kortikosteroid topical
1. Dermatitis kontak - Antibiotik sistemik maupun topikal
infeksi sekunder
2. Dermatitis numularis
- Dermatitis statis kronis  pelembab
3. Dermatitis asteatotik
4. Penyakit schamberg
 Edukasi
Mengatasi edema
- Tungkai dinaikan (tidur dan duduk)
- Bila tidur kaki diangkat di atas permukaan
jantung selama 30 menit, 3-4 kali sehari

40
URTIKARIA
.

Sinonim : Biduran, kaligata, gidu, nettle rash, hives

Urtikaria adalah reaksi vaskular dari kulit berwarna merah atau keputihan akibat edema
interseluler lokal yang terbatas pada kulit atau mukosa.

41
 Etiologi :  Gambaran Klinis:
1. Makanan - 3 klinis khas urtikaria:
2. Obat 1. Tampak edema dibagian sentral dengan berbagai ukuran, hampir
selalu dikelilingi eritema.
3. Inhalan
2. Disertai rasa gatal atau kadang sensasi terbakar
4. Infeksi/infestasi
3. Berakhir cepat, Kembali normal dalam waktu 1-24 jam
5. Genetik
6. Gigitan serangga
7. Faktor fisik
8. Kontaktan
9. Psikis

42
Urtikaria Fisik

Urtikaria dan angioderma

43
44
 Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan darah, urin, feses  Diagnosis Banding
- Pemeriksaan Ig E total dan eosinophil - Erythema nodusum
- Pemeriksaan gigi, THT dan usapan genitalia - Sistemik lupus erythematosus
- Uji tusuk kulit - Purpura Henoch-Schonlein
- Uji serum autolog  Penyulit : syok anafilatik dan edema laring
- Uji dermografisme dan uji es batu
- Pemeriksaan histopatologi

Tes
Dermografisme

45
 Penatalaksanaan
- Topikal  Bedak kocok dibubuhi antipruritus mentol dan kamfer
- Sistemik  Urtikaria akut: antihistamin (AH-1) generasi dua non sedatif atau generasi satu yang sedatif
 Urtikaria Kronis: :
- Terapi lini pertama  antihistamin H1 generasi kedua non sedatif
- Terapi lini kedua  jika gejala menetap setelah 2 minggu, dosis dapat dinaikan 2-4 kali
- Terapi lini ketiga  jika gejela masih menetap sampai 1-4 minggu, ditambahkan :
antagonis leukotrien atau siklosporin atau omalizumad
eksaserbasi  kortikosteroid sistemik (0,5 – 1mg/kgBB/hari)
(tidak boleh lebih dari 10 hari)

 Edukasi : Identifikasi dan menghindari penyebab


46
Antihistamin

Generasi 1 Generasi 2 Generasi 3


Menembus BBB Tidak menembus BBB Tidak menembus BBB
(Sedatif) (Non-Sedatif) (Non-sedatif)
• Chlorpheniramine • Desloratadine • Feksofenadin,
• Cyproheptadine • Fexofenadine • Norastemizole
• Hydroxyzine • Levocetirizine • Deskarboetoksi
• Ketotifen • Cetirizine loratadin (DCL)
• Mebhydrolin • Terfenadine
• Promethazine • Loratadine. Merupakan metabolit
• Dimethindene maleate dari generasi ke 2
Thanks!
Any questions?

48

Anda mungkin juga menyukai